Skip to main content

Petuah Ayah, Biasakan Sedekah, Nak!

Tetapi, tiba-tiba saya teringat apa yang ayah ajarkan, bahwa dalam kondisi sedikit apalagi banyak, bersedekah merupakan kewajiban

Ilustrasi

Setiap insan pasti memiliki sosok-sosok inspiratif yang berpengaruh dalam kehidupannya. Bila sebuah pertanyaan muncul, siapa sosoknya? Tanpa bermaksud menafikan peran orang lain, bagi saya jawaban itu jatuh kepada ayah. Kegigihan beliau dalam mengajarkan nilai-nilai keislaman amatlah berpengaruh. Terutama, petuah untuk senantiasa bersedekah.

Ayah kerap berujar, dalam kondisi sedikit apalagi banyak harta, sedekah merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang taat. Agama yang mengajarkan demikian. Nasehat itu begitu masuk ke relung jiwa. Sedikit demi sedikit saya praktekkan di kehidupan sehari-hari. Misalnya ketika saya berusaha menahan diri untuk tidak jajan dan memilih menyisihkan kepada yang berhak.

Atau, pada suatu ketika uang jajan yang diberi lebih dari kebutuhan, yang langsung terpikir adalah mengambil berapa persen terlebih dahulu untuk diberikan kepada yang berhak. Eits, tunggu dulu, saya bukan orang takjir, saya terlahir dari keluarga kurang berada, rumah pun berada jauh di pelosok desa, di salah satu bilangan Kabupaten Tasikmalaya. Karena bukan terlahir dari kondisi yang mapan, terpatrilah mimpi menjadi pengusaha.

Namun hal itu, tak menyurutkan saya untuk mendawamkan sedekah. Waktu itu, saya terbiasa memberikan kepada seorang janda tua di desa. Saya iba melihat kehidupannya yang serba kekurangan. Rasa itulah yang kemudian secara halus mendorong saya untuk membantunya.

Rasa haru campur bangga, bergumul di hati, kala melihat senyum dari janda tua itu. Rasanya percis seperti memenangkan sebuah pertandingan. Membuat saya ingin berlari dan mengangkat tangan “Saya juara!”. Maka setelah itu, saya berazam untuk rutin bersedekah kepada janda tersebut.

Keriput melekuk lipatan kulit seiring waktu. Kini usia saya sudah tidak lagi muda, sudah masuk kepala tiga. Beberapa tahun lalu, berbekal keinginan dan tekad menjadi pengusaha, saya beranikan diri menginjakkan kaki di Kota Kembang. Saya boyong istri dan empat anak, meninggalkan ibu yang bersikukuh ingin tetap tinggal di Tasik. Meski berat, satu demi satu episode kehidupan di Kota Bandung ini saya jalani juga. Kendati saya beranjak tua, tetapi alhamdulillah, semangat bersedekah itu masih tetap mengalir dalam diri saya.

Kala almanak bertengger di tahun 2.000, mimpi menjadi pengusaha seakan membalikkan punggungnya dan tersenyum tepat ke arah saya. Uang yang bertahun-tahun saya kumpulkan dari berjualan susu dan jus buah kini cukup untuk menyewa satu ruko kecil di jalanan Pasar Kaliki, Bandung.

Lalu, ketika melihat di kantong ada sedikit rezeki, tanpa pikir panjang, uang itu saya sedekahkan. Alhamdulillah istri mendukung penuh. Meski itu adalah uang terakhir yang kami punya, kami yakin, Allah tidak akan sedikitpun menelantarkan hamba-Nya.

Singkat cerita, ruko kecil itu saya bangun. Saya mengubahnya menjadi kedai minuman. Beberapa minuman yang saya jual, di antaranya susu, jus buah, dan milkshake. Harapan pun membumbung tinggi melihat kedai itu berdiri.

Selepas Subuh, saya jejakkan kaki-kaki melangkah menuju kedai. Ketika mentari menyembul di balik awan, semangat itu semakin menyembul menunggu pelanggan pertama yang hendak membeli. Namun, satu dua menit berlalu, menit berubah menjadi jam, pelanggan yang ditungggui tak kunjung datang.

Bahkan hingga beberapa pekan berlalu. Bagai mengharap sentuhan rembulan sedang saya bertengger diam layaknya tunggul, kedai minuman sepi pembeli. Sementara itu, anak-anak yang masih bersekolah membutuhkan pelbagai biaya, sedang simpanan uang kian hari malah makin menipis. Beberapa kali istri terlihat termenung renung. Saya pun demikian. Duh, Gusti...

Suatu hari, saya merasa kosong, hidup bagai batang kering tak memiliki arti. Anak-anak kerap menangis minta jajan, istri kelimpungan. Saya rogoh saku celana. Ternyata hanya tersisa uang sedikit, tidak cukup untuk biaya kebutuhan, apalagi selama satu bulan ke depan.

Namun, ketika berjalan menuju kedai, saya melihat beberapa beberapa pengemis meminta belas kasihan di kerumunan jalanan. Melihat itu, sebenarnya bisa saja saya pergi, mengingat kondisi saya juga yang sama-sama membutuhkan. Tetapi, tiba-tiba saya teringat apa yang ayah ajarkan, bahwa dalam kondisi sedikit apalagi banyak, bersedekah merupakan kewajiban. Maka tanpa pikir panjang, saya rogoh saku untuk yang entah keberapa kali. Saya ambil beberapa lembar dan memberikan kepada mereka yang dalam penilaian saya lebih membutuhkan.  

Usai mengulurkan lembaran uang, disuguhi senyuman terima kasih oleh pengemis tadi, saya langkahkan kaki bergegas menuju kedai. Langkah kaki yang sedikit terhuyung, kepala tertunduk menatap aspal yang kosong, rasanya semakin purna kepayahan dalam diri saya.

Namun ketika tiba di kedai minuman, kaget rasanya tetiba ramai oleh pembeli. Satu persatu transaksi jual beli terjadi, pundi-pundi rupiah mulai terkumpul. Sempat merasa tak percaya, namun hati merasa yakin, ini ganjaran yang Allah berikan. Kebiasaan sedekah yang dididik ayah sedari kecil berbuah manis.

Di tengah-tengah kalkukasi penghasilan penjualan minuman di kedai selama sebulan itu, ternyata keuntungan yang bisa saya raup amatlah cukup. Bahkan, saya masih bisa mengirimkan sejumlah uang untuk kedua orang tua, serta beberapa rupiah untuk para janda di desa. Alhamdulillah, sungguh, segala puji hanya bagi Allah, Zat yang Maha Pemberi Rezeki, yang tiada pernah ingkar akan janjinya.

*Kisah ini dimuat di Tabloid Alhikmah Edisi 116, dengan alur sebagaimana yang dikisahkan Asep Saepudin kepada saya

Comments

Popular posts from this blog

Tahapan Kaderisasi

Kader berasal dari bahasa Yunani cadre yang berarti bingkai. Bila dimaknai secara lebih luas, berarti : Orang yang mampu menjalankan amanat. Orang yang memiliki kapasitas pengetahuan dan keahlian. Pemegang tongkat estafet sekaligus membingkai keberadaan dan kelangsungan suatu organisasi Kader adalah ujung tombak sekaligus tulang punggung kontinyuitas sebuah organisasi. Secara utuh kader adalah mereka yang telah tuntas dalam mengikuti seluruh pengkaderan formal, teruji dalam pengkaderan informal dan memiliki bekal melalui pengkaderan non formal. Dari mereka bukan saja diharapkan eksistensi organisasi tetap terjaga, melainkan juga diharapkan kader tetap akan membawa misi gerakan organisasi hingga paripurna. Pengakaderan berarti proses bertahap dan terus-menerus sesuai tingkatan, capaian, situasi dan kebutuhan tertentu yang memungkinkan seorang kader dapat mengembangkan potensi akal, kemampuan fisik, dan moral sosialnya. Sehingga, kader dapat membantu orang lain dan diri...

Tazkiyatun Nafs

“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap jiwa (orang) memperhatikan apa yang diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al Hasyr: 18) Ayat di atas dimulai dengan perintah bertaqwa kepada Allah dan diakhiri pula dengan perintah yang sama. Ini mengisyaratkan bahwa landasan berpikir, serta tempat bertolak untuk mempersiapkan hari esok haruslah diisi dengan taqwa. Kemudian ayat di atas juga menjelaskan kepada orang yang mengaku beriman kepada Allah agar mempunyai langkah antisipatif terhadap kemungkinan apa yang terjadi esok. Syeikh Abdullah Nasih ‘Ulwan dalam bukunya ‘Ruhniyatut Da’iyah’ mengajarkan kepada kita bagaimana meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT dengan cara melaksanakan lima ‘M’ yaitu: Mu’ahadah, muraqabah, muhasabah,  mu’aqabah dan mujahadah. Mu'ahadah Mu'ahadah yakni mengingat dan mengokohkan kembali ...

Pangan Fungsional

I.          Latar Belakang Salah satu penyebab meningkatnya penderita penyakit degeneratif di masyarakat adalah kerusakan sel tubuh sebagai akibat aktivitas unsur radikal bebas yang terdapat dalam bahan makanan. Keadaan ini bisa terjadi karena kurangnya asupan bahan-bahan aktif yang dapat mencegah reaksi autooksidasi dari radikal bebas tersebut. Untuk meningkatkan daya tahan tubuh dibutuhkan asupan makanan, baik berupa sayuran, buah-buahan yang merupakan sumber antioksidan. Aktivitas antioksidan dapat menangkap radikal bebas, sehingga sel-sel yang rusak dapat dicegah ataupun diperbaiki. Selain dari sayuran dan buah sumber antioksidan juga dapat berasal dari tanaman  obat, jahe, mengkudu, lidah buaya, pegagan, temulawak, asitaba dan lain-lain. Senyawa-senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman tersebut dapat bermanfaat sebagai sumber antioksidan misalnya flavonoid, tanin, polifenol dan lain-lain. Tanaman biofarmaka yang berfung...