"Kamu itu bagusnya hmmm..." Dia kembali berpikir. Sangat dalam. Siang itu, kami kembali berbincang. Tepat sehari setelah seminar tugas akhir II-ku. Dia ingin ditemani makan siang, katanya. Ah, alasan! Bilang saja kamu kangen ngobrol denganku , kataku dalam hati. Dia cerewet sekali, membuka topik baru begitu sering, bertanya padaku tentang ini dan itu. Yah, mungkin karena sudah beberapa waktu ini kami jarang bertemu. Dia sibuk dengan timnya, aku sibuk dengan urusan akademikku. Begitulah, begitu banyak hal di antara kami yang tidak kami saling ketahui kemudian. Sejak lama nampaknya dia sudah tahu. Aku bersimpati padanya, begitupun dia, kukira. Ini adalah sebuah hubungan yang sangat produktif bagiku. Seringnya kami saling berjarak, bahkan tak mampu bertegur sapa meski lewat media sosial. Namun, kami berkembang di dunia masing-masing. Dia menjadi seorang pemimpin yang sangat tangguh, bahkan tak kusangka, kini dia mampu memberikan komando dengan sangat baik dibandingk
Merekah di antara karunia, Lillah...