Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2015

Semoga Saja

"Kamu itu bagusnya hmmm..." Dia kembali berpikir. Sangat dalam. Siang itu, kami kembali berbincang. Tepat sehari setelah seminar tugas akhir II-ku. Dia ingin ditemani makan siang, katanya. Ah, alasan! Bilang saja kamu kangen ngobrol denganku , kataku dalam hati. Dia cerewet sekali, membuka topik baru begitu sering, bertanya padaku tentang ini dan itu. Yah, mungkin karena sudah beberapa waktu ini kami jarang bertemu. Dia sibuk dengan timnya, aku sibuk dengan urusan akademikku. Begitulah, begitu banyak hal di antara kami yang tidak kami saling ketahui kemudian. Sejak lama nampaknya dia sudah tahu. Aku bersimpati padanya, begitupun dia, kukira. Ini adalah sebuah hubungan yang sangat produktif bagiku. Seringnya kami saling berjarak, bahkan tak mampu bertegur sapa meski lewat media sosial. Namun, kami berkembang di dunia masing-masing. Dia menjadi seorang pemimpin yang sangat tangguh, bahkan tak kusangka, kini dia mampu memberikan komando dengan sangat baik dibandingk

Opini

Bismillaah Sejujurnya saya bingung ingin memberikan judul apa terhadap postingan yang #superpenting ini. Ini merupakan postingan orang lain yang ingin saya abadikan di blog saya pribadi :) Tulisan asli bisa diakses   di sini . *** Sebelum lebih jauh menelisik kehidupan SePeDaKu, izinkan sedikit bercerita tentang Keluarga Bambu.   Berisi para BPH alias Badan Pengurus Harian dan para staf ahli di kepengurusan GAMAIS ITB 2014. Sambil agak berkaca-kaca, lisan ini bergumam,,, "GAMAIS ITB 2014..." : Hangat Bersinergi, Allahuakbar !!!   Ahmad Yasin Rabbani (FI '11) -Kepala GAMAIS alias G1- Yasin itu... "pengayom yang tiada bosan untuk mendengarkan setiap masukan, peduli pada orang lain hingga lupa diri sendiri" Mia Audina (BI '11) -Kepala Annisaa GAMAIS alias A1- Mia itu... "apik dan teratur, sangat terorganisir tapi mampu bergerak nyaris sempurna dalam kedinamisan, ibu kita semua" Sendi Ramdhani (TK '11) -S

Kini dan Pengharapan Seorang Hamba

Ini adalah hadiah teramat besar, saat segala hikmah itu masuk secara leluasa ke dalam hati serta akal. Aku menerima secara ikhlas diriku. Memang begini adanya. Allaah, betapa kecilnya aku dan betapa besarnya Engkau. Engkau perjelas batas benar dan salah, seperti tegasnya perbedaan hitam dan putih, meski tidak selalu nampak begitu di beberapa waktu. Cintaku pada-Mu meski tidak layak, semoga masih menempatkan Engkau di persinggahan tahta dalam dada. Aku malu. Teramat malu. Aku sering merenungi, saat cinta ini memang tersisih hanya untuk-Mu, harusnya aku mampu membesarkan hati orang-orang di sekelilingku. Nyatanya, untuk menjaga adik-adikku saja, aku belum mampu. Seringkali, hanya tangis dan ratapan yang mampu kupersembahkan kehadapan-Mu. Adakah kebesaranku? Adakah ibadahku begitu kukuh untuk-Mu? Allaah, masihkah ada keberkahan-Mu untukku? Aku mulai menyusun setiap episode baru, yang kupikir paling layak untuk direalisasikan dengan kondisi seperti ini. Aku mulai berhenti memikir

Alhamdulillaah

Alhamdulillaah... Alhamdulillaah... Alhamdulillaah... Kelas Farmasi Klinik dan Komunitas ITB terakhir Rangkakan siput kini sudah hampir mencapai batas finish . Satu fase kembali terlewati. Terucap syukur penuh hikmat, bukan hanya untuk setiap fase yang telah lalu, melainkan juga untuk fase-fase lain yang menanti, agar kedekatanku akan sebuah pengabdian menemukan jarak pandang paling lugas. O Allaah ya Rabbanaa, kuatkan niat ini hanya menuju-Mu, singgahkan kalbuku hanya kepada-Mu, tempatkan kakiku hanya di atas jalan-jalan yang Engkau ridhai, lapangkan hati serta akalku, pertegas pandangku, berkahilah shalatku, limpahkan aku rahmat serta kasih sayang-Mu. Seminar Tugas Akhir II, 27 Mei 2015 Seminar Tugas Akhir II, 27 Mei 2015

Sebelum Batas

Cinta, aku tak pernah merasakan sakit hingga tiba-tiba kau datang mungkin benar,bisa jadi aku yang tak pernah sadar bahwa kau hadir sejak lama mengisi kekosongan di hari-hari menumbuhkan rasa bahwa menangis itu terkadang perlu Cinta, mungkin juga benar adanya selama ini aku telalu naif menganggap setiap tempat terbilang sama setiap manusia adalah keteduhan tak berbayar hingga tiba-tiba cinta ini menagih haknya oh, betapa pamrihnya dia Cinta, sejujurnya diriku masih sama aku tak mampu mendefinisikanmu untuk dikata rasa itu hadir begitu saja kadang membuat sesak tak jarang pula membuat pilu bentuknya, ah, kapan aku bisa benar-benar menggambarkannya? Kukatakan, cinta ini selalu ada untukmu setia berdiam diri di tempatnya dan...memang itu hakmu untuk memilikinya mengapa harus kubatasi? Ummi, aku mencintaimu meski sudah sangat banyak air mata tumpah karenamu meski tak terbilang sakit dan pedih yang harus kubayar untuk seteguk

Sepucuk Rindu Bagi Kebesaranmu

"Asih Sayang, terkadang hidup harus seperti teratai yang hanya bisa tumbuh subur ketika bergumal dengan lumpur"   Asih, Kamu terlahir di tengah kegembiraan. Senyum tersungging di bibir banyak orang. Wajah-wajah cerah. Hati mereka kian bergelora. Mereka bersorak lirih, cahaya purnama kini datang tuk penuhi hari-hari, menggenapkan mimpi-mimpi yang tersimpan untuk disemai kembali. Kasih dan sayang membesarkan namamu. Kemudian nama itu terjaga dan terpelihara dalam eratnya dekapan doa. Ya, di setiap sepertiga malam namamu membumbung di ketinggian langit, terucap dari mereka yang terjaga dalam khusyu’ dan nikmatnya shalat. Mereka bermunajat untukmu, namamu, jalanmu. Sayang, tidakkah kamu bersyukur? Kini usiamu beranjak purna. Pun kamu lihat bahwa kelapangan tengah menampakkan batasnya. Penuaan dan kerentanan menggerogoti usia, begitupun terhadap pesona yang dulu kamu agungkan pada setiap manusia dan bintang-bintang. Kedewasaanmu, dimanakah itu? Sudikah ja