Skip to main content

Posts

Showing posts from June, 2016

Istighfar

Ilustrasi Imam Ahmad bin Hambal Rahimakumullah (murid Imam Syafi'i) dikenal juga sebagai Imam Hambali. Dimasa akhir hidup beliau bercerita, "Satu waktu (ketika saya sudah usia tua) saya tidak tau kenapa ingin sekali menuju satu kota di Irak. Padahal tidak ada janji dengan orang dan tidak ada hajat." Akhirnya Imam Ahmad pergi sendiri menuju ke kota Bashrah. Beliau bercerita, "Begitu tiba di sana waktu Isya', saya ikut shalat berjamaah Isya di masjid. Hati saya merasa tenang. Kemudian saya ingin istirahat." Begitu selesai shalat dan jamaah bubar, imam Ahmad hendak tidur di masjid. Tiba-tiba Marbot masjid datang menemui imam Ahmad sambil bertanya, "Kamu mau apa di sini, syaikh ?" (kata "syaikh" bisa dipakai untuk 3 panggilan, bisa untuk orang tua, orang kaya ataupun orang yang berilmu. Panggilan Syaikh di kisah ini panggilan sebagai orang tua). Marbot tidak tahu bahwa beliau adalah Imam Ahmad. Dan Imam Ahmad pun tid

Resume : Meninjau Posisi Teori Evolusi dalam Biologi

Ilustrasi Oleh: Salim Rusli Pembicara      :   Dr. Angga Dwiartama & Dr. Sony Heru Sumarsono Tempat           :   R. Rapat Back Office Salman ITB Waktu            :   Jumat, 10 Juni 2016 Peserta       : Budhiana Kartawijaya (BPP Salman ITB/Studia Humanika), Salim Rusli (BPP Salman ITB/Studia Humanika), Uruqul Nadhif Dzakiy (Magister Studi Pembangunan ITB), Fahmi Maulana Kamil (Magister Studi Pembangunan ITB), Aditya Firman Ihsan (S1 Matematika ITB), Muh. Ikbal Arifiyanto (Dosen Astronomi ITB) Diskusi dimulai dengan paparan Dr. Angga tentang perkembangan teori evolusi. Sebagaimana diterangkan dalam makalah Dr. Angga, pemikiran tentang “evolusi” sebenarnya sudah dimulai para filsuf Yunani dan Romawi. Lucretius misalnya, dalam puisinya De rarum natura , menggambarkan bagaimana makhluk hidup diturunkan dari makhluk hidup lain, dan semuanya terjadi secara kebetulan ( fortuna ). Pemikirannya ini bertentangan dengan pandangan Aristoteles yang melihat bahwa setiap m

Pengalaman Menggunakan Knowledge Management & Tantangannya

Tulisan Reza Rochadi (awak SKAU 90-an akhir) Ilustrasi Saya pernah bekerja dalam suatu perusahaan yang memiliki Knowledge Management yg baik. Bentuknya adalah sebuah repository pustaka konten-digital terpusat dimana best practices terhadap berbagai urusan pekerjaan dan resolusi permasalahan kerja yg selama ini berada di dalam benak para ahli/karyawan senior (tacit knowledge) sudah terdokumentasikan menjadi sangat rapih (explicit knowledge). Konten dokumentasi explicit knowledgenya bisa dalam bentuk dokumen word ataupun worksheet, presentasi siap pakai, wiki, blog, video, maupun rekaman audio. Sistem Knowledge Management ini terkatalog dengan baik, dan konten yang diperlukan mudah dicari jika kita memerlukan pengetahuan tertentu terkait urusan pekerjaan tertentu. Sehingga kultur kerja perusahaan sudah tidak tergantung lagi pada keahlian perorangan --apalagi jika karyawan yang ahli itu dimutasi, naik jabatan, ganti profesi, pindah/keluar kerja, ataupun pensiun--, namun pengeta

Di Jalan Cinta Para Pejuang

Di jalan cinta para pejuang, biarkan cinta berhenti di titik ketaatan. Meloncati rasa suka dan tidak suka. Melampaui batas cinta dan benci. Karena hikmah sejati tak selalu terungkap di awal pagi. Karena seringkali kebodohan merabunkan kesan sesaat. Maka taat adalah prioritas yang kadang membuat perasaan-perasaan terkibas. Tapi yakinlah, di jalan cinta para pejuang, Allah lebih tahu tentang kita -Jalan Cinta Para Pejuang, Salim a Fillah-

Maaf

Mata saya kembali berkaca-kaca. Kerongkongan saya tercekat. "Jadi menurutmu saya seharusnya bagaimana?" tanya saya, kembali meminta ketegasan. Dia hanya menunduk. Kedua tangannya mengepal. Sepintas saya bisa melihat bahwa dia hendak menangis juga.  "Saya tidak tahu," jawabnya. "Maaf..." Ucap saya lirih. Ya, maaf, dan hanya kata itu yang terpikir di dalam kepala saya saat itu, sebelum akhirnya saya mengangguk pelan dan pergi meninggalkannya. Maafkan saya...

Menjadi Kakak

Dalam hitungan hari, tepatnya 20 Juni nanti, usia saya menginjak 22. Genap sudah lipatan kulit saya semakin renta, pula akal yang kukuh mencoba dewasa. 22 tahun tentu bukan waktu yang sebentar, apalagi jika mengingat deret amanah peran yang Allah sematkan untuk saya. Jika saya renungkan lagi, hmmm 22 tahun ya...sudah selama itu kah saya hidup? Omong-omong, dari banyaknya peran yang Allah amanahkan, salah satu yang terberat menurut saya adalah menjadi seorang kakak. Ya, kakak bagi keempat adik-adik saya. Peran menjadi seorang pemimpin dalam dunia kecil kami. Peran yang menuntut saya menjadi seorang pendidik nan tegas, sekaligus memaksa saya memerah seluruh cinta dan kepedulian yang saya miliki. Saya masih ingat. Tahun 1998, ketika kondisi ekonomi keluarga saya mengalami gejolak klimaks. Saya duduk di bangku SD kelas 5, yang pada waktu itu sedang ranum-ranumnya mencintai dunia pendidikan. Setiap saya pulang dari sekolah, yang sengaja saya perlama demi bisa mendapatkan pelajaran

Satu Kisah Perjuangan Cinta yang Lain

"Kita adalah musafir cinta dan kita akan bertemu di jalan," Raj, dalam film Rabb Ne Bana Di Jodi Kawan, ada banyak kisah perjalanan cinta yang terjadi di sekitar kita. Orang-orang yang tengah menempuh perjalanan itu, saya menyebutnya musafir, yaitu mereka yang kian sibuk berjalan menuju tujuan (cinta) masing-masing. Perjalanan cinta yang hakiki tentu hanya bermakna ketika didedikasikan untuk Rabb semesta alam, Sang Pemberi Cinta pula keindahan segala rasa. Namun dalam kisah kali ini, saya ingin membuatnya lebih spesifik. Cinta yang saya maksud di sini adalah tak lain cinta yang lahir dari fitrah manusiawi seorang lelaki terhadap perempuan, begitupun juga sebaliknya. Di antara para musafir mungkin ada sebagian yang berhasil mendapatkan cintanya, tentu tidak ada salahnya jika kita turut berbahagia atas rezekinya itu. Namun untuk mereka yang tertandas, tidak ada kewajiban bagi kita untuk turut berduka, dan Allah tidak memerintahkan kita bersikap demikian. Sumber

Lembayung

Di balik bebatuan tanah basah oleh hujan tadi siang Semilir angin berhembus tidak terlalu kencang Cabang demi cabang pohon beradu menggelitik dedaunan Di ufuk selatan, mentari tengah singgah ke peraduan Berpasang induk burung kepakan sayapnya kuat Kalahkan kincir angin yang kini tergolek lunglai di antara bukit Rabak Di balik pohon karet, terdengar cicit demi cicit Memanggil induk burung tadi agar lekas mendekat Lembayung, warna dominan senja itu Sembunyikan beragam kehidupan juga napas kematian Ada kalanya ia terisi zikir dan lantunan doa Di waktu lain mungkin sekadar tangis anak-anak tak mengapa Lembayung, mengisi pertunjukkan wadah-wadah nafs yang kalah cepat oleh waktu Ia memutus langkah juga bahasa Lalu menundukkan layu wajah-wajah yang sempat menatap langit Terakhir menutupnya dengan sayup azan maghrib

Selang Hadirmu Di ...

"Cinta itu menjaga, termasuk menjaga perasaannya dari perasaanmu..." Sumber Sumber Sumber Sumber Sumber Sumber

Aku Ingin Kau

Kau, yang dulu mengisi relung hati ini Di bawah jemari langit kita saling berbagi Entah tawa atau cerita duka Bagiku denganmu, semua rasa utuh jadi satu Seiring waktu berlalu Ilalang mulai gugur, begitu pula hangatmu Renyah tawamu menjadi pusaka paling mahal Bulir tangismu apalagi, sungguh, hanya Tuhan yang tahu di mana kau teteskan itu Aku rindu kau, saudariku... Jangan berhenti mengulurkan tangan Lihatlah, aku masih tenggelam dalam dahaga Lihatlah, aku masih tersandung penuh payah Luka kita, biarkan saja ia menjelma sebagaimana mestinya Tidak usah dikorek lagi Kau dan aku telah dipaksa belajar Bukankah itu pesan Rabb yang utama? Aku hanya ingin kau Kau yang tegas mendewasakan diri Kau yang senantiasa menjaga kesucian hati Kau yang tidak akan pernah kasar kepada mereka yang belum mengerti Nasihat indah itu, kudengarkan bersamamu Adakah sedikit ingatmu terpanggil? Hanya cinta yang akan menggetarkan bibir kita Untuk bicara... Untuk bicara... Ya, mungkin i