Skip to main content

Posts

Showing posts from August, 2015

Apa yang Benar-Benar Saya Inginkan?

Apa yang benar-benar saya inginkan? Pertanyaan itu terlontar begitu saja melalui sebuah pesan singkat, yang kemudian membuat saya merenung dalam sekedar untuk mengidentifikasi dan mencari jawaban atas pertanyaan tersebut. Asih, apa sebenarnya yang kamu inginkan? Maka sungguh, saya pun tidak menemukan jawaban. Satu pekan menjalankan peran baru sebagai fasilitator Asrama Pelopor telah mengubah jalan pikiran saya cukup banyak. Saya bersyukur bahwa dalam rangka menunjang pembinaan karakter dan menambah khazanah pengetahuan adik-adik khususnya untuk putri, di asrama ini diselenggarakan kajian rutin selepas shalat shubuh berjamaah. Terkadang kami membahas fiqih, beralih kepada isu yang tengah terjadi di masyarakat sekitar, sejarah Indonesia, terakhir kami membahas sirah Nabi dan Rasul serta para shahabat maupun shahabiyyah. Saya tak banyak memberikan opini maupun referensi, melainkan mencukupkan diri dengan duduk tawadhu’ mendengarkan dan meresapi setiap bahasan yang diberikan. S

Masih Sama

Assalamu’alaikum Agustus :) Setelah sekian lama kita tidak bertemu, apa kabarmu? Kau masih sama cantik seperti tiga tahun lalu, ketika pertama kali rasa itu tumbuh dan kuikat kuat hingga kini. Ya, memang benar, terkadang istimewa itu memang hanya satu. Maka telah kutetapkan, dan sungguh aku tidak ingin berpaling.

:)

Tetiba dikasih video ini. Mau marah yo ndak aneh2, mau ketawa yo ndak lucu juga. Aku kudu piye toh? Yo wis, yo wis, senyum aja :)

Lagi-Lagi Cinta

Rasanya tak pernah habis waktu dan tenaga ketika berbicara tentang cinta. Ada saja yang dipikirkan. Ada saja yang diharapkan. Kadang membuat senyum-senyum sendiri, meski lebih sering membuat pedih hati. Beberapa waktu lalu, seorang adik mengetuk pintu kamarku untuk mengajak berdiskusi. Sebenarnya sudah cukup lama ia menghubungi. Hanya saja baru ketika itu kami benar-benar berkesempatan untuk bertemu. Hari itu, untuk pertama kalinya ia nampak berbeda. Wajah cerah yang biasa ia tampakkan di hadapanku kini berganti dengan wajah lusuh kelelahan. Aku tahu, ada terlalu banyak hal yang dipikirkannya. Maka tanpa pikir panjang aku langsung menyuruhnya masuk dan mendekapnya erat. Ia menangis. Aku hanya diam. Ah, lagi-lagi tentang cinta, suatu perkara rasa yang tidak mampu dijabarkan secara absolut. Cinta, buah sifat manusiawi yang tentu akan menyejukkan ketika tercurahkan pada manusia dan waktu yang tepat. Cinta, yang seringnya lebih mulia dibanding manusia itu sendiri. Cinta, sungguh,

2 Hari untuk Syukur dan Sabar

Kau tahu kapan seorang perempuan maupun lelaki terlihat lebih gagah dan berwibawa? Menurutku itu ketika mereka mulai melakukan kegiatan lapangan, tentu saja. Ketika mereka wara wiri melakukan tugasnya, menatap objek dengan tajam, sedikit berbicara namun masih mememiliki rasa humor sesekali, betapa hal tersebut membuatku terkagum-kagum tak terkendali. Ah, beruntunglah aku masih mampu mengendalikan perasaanku #naon Selama dua hari lalu, tepatnya tanggal 19 dan 20 Agustus 2015, untuk pertama kalinya aku menjadi seorang penanggung jawab suatu acara camp . Aku tak pernah bersedia menjadi panitia lapangan sebelumnya, sebab aku cukup tahu diri dengan keterbatasanku saat melakukan kerja di lapangan, literally L-A-P-A-N-G-A-N. Kesehatanku yang mudah drop , aku yang tak pernah mampu berjalan pada jarak jauh serta menanjak, apalagi dengan diriku yang selalu kikuk ketika dihadapkan pada situasi forum yang acapkali membuatku buntu mencari topik bahasan, cukup menyadari bahwa eksistensiku mun

Jejaring Sosial

Jejaring sosial   adalah suatu   struktur sosial   yang dibentuk dari simpul-simpul (yang umumnya adalah individu atau organisasi) yang dijalin dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik seperti   nilai ,   visi ,   ide , teman ,   keturunan , dll (Wikipedia). Munculnya jejaring sosial di dunia maya memang sangat mencengangkan bagi saya. Dahulu ketika pertama kali saya mengenal internet, lengkap dengan kemunculan warung internet atau yang biasa kita sebut ‘warnet’ tentunya, saya terkagum-kagum pada jejaring sosial berupa Email. Saya tidak pernah membayangkan bahwa akan ada jasa penghantaran surat maupun berkas2 berbentuk elektronik, yang tentu saja akan lebih memudahkan para penggunanya dalam menjalin komunikasi. Sebab meskipun jasa pengiriman surat melalui pos ketika itu sudah ada, tetap saja jasa ini tidak mampu menjangkau desa saya yang terpencil. Jangankan jasa pos, jasa warung telepon saja bagi kami ketika itu masih terhitung langka. Sehingga dengan demikian, adanya email

Tak Pernah Mudah

Akhir-akhir ini semakin sering pertanyaan tentangnya datang, kadang dari sahabat, adik tingkat, kakak tingkat, saudara, orang tua, bahkan adik-adik saya yang semula saya kira akan diam-diam saja. Kapan menikah? Ah, seolah itu pertanyaan yang biasa dikonsumsi sehari-hari, ringan dan tak memiliki arti. Pernikahan adalah sebuah bahasan sakral, tak pantas dipertanyakan jika memang tak ada niat untuk serius berteguh melaksanakannya. Jangankan memantapkan hati, membayangkannya saja membuat saya menangis menjadi. Kadang memang begitu iri rasanya melihat mereka yang baru saja mengikrarkan janji suci itu. Betapa romantisnya ketika keindahan hidup ini tidak perlu dinikmati sendiri, bahkan semakin indah ketika kita bersamanya. Ada keceriaan ketika di kejauhan seorang anak berlari menghampiri sambil berteriak ‘Ibu! Ibu!’ lalu ia tiba-tiba tertawa ketika berhasil meraih pelukan ibunda dan sedetik kemudian tawanya semakin kencang karena ibunda mengangkat dan mengguncang tubuhnya lembut. B

Putusan untuk Berputus

Di suatu pagi, sebuah percakapan panjang melalui telepon yang pada akhirnya memberikan akhir yang tegas. Ummi : Kamu sudah yakin dengan pilihanmu, Sih? Saya  : In syaa Allaah, Mi. (entah mengapa tidak lengkap rasanya kalimat ini tanpa isakan pelan) Ummi : Ya sudah, semoga itu juga baik. Lalu telepon ditutup. Kami disibukkan dengan pikiran masing-masing. Tidak seperti biasanya, sepagi itu kami bercakap dalam pergelutan batin yang terus bergejolak. Ummi bertahan dengan pendapatnya, begitupun saya. Lalu tiba-tiba ada banyak kenangan melintas, tentang pesan terakhir Abah, Emak, Ummi Haji, lalu Ummi Eni beberapa waktu terakhir ini. Saya tahu, sudah saatnya saya menimbang segalanya secara serius. Sudah saatnya saya berhenti main-main. Ummi benar. Terakhir saya pulang ke Babakan, Dullah memberikan gambaran secara jelas kepada saya tentang rencananya, yang kemudian ia meminta saya terlibat sebagai salah satu bagian dari rencana tersebut. Dullah memang tumbuh dewasa le

Perjalanan Panjang Tentang Makna Tabiat

Ini adalah malam cukup panjang bagi saya dan kedua rekan bisnis saya yang lain. Pasalnya malam ini kami tengah mempersiapkan segala hal yang perlu disiapkan untuk launching bisnis kecil kami di esok hari. Masing-masing sibuk menatap layar laptop, cangkir-cangkir wedang jahe dan kopi berbaris rapi di sekitar kasur, toples-toples kue tergeletak tak bertuan, bahkan kabel-kabel alat elektronik malang melintang tak jelas arah dan tempatnya. Meski demikian ada hal menarik terjadi. Di tengah semrawutnya daftar kerja yang harus diselesaikan, sebuah perbincangan mengenai ‘tabiat’ tiba-tiba mengusik minat kami untuk sejenak berdiskusi sambil menghirup udara fase rehat. Kami sempat tertawa meski lebih banyak memasang mimik serius. Apalah daya, saya memang tengah penasaran dengan satu topik ini, yang entah kenapa sedikit banyak mempengaruhi pola pikir saya dalam berbagai hal. Saya pernah berprasangka bahwa adakalanya manusia berubah. Setiap orang memiliki fitrah baik, maka bukan tidak

Belle 8-8-2015

25 Juli 2015, adalah sebuah awal baru, ketika kita disatukan dalam satu visi yang sama. Aku tak pernah menyangka bahwa bincang ringan kita pagi itu akan menghasilkan sebuah jalan, yang entah mengapa, hingga detik ini masih tidak mampu kupercaya. Sejak peristiwa yang menimpa keluargaku beberapa tahun silam, aku tak pernah percaya pada ide berwirausaha bersama segelintir pengusaha yang lain. Adalah sebuah keniscayaan bagiku, dahulu, bahwa tindak korupsi akan selalu ada. Tak peduli bahwa rekan itu adalah sahabat bahkan keluarga. Hingga pada akhirnya itu membuatku tak pernah mampu menaruh kepercayaan pada siapapun, selain diriku sendiri. Namun tiba-tiba, kau meyakinkanku. Kau bilang, bahwa tak selamanya rekan akan seperti itu. Memang ada kalanya demikian, sebab mereka tak pernah kenal akan nikmatnya iman. Hingga sebuah gelisah kian mampu mematahkan rasa persaudaraan, lalu menikam hati banyak orang. Oh, Kawan, terima kasih. Semoga iman selalu betah di rongga dada ini, hingga denga

Wisuda ITB Periode Juli 2015

Orang sering bilang bahwa kesuksesan selalu beriring dari kerja keras. Lantas, bagi mereka yang belum sempat bertemu dengan sukses, apakah itu tandanya bahwa kerja keras mereka tak patut masuk hitungan? Atau bahkan kita justru harus kembali lagi bergelut pada sebuah retorika tentang makna sukses hakiki? Oh sudahlah, tak perlu menghabiskan waktu untuk hal-hal tak berujung seperti ini. Untukmu, saudariku, kuhempaskan peluh dan sejenak merangkul haru. Bagimu, yang in syaa Allaah siap mengabdikan diri untuk menjadi khilafah bagi semesta alam J Barakallah, Saudariku, Untuk satu lagi capaian sukses dari ribuan sukses yang lain Semoga selalu ada Allah Di setiap titian amal Di setiap awal hingga akhir jalan Alfiyah Nur Fitriani, S.Si Aulia Rahmatika, S.T.