Skip to main content

Posts

Showing posts from February, 2016

Pahami Khitbah, Selangkah Lebih Dekat ke Pernikahan

Sumber Khitbah adalah pengutaraan maksud seorang laki-laki yang ingin menikahi seorang perempuan; atau seorang perempuan yang ingin menikahi seorang laki-laki. Diikuti penerimaan dari pihak wali perempuan terhadap maksud tersebut serta penentuan waktu prosesi akad nikah yang dilaksanakan. Prosesi khitbah pada asalnya amat sederhana dan tidak membutuhkan tata cara yang pelik dan rumit sebagaimana dalam tradisi beberapa kalangan masyarakat saat ini. ketika seorang laki-laki datang ke rumah pihak perempuan dan bertemu dengan walinya, ia menyatakan keinginan untuk memperistri perempuan yang dimaksud, maka itulah khitbah. Atau bahkan tidak perlu datang ke rumah, tetapi bertemu dengan wali perempuan di sebuah tempat, dengan pertemuan yang disengaja atau tidak disengaja, lalu ia menyatakan maksud meminang, maka itulah khitbah. Yang melakukan khitbah ini juga tidak mesti laki-laki calon pengantin itu sendiri, ia bisa mewakilkan kepada orang-orang yang bisa dipercaya, seperti bapa

Di Sini Tetap Tegak Jalanku

Sumber Di sebuah ruang yang tidak begitu luas. Dinding-dinding lembab dan penuh debu. Begitupun langit-langitnya. Sesekali terdengar jangkrik berbunyi nyaring, disahut teriak burung gagak bagai menggelepar penuh lapar. Ruang yang gelap dan pengap, seolah tak sudi menyisakan isapan udara segar bagi paru-paru. Bukan hanya karena kapasitasnya yang kecil, tetapi orang-orang yang berada di dalamnya pun sudah melampaui jumlah minimal penghuni. Jika bukan karena segaris cahaya yang menerobos di satu celah dinding, yang memberi ilham bahwa masih ada kehidupan di luar sana, mungkin seisi makhluk hidup di ruangan itu akan benar-benar menemukan ketiadaan. Srek...srek... Salah seorang lelaki di sudut ruangan beringsek menggeser duduknya. “ Laa haula wa laa quwwata illa billah ...” ucapnya lirih. Matanya terpejam. Jari-jarinya bergerak dari satu buku ke buku jarinya yang lain. Di sudut yang lain, seorang lelaki lainnya memegangi arang sembari menulis lirik nasyid di sepanjan

Atha’ Bin Abi Rabah, Sang Pencari Ilmu

“Tiada aku melihat seorangpun yang lebih mengharapkan wajah Allah SWT dengan ilmunya melainkan tiga orang, Atha’...Thawus...dan Mujahid” (Salamah bik Kuhail) Sumber Kita berada di sepuluh hari terakhir bulan Dzulhijah tahun 97 H. Saat di mana Baitul ‘Atiq dibanjiri oleh lautan manusia yang menyahut panggilan Allah hingga memenuhi seluruh ruas jalan. Ada yang berjalan kaki dan ada yang berkendaraan. Ada yang lanjut usia ada pula yang muda belia, yang laki-laki maupun yang wanita, ada yang putih ada pula yang hitam warna kulitnya, ada orang Arab ada pula orang ‘Ajam, ada raja dan ada pula rakyat jelata. Mereka datang berbondong-bondong menyahut seruan Rajanya manusia dengan penuh khusyuk, tunduk, penuh harap dan suka cita. Sementara itu, Sulaiman bin Abdul Malik, Khalifah kaum muslimin, raja tertinggi di dunia sedang berthawaf di Baitul ‘Atiq tanpa mengenakan penutup kepala, tanpa alas kaki, tanpa memakai apapun selain sarung dan rida’ . Tak ada bedanya antara dirin

Urwah bin Zubair, Laki-Laki Penduduk Surga

“Barangsiapa yang ingin melihat laki-laki penduduk surga, maka hendaklah melihat Urwah bin Zubair.” (Abdul Malik bin Marwan) Sumber Pagi itu, matahari memancarkan benang-benang cahaya keemasan di atas Baitul Haram, menyapa ramah pelatarannya yang suci. Di Baitullah, sisa-sisa sahabat Rasulullah SAW dan tokoh-tokoh tabi’in tengah mengharumkan suasana dengan lantunan tahlil dan takbir, menyejukkan sudut-sudutnya dengan do’a-do’a yang shalih. Mereka membentuk halaqah-halaqah, berkelompok-kelompok di sekeliling Ka’bah agung yang tegak berdiri di tengah Baitul Haram dengan kemegahan dan keagungannya. Mereka memanjakan pandangan matanya dengan keindahannya yang menakjubkan dan berbagi cerita di antara mereka, tanpa senda gurau yang mengandung dosa. Di dekat rukun Yamani, duduklah empat remaja yang tampan rupawan, berasal dari keluarga yang mulia. Seakan-akan mereka adalah bagian dari perhiasan masjid, bersih pakaiannya dan menyatu hatinya. Keempat remaja itu adalah

Masa Lalu

Sumber MASA LALU, yang kerap menjadi tolak ukur frame seseorang. Saya tegaskan, saya membenci pandangan tersebut. Seseorang pernah bertanya pada saya, “Asih, apa pendapatmu tentang masa lalu?”. Saya katakan, masa lalu adalah sejarah dan guru, masa depan adalah tuntutan absolut perencanaan. Ya, mengapa harus sibuk membanding-bandingkan? Mengapa harus menuntut kesempurnaan? Mengapa harus selalu melibatkan masa lalu dalam setiap urusan? Dahulu, saya sering bertanya pada Ummi. Saya tanyakan, di saat hidup terasa sempurna, kebahagiaan keluarga begitu terasa, semua orang menghormati kita, mengapa tiba-tiba Allah mengambilnya? Saya tanyakan juga, mengapa harus saya yang mengorbankan mimpi saya untuk menjelajah dunia? Ummi kerap menyibak helai kerudung saya, lalu menempelkan lembut telapak tangan kasarnya di kening saya. Tidak ada kata-kata yang keluar, melainkan senyum dan pandangan berbinar. Hanya senyum! Keheningan itu menyadarkan saya. Ya, benar, mengapa harus

Update

Satu jam di salah satu ruang rektorat bersama Bapak Rektor sebagai narasumber. Datang dengan perasan tegang, alhamdulillah pada akhirnya inspirasi dan harapan baru yang bisa dibawa pulang. Masyaallah, mantap (y) Ok, semoga nanti bisa saya tuliskan detailnya. Malam ini, mari kita fokus menyelesaikan draft tulisan yang sudah jatuh tempo :') Semangat!

Keep Smile!

Masih bisa ditanggung! Masih bisa, in syaa Allaah! Alladzi khalaqal mauta wal hayata li yabluwakum aiyukum ahsanu ‘amala... Kala niat tersanding bersama itikad kuat, apapun pengorbanannya, apapun ujian-Nya, in syaa Allaah Dia mampukan. Hidup ini hanya sebentar... sangat sebentar. Jangan lagi hati bersibuk dalam keraguan, kesedihan, apalagi keluhan. Hati harus tetap bersih, tetap jernih. Keep smile! :)

Untitled

Ilustrasi Wahai Pengasih, Jikalah tak mampu kusandingkan cermin kebesaran-Mu dalam diriku Jangan biarkan aku jatuh terlampau jauh Kuatkan aku Tegakkan aku berdiri di atas pijakan Menjadi sandaran kuat bagi orang-orang yang kukasihi Kebanggaan bagi orang tuaku Teladan terbaik bagi adik-adikku Jangan biarkan kelemahan merebak di wajah jiwaku yang pilu ini Sungguh, Allah, Tiada daya dan upaya, melainkan dari Engkau