Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2016

Tuk Tuk Dua-Dua

Hampir genap dua bulan. Setiap hari kepala saya dipenuhi pertanyaan, hari ini saya mau mempersiapkan apa, esok saya bisa apa, hei tahun depan masih bisa aktif nulis tidak ya. Aneh sih memang, tapi itulah saya. Saya yang penuh kegelisahan, bahkan hingga ke perkara-perkara kecil. Tidak perlu ditanya berapa buku yang sudah saya habiskan demi mengatasi kegelisahan saya ini, atau usaha saya untuk sekadar mengalihkan fokus sesaat. Ya Allah, kapan ini akan benar-benar berakhir? Batin saya. Rasanya baru kemarin ketika saya masih menjadi Asih ‘Si Bengal’. Ya, saya ini salah seorang anak yang ‘hiperaktif’ bahkan sejak di sekolah dasar. Teman bermain saya banyak, begitupun teman bertengkar. Jangankan anak perempuan, anak lelakipun pernah bergulat dengan saya. Hanya karena saya adalah anak yang paling berprestasi, atau karena diseganinya orangtua saya, guru-guru tidak ada yang berani membentak atau sekadar memberikan surat peringatan kepada saya di sekolah. Di setiap seremoni kenaik

Bismillah, Akhi, Jaga Hati Saudarimu

Ilustrasi Jumat sore, sekelompok orang menyelenggarakan rapat di East Corner, satu kantin baru di wilayah Timur Jauh ITB. Kurang lebih 30 menit mereka selesaikan rapat tersebut. Ketika itu, tiga orang akhwat, memutuskan pulang bersama. Tepat pukul 17.00 ketika mereka berjalan pulang menelusuri jalanan Timur Jauh menuju gerbang depan kampus. Di perjalanan pulang, salah satu di antaranya meminta waktu sebentar untuk mampir di salah satu himpunan. Katanya, ada urusan yang harus diselesaikan terlebih dahulu. Selama akhwat tersebut menyelesaikan urusannya, dua teman lainnya tengah asik mengobrol. Hingga kemudian, begitu urusannya selesai. “Dapet salam dari kakak tingkatku tuh ,” kata akhwat tadi menghampiri dua temannya yang masih saja asik mengobrol. Salah satu temannya kemudian terkekeh, sedang yang lainnya sibuk kebingungan. “Aku sih udah ngerti. Tinggal nunggu konfirmasi,” katanya, kali ini dengan tertawa keras. Selidik punya selidik, ternyata beberapa ikh

Halal dan Thayyib dalam Produksi Pangan

Ruangan seluas kurang lebih 5x5 meter di lantai 4 gedung Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung (SITH ITB) itu nampak lengang. Cahaya menerobos dari kaca jendela, memantul di antara erlenmeyer, tabung reaksi, gelas beaker, juga benda-benda lain yang tersimpan rapi di dalam keranjang-keranjang di atas meja. Aroma pekat senyawa kimia bercampur alkohol hilir mudik masuk ke dalam ruangan. Tercium bahkan hingga lorong-lorong koridor yang juga sama lengangnya. Alih-alih mengganggu penciuman, bau itu justru menambah kekhasan ruangan itu sebagai Laboratorium Fermentasi, salah satu laboratorium untuk riset pangan di kampus gajah. “Setiap tahun, kita melakukan standardisasi makanan-makanan fermentasi,” ujar dosen ITB Dr. Pingkan Aditiawati, sambil menunjuk laboratorium. Selain beraktivitas sebagai dosen, Dr. Pingkan juga tengah beraktivitas sebagai peneliti di Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) ITB serta Center of Advanced Science

Rektor ITB: “Carilah Kebahagiaan dengan Jaminan Halal!”

Wawancara Ekslusif Rektor ITB, Prof. Dr. Kadarsah Suryadi Undang-undang Jaminan Produk Halal mengamanatkan agar setiap produk yang sampai kepada konsumen harus dipastikan kehalalannya. Mendukung amanat UU, Institut Teknologi Bandung (ITB) berencana mendirikan ‘laboratorium halal’ untuk mendukung Pusat-Pusat Halal dalam melakukan pengujian kehalalan produk. Telisik ihwal ‘laboratorium halal’, Jurnalis Alhikmah , Asih Purnamasari berkesempatan mewawancarai Rektor ITB, Prof. Dr. Kadarsah Suryadi terkait rencana ITB berkontribusi mewujudkan Indonesia terbebas dari produk haram. Orang nomor satu di salah satu  Kampus Teknik terbesar di Indonesia ini mengatakan pada tahun 2016 ini, ITB akan mendirikan Laboratorium deteksi halal yang didukung oleh para pakar yang berkompeten di bidangnya. Berikut petikan wawancaranya. Apa Fokus ITB Pada Periode Kepemimpinan Bapak Saat ini ? Pada dasarnya ITB  bukan hanya untuk ITB saja, tapi untuk masyarakat, bangsa dan negara. M

Petuah Ayah, Biasakan Sedekah, Nak!

Tetapi, tiba-tiba saya teringat apa yang ayah ajarkan, bahwa dalam kondisi sedikit apalagi banyak, bersedekah merupakan kewajiban Ilustrasi Setiap insan pasti memiliki sosok-sosok inspiratif yang berpengaruh dalam kehidupannya. Bila sebuah pertanyaan muncul, siapa sosoknya? Tanpa bermaksud menafikan peran orang lain, bagi saya jawaban itu jatuh kepada ayah. Kegigihan beliau dalam mengajarkan nilai-nilai keislaman amatlah berpengaruh. Terutama, petuah untuk senantiasa bersedekah. Ayah kerap berujar, dalam kondisi sedikit apalagi banyak harta, sedekah merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang taat. Agama yang mengajarkan demikian. Nasehat itu begitu masuk ke relung jiwa. Sedikit demi sedikit saya praktekkan di kehidupan sehari-hari. Misalnya ketika saya berusaha menahan diri untuk tidak jajan dan memilih menyisihkan kepada yang berhak. Atau, pada suatu ketika uang jajan yang diberi lebih dari kebutuhan, yang langsung terpikir adalah mengambil berapa persen terlebih

Terlambat...

Jika dahulu saya begitu membenci kehadirannya, kini, saya balik meratap dan bersedih atas kepergiannya. Kadang di kala sendiri, tidak terasa keluar bulir-bulir air dari kedua mata ini. Ilustrasi Entah mengapa, cinta tumbuh ketika tak lagi digenggam. Rasa sayang tetiba muncul kala apa yang dimiliki sirna tanpa sekeping sisa. Saat itu terjadi, kita hanya bisa meratap. Melamun sambil berharap ingin sekali melompat ke lembar episode di mana bisa memperbaiki semua kesalahan. Saking kuatnya terjerembab dalam palung dendam, anugerah terindah yang Ia beri pun tak sanggup memalingkan dari segala kesumat. Bahkan, saya turut Menambah sayatan yang entah sudah segelap apa, memercik api luka di hati ibu, sosok yang begitu berarti dalam hidup. Masih hangat di dalam ingatan, ketika ibu selalu membawaku pulang dari sekolah lebih awal dari jam biasanya. Saat itu saya masih mengenakan seragam merah putih. Belum mampu menafsirkan segala tindak tanduknya yang dipenuhi labirin. Yang saya