Di persinggahan bara, saya menitipkan seonggok tanda tanya. Di dalam batin ini, ada sekelumit bingung yang menghimpit, sangat mengganggu. Hari itu, Allaah menempatkan saya pada satu diskusi panjang. Isya sudah menjelang, dan diskusi masih saja jauh bergulir. Saya terduduk canggung, mendapati diri saya telah banyak meminta waktu. " Maafkan saya, saya hanya kalut. In syaa Allaah ini demi hari baik kemudian " batin saya mengunci. Saya terduduk dan termangu di sebuah sofa yang cukup nyaman untuk berpikir. Di sebelah saya, seseorang lainnya, juga diam menunggu. Di depan kami ada meja kaca, lengkap dengan taplak putih berenda yang membuatnya tampak indah. Di bawahnya tertumpuk beberapa kertas HVS bergambar yang sedikit berdebu karena mungkin sudah terlalu lama terjebak di sana. Di seberang meja itu, kakak tingkat saya, seseorang yang selalu menuntun saya dalam berbagai putusan besar yang saya pikir tidak mampu saya pecahkan sendiri. Saya tidak yakin dengan segala hal yang
Merekah di antara karunia, Lillah...