Skip to main content

Posts

Showing posts from October, 2015

Allahu Ahad

Ilustrasi Allahu ahad . Ayat pertama dalam Al Qur’an surat Al Ikhlash. Ahad yang artinya satu. Sebuah pernyataan bahwa ketunggalan Allah bersifat absolut. Ketunggalan yang bukan hasil dari penjumlahan apalagi peleburan. Allah adalah satu. Maka tak ada yang pantas ditawar untuk menyerupai, apalagi melebihi ketunggalan-Nya sebagai Yang Maha. Allah adalah pencipta dan pemilik peradaban. Allah menguasai yang nampak maupun yang tidak, yang hakiki maupun majazi, yang terarah maupun transisional, yang dekriptif maupun tak definitif. Alhasil, jika kemudian Allah disandingkan apalagi dikesampingkan oleh yang lain, pantaslah kemudian kita menjadi manusia-manusia yang merugi. Jika kita refleksikan nilai-nilai tauhid terhadap diri sendiri, seyogyanya kita lebih sering lagi dalam berbenah. Sebab terkadang di antara simpul-simpul kehidupan, kita mengesampingkan nilai-nilai tauhid tersebut yang justru seringnya membuat kita gamang dalam berdakwah. Maka tak heran jika sebagian dari kita

Malu

Betapapun fisik dan akal ini lelah, jika itu untuk suatu kemaslahatan, saya yakin Allah akan selalu menyelipkan beribu nikmat dan ketenangan tiada hingga di setiap kelelahan-kelelahan itu. Hari ini misalnya, ketika fisik saya rasanya sudah tidak mampu menopang ambisi akal saya untuk mobile dan mengerjakan banyak hal, kedua mata saya sayu dan suntuk, nafas saya bahkan sudah memburu hingga ketenangan ini sudah tidak lagi pada tempatnya. Fisik saya menuntut istirahat. Ia memberontak. Menjelang malam, entah bagaimana ceritanya, suatu kelompok tetiba membuat saya gemas dan ingin menangis, sebab untuk satu amalan baik saja susah sekali mencari sukarelawan. Saya ingin meluapkan kekesalan saya sejadi-jadinya. Lalu tetiba saya teringat Ummu Abdullah, seorang ibu dengan 6 orang putra dan bersuamikan seorang anggota legislatif Daerah Tingkat I dari Partai Keadilan. Membaca kisah-kisah beliau, saya merasa malu. Beliau hanya tidur 4-5 jam dalam sehari dan memulai semua aktivitasnya sejak

Pesan Cinta

Malam ini entah kenapa saya ingin membahas sedikit tentang masa muda saya. Yah setidaknya saya pernah merasa muda :D #eaaaa                                                        Mari sejenak bernostalgia. Beberapa waktu lalu, di hari bahagia saya, lagi-lagi saya mendapatkan sebuah pesan yang tidak terduga. Sebut saja itu pesan cinta (?). Jika biasanya pesan itu disampaikan melalui surat-surat yang sesungguhnya tidak sempat saya baca (dan saya pun enggan membacanya), kali ini pesan itu datang dengan cara dititipkan via whatsapp kepada salah satu adik tingkat saya di kampus. Sungguh, saya tidak paham lagi kemana harus menaruh muka saya ini. Saya malu. Sungguh-sungguh malu. Hmmmm pertama kali saya mendapatkan surat cinta, jika saya tidak salah ingat, adalah ketika saya masih duduk di bangku SMP. Saya lupa tepatnya kelas berapa. Waktu itu saya sering bertanya-tanya, kenapa orang-orang mau berepot-repot menulis panjang lebar menceritakan hal yang sesungguhnya tidak saya p

Nothing

Hai, nama saya Asih Purnamasari. 10 Muharram esok usia saya genap 22 tahun. Apa capaian terbesar saya di usia yang sudah tua ini? Nothing *sigh* Saya terlahir dari keluarga biasa dengan ritme fluktuatif yang luar biasa. Bapak saya dulu seorang pebisnis, namun dengan beberapa kejadian yang tidak akan pernah saya lupakan dahulu, saya bersyukur bahwa kini Bapak memiliki sejarahnya sendiri yang mengajari saya banyak hal, termasuk pekerjaan Bapak kini sebagai seorang supir angkutan umum yang membuat saya belajar makna sebenarnya dari kata ikhlash dan syukur. Ummi saya tidak lulus SD. Ummi belum mampu membaca alfabet, bahkan membuat tulisan nama dan tanda tangannya sendiri saja baru dipelajarinya setelah saya memasuki bangku sekolah dasar. Namun yang akan selalu saya ingat, Ummi saya adalah seorang wanita yang luar biasa, yang darinya saya belajar tentang makna setia dan cinta tiada batas. Sejak kecil, saya dan adik-adik mendapatkan pola asuh dan didikan yang sangat keras dar