Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2016

Cinta dan Selalu Cinta-Nya

Hai hati, katakan padaku, berapa banyak cinta yang mampu kau simpan? Akankah tiba waktunya di mana dirimu tak lagi mampu menerima? Atau memang sudah ketetapan-Nya bahwa untuk cinta ruangmu tak pernah memiliki batas kuantitas. Hati, aku hidup berselimutkan cinta-Nya. Setiap waktu hidupku ditemani cinta. Aku melihat cinta pada senyum ibuku. Aku melihat cinta pada teguran ayahku. Apalagi adik-adikku, aku melihat cinta di setiap rengekan dan keluh kesah mereka. Kala langkahku menelusuri jalanan yang amat panjang, aku terpukau oleh kekuatan cinta-Nya. Karena cinta, dua orang mampu mengabaikan masing-masing ego. Lihatlah! Mereka yang tengah bertengkar tetap saling menasihati dalam kebaikan. Lihatlah! Mereka sesama papa tetap saling berbagi salam dan doa di setiap penghujung malam. Lihatlah! Mereka yang berpayah dalam menjalani hidup tetap saling tersenyum dan memberi dukungan. Sumber Oh, hidup ini terasa amat penuh oleh cinta. Dalam indahnya lafadz dan lantunan An Nuur, h

Aku Bahagia dalam Kesederhanaan

Kisahku, tak melulu berisi hingar bingar kebahagiaan. Aku juga bukan sosok flamboyan. Tak banyak orang mengenalku, begitupun aku belum mampu menjadi tauladan yang sempurna bagi banyak orang. Meski demikian, aku bersyukur atas segala anugerah yang Rabb berikan untukku. Aku yakin, kehidupan ini dan setelahnya selalu menjanjikan kebahagiaan, meski dengan bentuk yang lain. Sumber Sumber Sumber Di dalam hidup, aku mengenal sosok kedua orang tuaku. Mereka membesarkanku dalam perlakuan yang acak; ada lembut juga kasar, ada didikan juga kemarahan, ada pujian juga tamparan. Mereka tak banyak mengenalkanku pada kalimat-kalimat cinta, apalagi nasihat panjang seorang yang pandai bahasa. Mereka membesarkanku dalam kesederhanaan; sesederhana cinta orang tua kepada putrinya. Orang tuaku mengajarkanku cara bersyukur. Itulah yang paling mengakar di dalam kepalaku. Sepanjang hidup mereka tidak banyak menuntut. Apapun yang kami dapat, maka itu adalah sebuah kecukupan. Hidup ini

Album : Momen Terakhir PBM w/ Marcel

Ukhuwah, satu kata yang menyatukan kita. Meski sering kita bertengkar dan beradu opini, tentu di baliknya ukhuwah tetaplah menjadi landasan kita bersama dalam berbagi. Benar, kadang saya merasa jenuh juga. Bagaimana tidak, setiap pekan rapat namun selalu berhadapan dengan kendala yang sama;  personel-personel yang sering datang terlambat, kerjaan yang tidak berjalan dengan baik bahkan tidak terselesaikan, satu dua orang izin meninggalkan acara, dll. Meski demikian, jika saya renungkan, tidak terdeskripsikan bagaimana rincian beraktivitas di sini membuat diri saya nyaman. Ada kalanya saya senyum-senyum sendiri, kadang tertawa, bahkan histeris mendengar celotehan aneh nan frontal dari setiap orang. Ah, terima kasih banyak, Gengs PBM :') By the way , ini momen kali terakhir hedon bareng Bapak Marcel. Setahun ke depan beliau harus berjuang di Kalimantan sana, katanya. Semangat terus ya, Cel! Semoga doa-doamu selama ini terkabul, untuk segera dipertemukan dengan si Te

Hatiku Tersayat

  Sumber Sayat...Ya, hatiku tersayat Lekat mataku menatap kosong Lekat kerongkonganku tercekat Oh, Rabbi... Katakan padaku Mengapa begitu sesak dada ini? Bulir tangis, Tak kuasa aku menahannya Gigiku bergemeletuk Jemari saling meremas Perempuan... Ya, perempuan... Mereka dibesarkan dengan kasih dan sayang Dibelai dengan kelembutan seorang Ibu Juga kebijaksanaan seorang Ayah Mereka disimbahi munajat pengharapan di setiap sepertiga malam Mereka adalah tumpuan orang-orang yang membesarkan namanya Mereka kian dinanti Agar mendekatkan surga bagi sang kekasih hati Namun, lihatlah kini! Jasadnya terbujur kaku Tiada yang tersisa atasnya selain berita duka dan fitnah orang-orang terhadapnya Seorang lelaki telah menjatuhkan kehormatannya Hanya karena syahwat Hanya karena syahwat... Lihatlah... Bulir air mata mengalir dari kedua mata sang Ibu Sedang hati sang Ayah remuk sudah Oh, lelaki... Tidakkah kau malu? Ataukah memang hatimu sudah berubah jadi batu? Ra

Monolog Haidir

Sumber Asih, bagaimana rasanya? Ketika hari-hari berlalu dan kau sibuk mengerutkan dahi. Banyak orang ingin berdiskusi denganmu, sedang kau sibuk menyembunyikan semua kegelisahan. Ah, aku yakin kau tidak akan menjawab, kau akan tetap diam seperti biasanya, atau mungkin juga tertawa. Asih, ada banyak hikmah Tuhanmu. Dia tebarkan semua karunia untukmu. Kau lihat, bukankah indah ketika mentari mendelik malu-malu pukul 5.30 pagi? Atau ketika kau tengadahkan telapak tangan untuk menampung air hujan, namun airnya justru terciprat ke wajahmu. Atau juga, ketika kau lambaikan pergelangan tanganmu yang terbuka ke sisi luar jendela, lalu angin sepoi menerpa dan menggelitiknya. Ayo, sedikit saja, apakah sudah kau temukan hikmah-Nya itu? Asih, ingatlah selalu ini. Allah tak pernah menempatkanmu dalam posisi yang sulit apalagi meninggalkanmu. Jika kau renungkan, kau akan tahu, betapa Dia sayang padamu. Betapa Dia mencintaimu dalam setiap eksistensi waktu bangun dan tidurmu. Rasakan,