![]() |
Sumber |
Asih, bagaimana rasanya? Ketika hari-hari berlalu dan kau sibuk mengerutkan dahi. Banyak orang ingin berdiskusi denganmu, sedang kau sibuk menyembunyikan semua kegelisahan. Ah, aku yakin kau tidak akan menjawab, kau akan tetap diam seperti biasanya, atau mungkin juga tertawa.
Asih, ada banyak hikmah Tuhanmu. Dia tebarkan semua karunia untukmu. Kau lihat, bukankah indah ketika mentari mendelik malu-malu pukul 5.30 pagi? Atau ketika kau tengadahkan telapak tangan untuk menampung air hujan, namun airnya justru terciprat ke wajahmu. Atau juga, ketika kau lambaikan pergelangan tanganmu yang terbuka ke sisi luar jendela, lalu angin sepoi menerpa dan menggelitiknya. Ayo, sedikit saja, apakah sudah kau temukan hikmah-Nya itu?
Asih, ingatlah selalu ini. Allah tak pernah menempatkanmu dalam posisi yang sulit apalagi meninggalkanmu. Jika kau renungkan, kau akan tahu, betapa Dia sayang padamu. Betapa Dia mencintaimu dalam setiap eksistensi waktu bangun dan tidurmu. Rasakan, rasakan, dan terus rasakan. Bersyukurlah. Jangan pernah berhenti menjadi hamba yang senantiasa bersyukur.
Lihatlah, rumput tak pernah mengeluh meski terinjak. Mentari tak pernah menghujat meski sering terabai. Hujan tak pernah putus asa meski tak pernah mendapat pujian. Alam tak pernah bosan berbagi keindahan meski ia tak pernah mendapat bayaran. Oh ayolah, kemana lagi perginya senyum hatimu?
Kau tahu, ada sisi di mana aku menemukan manusia itu terkadang egois sekali. Ketika Sang Khaliq dengan lembut memintanya membagi sebagian perasaannya kepada orang lain, jangankan kebahagiaan, untuk kesedihannya pun ia sangsi. Hmm bukankah menurutmu sikapnya itu tidak mencerminkan ketaatannya sebagai seorang hamba? Apa lagi? Apakah menurutmu kau pantas memuji sikapnya itu?
Hei hei, hari ini saja...buang jauh semua kekhawatiranmu. Aku tahu banyak yang kau pikirkan. Percayalah, tidak ada manusia yang sempurna, termasuk dirimu. Kau tahu banyak hal pada dirimu yang kau rasa kurang. Tidak apa, setidaknya kau menyadarinya, setidaknya dengan itu kau sadar untuk terus berusaha menjadi lebih baik.
Asih, jika benar terlalu besar ketakutan dan kegundahan hatimu detik ini, menangislah saja. Tidak apa perempuan menangis. Bukankah selama ini kau sering melakukannya ketika berdiam seorang diri? Hmmm meskipun sebenarnya aku lebih suka melihat dirimu yang tegar dan penuh nalar :)
Meski demikian, berjanjilah, kebijaksanaan tidak akan pernah terlepas dari hatimu. Meski sedikit dan lamban, kau harus tetap belajar menjadi orang yang dewasa. Banyaklah memberi daripada meminta. Banyaklah mengerti dibanding meminta untuk dimengerti. Banyaklah mencurahkan kasih dan sayang dibanding memohon mendapat tempat istimewa.
Ayo, perbanyak terus dzikir dan doa. Jangan lupa memohon kebahagiaan untuk orang-orang yang kau kasihi dan kau cintai.
Semangat terus!
Tasyakur yaa, Ukhtii ^^
Comments
Post a Comment