Aku tak mengerti apa yang terjadi dengan perasaanku. Siang tadi aku menangis. Benar-benar menitikan air mata. Ya Tuhan, mengapa hatiku begitu rapuh? Mataku kembali mendelik, mencoba mencari objek baru untuk ditatap. Aku tak tahan. Air mata semakin menggenang. Tenggorokanku tercekat. Pedih sekali. Kedua matanya menatap serius ke arah layar laptop. Beliau sedang mencari file yang tak kunjung menampakkan diri sejak tadi. Kacamata yang beliau kenakan terlihat sedikit melorot, beliau tak peduli. Tangannya bergetar-getar. Mungkin tremor penanda kerentanan fisik akibat usia , batinku. Ketika beliau tertunduk, semakin jelaslah usianya. Rambut putih nampak di sana-sini. Rasanya jumlahnya menjadi lebih banyak dibanding kali pertama aku bertemu dengannya dahulu. Ah, Ibu... Beliau adalah Ibu Lucy, dosenku di salah satu mata kuliah Farmasi Klinik dan Komunitas. Dosen yang terkenal paling galak dan tegas terhadap mahasiswa. Tak segan untuk memarahi dan memaki di depan umum. Pun aku me
Merekah di antara karunia, Lillah...