Skip to main content

Prolog

Pagi itu mentari masih mendelik malu-malu. Dari kerendahan sini, cahayanya seperti terang-redup ditimpa raksasa awan yang bergumal melintas. Sebagian awan itu masih berpencar, rupanya persis seperti bulu domba yang lebat, putih bersih dan keriting menggemaskan.

Bangunan-bangunan di sini sebagian besar masih terhitung rendah, rumah-rumah, masjid, warung-warung kecil, sekolah, kantor desa, tingginya rata-rata tidak lebih dari tiga meter. Inilah yang membuat keindahan langit dapat dilihat dengan jelas. Tidak ada penghalang yang perlu dirisaukan, kecuali pohon-pohon tinggi yang nampak terlalu tua tumbuh di tanah kami, serta rumah Pak Enung dengan ketinggian dua lantai yang baru saja selesai dibangun pekan lalu, rumah paling megah di satu kecamatan ini.

Beralih ke petakan-petakan sawah yang letaknya persis di belakang rumah, tidak ada yang nampak istimewa. Di bilangan rukun tetangga kami, hampir tidak ada penduduk yang bekerja sebagai petani padi. Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu petani di sini lebih suka memelihara ikan-ikan, dari ikan lele, mujair, mas, bawal, hingga gurame, yang sebagian besarnya memiliki daya jual tinggi dan mendapatkan sambutan cukup baik di Pasar Kecamatan. Itulah mengapa keindahan padi yang menguning selalu terasa mahal, sebab kami harus hijrah terlebih dahulu ke desa tetangga agar bisa menikmati pemandangan sawah yang katanya memukau itu.

Sepagi ini jalanan setapak nampak lengang. Bukan karena penduduk masih tertidur di kasurnya masing-masing, tapi sebagian besarnya pasti sudah pergi ke Kecamatan. Ini hari Sabtu, penduduk menyebutnya sebagai hari pasar. Pada hari ini, pasar di Kecamatan ramai didatangi oleh penjual-penjual sembako, pakaian, sayur dan buah, termasuk petani-petani kami yang hendak menjual ikan-ikan hasil tanam dari petakan sawahnya masing-masing.

Di ujung jalan, di atas pohon paling besar dan rimbun di kampung kami, adalah objek pemandangan paling menarik kala pagi menampakkan diri. Sebab dari sanalah mentari melepas selimut malam, memberikan kehangatan pada rerumputan dan manusia-manusia kampung yang mendingin semalam suntuk. Termasuk memberikan izin bagi ayam-ayam jantan untuk berkokok dan menghentikan kebisingan bagi para jangkrik serta kodok di pesawahan. Namun dari balik kaca jendela kamar yang kecil dan penuh debu, pemandangan itu selalu terlihat tidak utuh.

Ting Ting Ting! “Bubur, Bubur...” teriak salah seorang penduduk desa tetangga yang setiap pagi melewati jalanan setapak di kampung kami. Dialah Pak Nje, penjual bubur kacang ijo yang banyak digandrungi dan diratapi oleh para Ibu di kampung. Bagaimana tidak, jika setiap Pak Nje lewat dibarengi dengan teriakan khasnya, maka susul bersusul akan terdengar suara tangisan anak-anak desa minta uang. Beberapa mungkin diam saja, sebab di rumah, Ibu sudah menyiapkan menu sarapan pagi yang lebih istimewa dibanding bubur kacang ijo Pak Nje. Tapi tidak untuk anak-anak yang masih menyisakan rongga di sekitaran perut buncit mereka, apalagi anak-anak yang memang terbiasa tidak disuapi rutin tiap pagi. Maka setelah itu, jika Ibu-Ibu mulai risau, mereka tak akan segan memanggil Pak Nje, lalu tak lama Pak Nje akan tersenyum dan menjajakkan gerobak reotnya di depan rumah para pembeli.


Di sebuah rumah di sepanjang jalananan kampung, seorang anak perempuan terlihat menundukkan pandangan dengan pundak mengendur. Di depannya nampak sepasang sepatu kumal yang alasnya sudah berlubang. Anak perempuan itu terlihat menahan tangis. Di saat anak lain sibuk merengek minta makan, anak perempuan itu justru sibuk merenung begitu dalam. Nur ingin sekolah, Ummi,  batinnya.

“Nur, belikan Abdul bubur!” Sebuah suara memberikan perintah dari dalam rumah. Nur mengusap tetes air yang tertahan di sekitar kantung mata, lalu setengah berlari masuk ke dalam rumah untuk menghampiri sumber suara. “Iya, Ummi...” katanya lirih.

Comments

Popular posts from this blog

Tahapan Kaderisasi

Kader berasal dari bahasa Yunani cadre yang berarti bingkai. Bila dimaknai secara lebih luas, berarti : Orang yang mampu menjalankan amanat. Orang yang memiliki kapasitas pengetahuan dan keahlian. Pemegang tongkat estafet sekaligus membingkai keberadaan dan kelangsungan suatu organisasi Kader adalah ujung tombak sekaligus tulang punggung kontinyuitas sebuah organisasi. Secara utuh kader adalah mereka yang telah tuntas dalam mengikuti seluruh pengkaderan formal, teruji dalam pengkaderan informal dan memiliki bekal melalui pengkaderan non formal. Dari mereka bukan saja diharapkan eksistensi organisasi tetap terjaga, melainkan juga diharapkan kader tetap akan membawa misi gerakan organisasi hingga paripurna. Pengakaderan berarti proses bertahap dan terus-menerus sesuai tingkatan, capaian, situasi dan kebutuhan tertentu yang memungkinkan seorang kader dapat mengembangkan potensi akal, kemampuan fisik, dan moral sosialnya. Sehingga, kader dapat membantu orang lain dan diri...

Pangan Fungsional

I.          Latar Belakang Salah satu penyebab meningkatnya penderita penyakit degeneratif di masyarakat adalah kerusakan sel tubuh sebagai akibat aktivitas unsur radikal bebas yang terdapat dalam bahan makanan. Keadaan ini bisa terjadi karena kurangnya asupan bahan-bahan aktif yang dapat mencegah reaksi autooksidasi dari radikal bebas tersebut. Untuk meningkatkan daya tahan tubuh dibutuhkan asupan makanan, baik berupa sayuran, buah-buahan yang merupakan sumber antioksidan. Aktivitas antioksidan dapat menangkap radikal bebas, sehingga sel-sel yang rusak dapat dicegah ataupun diperbaiki. Selain dari sayuran dan buah sumber antioksidan juga dapat berasal dari tanaman  obat, jahe, mengkudu, lidah buaya, pegagan, temulawak, asitaba dan lain-lain. Senyawa-senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman tersebut dapat bermanfaat sebagai sumber antioksidan misalnya flavonoid, tanin, polifenol dan lain-lain. Tanaman biofarmaka yang berfung...

Tazkiyatun Nafs

“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap jiwa (orang) memperhatikan apa yang diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al Hasyr: 18) Ayat di atas dimulai dengan perintah bertaqwa kepada Allah dan diakhiri pula dengan perintah yang sama. Ini mengisyaratkan bahwa landasan berpikir, serta tempat bertolak untuk mempersiapkan hari esok haruslah diisi dengan taqwa. Kemudian ayat di atas juga menjelaskan kepada orang yang mengaku beriman kepada Allah agar mempunyai langkah antisipatif terhadap kemungkinan apa yang terjadi esok. Syeikh Abdullah Nasih ‘Ulwan dalam bukunya ‘Ruhniyatut Da’iyah’ mengajarkan kepada kita bagaimana meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT dengan cara melaksanakan lima ‘M’ yaitu: Mu’ahadah, muraqabah, muhasabah,  mu’aqabah dan mujahadah. Mu'ahadah Mu'ahadah yakni mengingat dan mengokohkan kembali ...