Tahukah kau kenapa
menjelajah kota luar selalu terasa lebih menyenangkan? Karena di sana ada
banyak pengharapan baru yang bisa ditemukan, sahabat-sahabat baru, kesenangan
baru, pandangan baru, semua membaur jadi satu.
Selama 5 hari kemarin, aku
bergabung bersama 11 orang lainnya melakukan bakti sosial di 3 daerah secara
serempak; hari pertama di Banjar, hari kedua berlibur di Pantai Pangandaran,
hari ketiga kembali menekuni baksos di Ciamis, lalu berlanjut di Tasik, transit
beberapa jam di Garut, hingga akhirnya keremukan badan bisa sedikit terobati
begitu badan bertemu dengan kasur empuk di Rumah Sahabat. Rasa lelah tentu ada,
tumpukan baju kotor sudah tak terhitung berapa pastinya, tapi segala
pembelajaran ini membuat akalku menjarah hal-hal yang tidak pernah kutemukan
sebelumnya. Aku luar biasa bahagia J
Kami beranggotakan 12 orang,
6 pria dan 6 wanita. Kelima rekan (wanita) ku yang lain senang sekali
memanggilku ‘Bocil’ alias ‘Bocah Kecil’, yang katanya sesuai sekali dengan
sikapku yang lugu dan senang bertanya tidak karuan. Bahkan salah satu dari
mereka acapkali berteriak ‘Ih gemes deh!’ setelah aku menanyakan ulang beberapa
bahasan yang tidak kumengerti, padahal bahasan tersebut sesungguhnya
benar-benar tidak penting, hanya berupa gurauan atau curhatan para wanita yang
katanya sedang baper. Oh Tuhan, teganya, di akhir kesempatan lebih jauh lagi mereka
secara sepihak melabeli kami sebagai ‘Geng Baper’ dan aku ditunjuk sebagai
ketua geng, yang katanya memiliki kewajiban untuk mengumpulkan dan mengayomi
anggota jika ada hal-hal yang perlu kami lakukan bersama -_____-
G-E-N-G B-A-P-E-R, oh,
baiklah...
![]() |
| Hari II, Pantai Pangandaran |
Aku ingat beberapa potongan
momen kebersamaan kami, sebagian besar saat kami berlibur di Pantai
Pangandaran. Tengah malam, di saat banyak orang merebahkan diri di kasur empuk
masing-masing, kami justru memboyong satu mobil mainan ‘bandros’ untuk
berjalan-jalan di sekitar penginapan, tak lupa menyalakan lagu dangdut untuk
karoke dan beberapa kali membunyikan klakson keras-keras. Sedikit menyerupai
remaja alay, menurutku. Begitu pagi, kami berhamburan ke pantai demi bisa
menumpangi perahu penyebrangan menuju kawasan Pasir Putih. Aku dan Teh Diah,
salah satu rekanku, bahkan dengan asiknya berendam di lautan dangkal sambil
mengumpulkan terumbu karang. Air laut menubruk wajah kami, meninggalkan rasa
pedih di mata dan asin di lidah, lalu mengikuti setelahnya terdengar bunyi
kecipak dari tangan-tangan kami di sekitaran air laut itu untuk membersihkan pasir-pasir
yang menempel hingga kerudung. Tak lama, kami akan tertawa begitu keras. Sebab dibanding
bersih, baju-baju kami justru tambah kotor oleh deburan air penuh pasir yang
kembali menubruk wajah kami begitu kerasnya.
![]() |
| Hari II, Pantai Pangandaran |
![]() |
| Hari II, Pantai Pangandaran |
![]() |
| Hari III, Masjid Agung Ciamis |
![]() |
| Hari III, Masjid Agung Ciamis |
![]() |
| Hari III, Masjid Agung Ciamis |
Ah, sungguh, tak ada kata yang mampu mewakili segala perasaan ini :’) #bukankode








Comments
Post a Comment