Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2017

Pupus

Senja, kulihat semburat kuning di antara ketinggian langit melapis putih yang semula terhampar di sana menutup luka di belahan hati seorang gadis membuatnya lupa bahwa ia telah merintih semalam penuh Gadis malang, ia ingin merasakan kembali waktu kala setapak kaki menjadi penanda untuk berbahagia menyungging senyum yang bagaimana entah tidak bisa ditahan jantungnya, bagai ditepuk di antara bantalan lembayung bahkan angin, mampu membuatnya tersipu dan menyembunyikan diri di antara bilik bambu Lihatlah, burung camar meliuk melintas alam membawa jauh mimpi si gadis kapan dan di mana entah camar itu berhenti tiada yang tahu Pukul 6, kala kegelapan menutup langit mata si gadis membelalak terlampau lama tertunduk, ia menyeret langkah gontainya kembali menuju luka juga rintihan malam ini sumber

To be Trusted

The more you need someone, the more you need to be trusted . Saya penggemar serial Castle. Setiap pukul 22.30 WIB channel FOX menampilkan serial tersebut dengan durasi hanya 1,5 jam. Selain jadwal tayang yang menurut saya terlampau larut (setidaknya untuk saya), tidak ada yang membuat saya kecewa dengan isi cerita apalagi sang pemeran utama. Saya suka bagaimana Nathan Fillion membuat peran Richard Castle sebagai penulis thriller begitu hidup dan anehnya membuat saya jatuh cinta, saya suka bagaimana Stana Katic membuat tampilan Kate Beckett sebagai detektif perempuan dominan begitu atraktif dan seksi (Oh, sesunggunya saya tidak nyaman mendeskripsikan perempuan dengan kata ini).  Yeah, I love everything about Castle . sumber Hingga beberapa waktu lalu, ketika serial ini memasuki season 8. Tidak seperti season lain yang didominasi oleh kasus kriminalitas, pada season ini kisah percintaan Castle dan Beckett menjadi lebih vulgar dan sedikit emosional. Misalnya, tentang Becke

I Want to be a Full-Time Mom

I want to be a full-time Mom... Hehe entah kenapa pagi ini kalimat tersebut yang tersirat. Dan entah sejak kapan pula kalimat itu mulai ada. Sebenarnya, berdasar banyak artikel yang saya baca belakangan, tidak ada istilah full-time , half-time , bahkan working-Mom . Sebab, bagaimanapun dan seperti apa pun aktivitas yang dilakukan seorang ibu, dia akan tetap menjadi ibu yang utuh bagi anak-anaknya. Di depan laptop, bepergian, berbelanja, bahkan ketika tertidur; pikiran mengenai anak-anaknya selalu muncul di dalam kepala. Saya tergelitik karena tiba-tiba teringat tuntutan lingkungan kepada saya, baik dari orang-orang terdekat hinga orang-orang yang baru saya kenal satu menit di jalan. Sebagian percakapan yang terjadi kurang lebih seperti ini: Orang lain : "Kuliah di mana, Mbak?" Saya : "Di ITB, Mbak/Mas" Orang lain : "Sudah lulus?" Saya : "Alhamdulillah sudah" Orang lain : "Wah enak banget ya bisa dapet kerjaan yang n

Untukmu, Anakku...

Anakku, jika kini engkau tengah berjuang untuk menjadi manusia yang utuh, teruskanlah. Aku menunggumu, sama besarnya penungguanku itu seperti hari-hari yang telah lalu. Anakku, jika kelak engkau dapati aku marah, ketahuilah bukan semata-mata aku benci padamu. Aku menyayangimu, dan rasa itu tak akan berubah meski hidupku tak utuh lagi. Aku ingin engkau tumbuh purna, memiliki ruang besar untuk mengembangkan diri, menuai prestasi sebanyak yang engkau mampu. Aku ingin engkau tumbuh jauh-sangat jauh-lebih baik dibanding aku, ibumu. Maka maafkanlah ibumu ini, biarkan aku mendidikmu sedikit lebih keras. Sedikit saja... Anakku, jika kelak engkau dapati aku terdiam, ketahuilah bukan karena berbicara denganmu terasa membuang-buang waktu. Aku hanya ingin berpikir dan terus berpikir, bagaimana caranya aku dapat memberitahumu bahwa apa yang telah engkau lakukan kurang tepat. Hati dan pikiranmu sangat berharga, dan aku tidak ingin merusaknya hanya karena lidahku yang tandus. Anakku

Tik Tok Tik Tok

Namaku Asih Purnamasari, 3 hari lagi usiaku menginjak 23. Akhir-akhir ini aku semakin banyak merenung, "Ya Tuhan, usiaku semakin tua, adakah amalku Engkau terima?" Laiknya pemuda masa kini, aku ingin menjadi seseorang yang menuai sukses sejak usia dini. Dulu aku sempat menuliskan, tahun 25 aku harus lulus Apoteker dan S2 di bidang bisnis. Jika tidak salah ingat, setelahnya aku ingin memberikan waktu kepada diriku sendiri selama 2 tahun untuk berkarir di luar pulau Jawa. Aku ingin merantau ke berbagai daerah, memberikan ruang kepada diriku sendiri untuk melihat dunia melalui kaca lingkungan kerja, memuaskan hasrat diri untuk melakukan perjalanan jauh sejak dahulu. Usia 27, kataku, 'mungkin' aku akan menikah, setelah memastikan bahwa aku benar-benar yakin dengan pilihanku dan aku siap menerima pasanganku. Usia 40, saatnya aku mendirikan sebuah lembaga swadaya masyarakat, sesuai dengan idealismeku dalam mengimplementasikan perintah Allah berbuat baik terhadap sesam

Butuh Teman

Hi dear, sudah lama sekali sejak terakhir kali aku menulis... Setelah hengkang dari status sebagai wanita single nan sibuk beraktivitas di Bandung, aku berganti diri menjadi seorang istri yang sehari-hari menghabiskan waktu hanya di dalam rumah. Aku melamar beberapa pekerjaan, tetapi belum ada yang sesuai dengan keinginan. Aku memulai bisnis kecil, tetapi kemudian aku sadar bahwa pun untuk skala rumahan, tetap saja banyak hal yang harus dipikir dan siapkan. Ketika menulis postingan ini, aku sedang menikmati sepiring nasi goreng beserta lauk-pauknya, juga segelas teh yang kuseduh sejak pagi dan kini terasa amat hambar. Handphone-ku tergeletak di samping laptop, enggan kusentuh. Aku masih mengenakan daster tadi pagi, malas sekali berganti pakaian sekadar untuk memuliakan diri menjadi wanita yang bersih dan wangi. Dan dendang lagu yang kudengarkan, hmmm...membuatku semakin risih saja memulai Senin pekan ini. Dear, kupikir aku tengah mengalami sindrom peralihan peran. Ada wak