Anakku,
jika kini engkau tengah berjuang untuk menjadi manusia yang utuh, teruskanlah.
Aku menunggumu, sama besarnya penungguanku itu seperti hari-hari yang telah lalu.
Anakku,
jika kelak engkau dapati aku marah, ketahuilah bukan semata-mata aku benci padamu.
Aku menyayangimu, dan rasa itu tak akan berubah meski hidupku tak utuh lagi.
Aku ingin engkau tumbuh purna, memiliki ruang besar untuk mengembangkan diri, menuai prestasi sebanyak yang engkau mampu.
Aku ingin engkau tumbuh jauh-sangat jauh-lebih baik dibanding aku, ibumu.
Maka maafkanlah ibumu ini, biarkan aku mendidikmu sedikit lebih keras.
Sedikit saja...
Anakku,
jika kelak engkau dapati aku terdiam, ketahuilah bukan karena berbicara denganmu terasa membuang-buang waktu.
Aku hanya ingin berpikir dan terus berpikir, bagaimana caranya aku dapat memberitahumu bahwa apa yang telah engkau lakukan kurang tepat.
Hati dan pikiranmu sangat berharga, dan aku tidak ingin merusaknya hanya karena lidahku yang tandus.
Anakku,
jika kelak engkau dapati aku tersenyum, ketahuilah bahwa aku tengah bersyukur kepada Tuhan.
Aku bahagia karena Dia titipkan engkau untukku.
Aku bahagia karena engkau mampu mengisi ruang-ruang hatiku yang kosong. Aku bahagia karena engkau menjadi secercah harapan di tengah keluarga kecil kita.
Anakku,
jika kelak engkau dapati aku menangis, ketahuilah bahwa itu merupakan tangis kebahagiaan seorang hamba Tuhan.
Aku bahagia karena mampu menerima karunia sekaligus ujian, yang tak lain adalah dirimu.
Aku ingin memberikan rasa hormat kepada diriku sendiri karena telah berjuang membesarkanmu, meski dengan banyak keterbatasan, meski kerap batin dan fisikku letih.
Anakku,
junjunglah Rabb kita.
Dekatkan dirimu pada-Nya.
Bantu aku menyusun bata demi bata rumah kita di Surga.
Aku ingin bunga-bunga yang indah, air jernih yang mengalir di samping rumah kita, kilauan matahari sore yang membuat hati teduh, juga senyum-Nya yang membuat hati berdesir haru...
Anakku, aku mencintaimu, dan selalu menunggumu...
jika kini engkau tengah berjuang untuk menjadi manusia yang utuh, teruskanlah.
Aku menunggumu, sama besarnya penungguanku itu seperti hari-hari yang telah lalu.
Anakku,
jika kelak engkau dapati aku marah, ketahuilah bukan semata-mata aku benci padamu.
Aku menyayangimu, dan rasa itu tak akan berubah meski hidupku tak utuh lagi.
Aku ingin engkau tumbuh purna, memiliki ruang besar untuk mengembangkan diri, menuai prestasi sebanyak yang engkau mampu.
Aku ingin engkau tumbuh jauh-sangat jauh-lebih baik dibanding aku, ibumu.
Maka maafkanlah ibumu ini, biarkan aku mendidikmu sedikit lebih keras.
Sedikit saja...
Anakku,
jika kelak engkau dapati aku terdiam, ketahuilah bukan karena berbicara denganmu terasa membuang-buang waktu.
Aku hanya ingin berpikir dan terus berpikir, bagaimana caranya aku dapat memberitahumu bahwa apa yang telah engkau lakukan kurang tepat.
Hati dan pikiranmu sangat berharga, dan aku tidak ingin merusaknya hanya karena lidahku yang tandus.
Anakku,
jika kelak engkau dapati aku tersenyum, ketahuilah bahwa aku tengah bersyukur kepada Tuhan.
Aku bahagia karena Dia titipkan engkau untukku.
Aku bahagia karena engkau mampu mengisi ruang-ruang hatiku yang kosong. Aku bahagia karena engkau menjadi secercah harapan di tengah keluarga kecil kita.
Anakku,
jika kelak engkau dapati aku menangis, ketahuilah bahwa itu merupakan tangis kebahagiaan seorang hamba Tuhan.
Aku bahagia karena mampu menerima karunia sekaligus ujian, yang tak lain adalah dirimu.
Aku ingin memberikan rasa hormat kepada diriku sendiri karena telah berjuang membesarkanmu, meski dengan banyak keterbatasan, meski kerap batin dan fisikku letih.
Anakku,
junjunglah Rabb kita.
Dekatkan dirimu pada-Nya.
Bantu aku menyusun bata demi bata rumah kita di Surga.
Aku ingin bunga-bunga yang indah, air jernih yang mengalir di samping rumah kita, kilauan matahari sore yang membuat hati teduh, juga senyum-Nya yang membuat hati berdesir haru...
Anakku, aku mencintaimu, dan selalu menunggumu...
Comments
Post a Comment