Skip to main content

Posts

Showing posts from September, 2019

Qadar-Nya

Tengah malam Tisya terbangun. Dia gelisah karena haus. Aku langsung menyodorkannya air minum di botol, lalu menyusukannya agar dia kembali terlelap. Sambil mengerjapkan mata, baru aku tersadar bahwa lelakiku masih di sana, bersender pada dinding kamar sambil memainkan benda persegi panjangnya. "Belum bobok, By?" tanyaku. "Belum. Belum ngantuk," jawabnya. Sontak kudekati dia. Kupandangi wajahnya. "Kenapa? Ini udah malem banget, loh." Lagi, aku bertanya sambil mengingatkannya bahwa jam sudah menujuk angka 12.30 WIB. "Mimihnya udah bobok. Aku gak ada temen ngobrol. Kalau ngobrol sama Mimih kan bisa ngantuk." Aku hanya bisa tersenyum. Pelan kuajak dia merebahkan diri, mengusap rambutnya, lalu membacakannya doa sebelum tidur. Tak berselang lama terdengar suara dengkuran halusnya, dia pun terlelap. Masya Allah, lelaki ini, yang tiga tahun lalu dengan gagah berani memintaku pada kedua orang tuaku. Dia yang tak pernah kukenal se

Di Balik Kaca

Hai, Nak, apa yang sedang kamu pandangi di luar sana? Apakah juga ingin kamu tembus kaca itu? Kamu tahu, Nak, saat kamu lahir Bunda tidak bisa langsung menyusuimu. Bunda lemah saat itu. Di kala Bunda masih bersimbah darah, kamu dibaringkan di kotak kaca. Tak lama, kamu dijauhkan dari jangkauan Bunda. Mereka bilang kondisimu belum stabil, hingga Bunda berpikir, apakah semua itu karena kesalahan Bunda? Saat kamu Bunda bawa pulang, kamu tertidur nyenyak di dalam dekapan Bunda. Bunda merasa seperti membawa harta yang amat berharga. Bunda takut kedua lengan Bunda tetiba lemah dan membuatmu terjatuh, atau malah justru terlalu kuat mendekapmu. Tidak tergambar bagaimana rasa Bunda saat itu, bahagia bercampur takut. Di kali pertama Bunda memandikanmu, kamu menjerit. Ah, apakah Bunda melakukan kesalahan? Apakah Bunda membuatmu tidak nyaman? Oh Tuhan, Bunda seketika terburu-buru menyelesaikan apa yang harus Bunda selesaikan. Bunda basuhi kamu dengan air hangat, mengolesimu sab

Seperempat Abad

Bersyukur. Rasanya hanya satu kata itu yang dapat mewakili rasa di hati saat ini. Di usia yang menginjak 25 tahun, aku dikaruniai seorang suami yang alhamdulillaah Shalih serta anak yang mampu menyejukkan pandang. Aku merasa genap, baik dengan segala suka maupun duka di dalamnya. Setiap hari selalu ada cerita, ada tawa yang mengisi, meski kadang tangis pun mengiringi. Tapi tak apa, aku tetap bersyukur. Apapun bentuknya, semua itu karunia dari-Nya. Aku disibukkan dengan segala aktivitas rumah tangga, setiap hari, dalam 24 jam. Jika dulu aku sempat bingung memikirkan akan digunakan untuk apa waktuku, kini malah rasanya 24 jam sangat kurang haha. Memikirkan Tisya yang akhir-akhir ini sedang sulit makan, melayani dan memenuhi kebutuhan suami, hmmm aku merasa seperti dikejar-kejar waktu. Oh iya, aku belum cerita ya? Aku alhamdulillah sudah dikaruniai seorang anak yang cantik dan lucu. Dia tumbuh di rahimku persis di usia pernikahanku menginjak satu tahun. Awalnya aku mengira akan