Tulisan pertama di hari yang fitri. Bismillaah, semoga tidak berakhir di folder draft (lagi). Saat saya menulis kata demi kata yang mengganggu di kepala, matahari di desa Babakan sudah beringsut menuju puncak. Cicit demi cicit beragam spesies aves bersahutan layaknya pertunjukkan orkestra pagi. Babakan riuh-rendah bergemuruh oleh keramaian. Rupanya sebagian besar tetangga masih sibuk dengan euforia lebaran, apalagi anak-anak yang antusias memakai setelan baju baru keduanya di hari ini. Sepagi tadi saja, saat saya mengantar Alif ke sawah, sepupu-sepupu perempuan saya yang masih muda nampak saling bercanda, entah kenapa berdandan menggunakan kerudung menjadi permainan asik tersendiri bagi mereka. Agar lebih seru, saya hanya mencandai “Duh perawan cantik mau ke mana hari ini?”, lalu mereka terbahak dan saling lirik menuduh satu sama lain. Nuansa berbeda nampak dari rumah Uwak yang berada persis di sebelah rumah saya. Rumah tersebut masih ramai dikunjungi warga kampung sejak ke
Merekah di antara karunia, Lillah...