Skip to main content

Posts

Showing posts from August, 2013

Kiamat

Pernahkah suatu kali kita memikirkan tentang kiamat? Bagaimana kiamat itu? Kapan terjadinya? Apakah dunia ini benar-benar akan musnah? Jika demikian, bagaimana rasanya? Apakah aku benar-benar tak akan lagi punya teman? “Tahukah kamu apakah Hari Kiamat itu? Pada hari itu manusia seperti kupu-kupu yang bertebaran.”  (QS. Al-Qaari’ah: 3-4) Berikut ini rangkuman pendapat para ilmuwan sehubungan dengan bencana global yang mungkin menimpa manusia Bumi sehingga membuat punah semua atau sebagian besar kehidupan di planet biru ini. Rangkuman tersebut disadur dari buku berjudul PEMERINTAHAN TUHAN yang ditulis oleh Arifin Muftie pada tahun 2005 (cetakan I) dan diterbitkan oleh PT Kiblat Buku Utama halaman 223-232. Keruntuhan Ekosistem Keruntuhan ini meliputi kerusakan global, yaitu saat naiknya permukaan air laut yang disebabkan mencairnya kutub es di utara dan menyebabkan banyak wilayah dunia terendam air laut tersebut. Ditabrak Komet Bulan Januari 1991, NASA memperkira

Senyum Kecil Untuk Bapak

Aku menikmatinya, setiap kali tawa renyah Bapak terselip di antara percakapan kami di telepon. Aku menikmatinya, setiap kali Bapak menegur bahkan marah karena tak juga kuturuti nasehat-nasehatnya. Aku menikmatinya, setiap kali Bapak berteriak memanggil Umi hanya untuk membuat kami bertegur sapa melepas rindu. Ya, aku sangat menikmati setiap momen yang terlewati bersama kedua orang tuaku... Ada satu hal yang entah mengapa masih kusayangkan. Aku tak dapat mengendarai sepeda motor, dan aku ragu bahwa suatu saat aku mampu. Bukan karena malas belajar, tapi karena keinginan Bapak agar aku tak akan pernah mencobanya. Bapakku penakut. Aku selalu melihat bahwa ada lebih banyak kekhawatiran terpancar di wajahnya dibandingkan kerelaannya untuk melepasku menjadi pribadi yang mandiri. Ah, Bapak u_u Setiap kali memikirkan Bapak, aku selalu teringat masa ketika aku masih duduk di bangku sekolah dasar dahulu. Aku adalah anak sulung sekaligus satu-satunya anak perempuan di keluargaku. Biarpun

Kutunggui Engkau, Rintik Hujan

Persimpangan sudah dekat, derap langkahku berjalan pelan. Di sudut sana sebuah atap melintang tertumpu tiang, meski aku tak yakin apakah itu untukku. Yakinku hanya satu, bahwa ada seseorang yang masih harus kutunggu di sepanjang jalan ini. Adalah rintik hujan, perlahan jatuh di atas hidung. Saat kuperhatikan kembali, baru kusadari bahwa ternyata sebagian suara itu masih terperangkap di dalam hati. Ada kesedihan yang dicampakkan, ditinggalkan, kemudian menghilang seiring tetes hujan yang bergulir semakin jatuh. Aku mencintai-Mu, meski sebagian hati kuselipkan untuk mereka. Aku tak membawa sisa, sebab selain sekeping itu memang aku tak punya. Aku tak layak memberi cinta, bahkan menerima, bila selain dari-Mu. Sebab baru kusadari, bahwa cinta-Mu telah banyak menghardik ragu. Pernah beberapa kali aku menangis meratapi malangnya aku. Tapi kemudian aku merasa malu, sebab rumput yang terinjak pun tak pernah jua mengeluh. Pernah beberapa kali aku marah karena sedikitnya harap ters

Perjuangan Iggle Pop part II

Masih dalam permainan yang sama. Icon pahlawan digerakkan dengan gesit ke arah musuh-musuh, sedang musuh-musuh itu ketakutan dan berlari menjauh. Hingga dalam suatu kesempatan saat icon pahlawan ternyata dapat mengejar musuh-musuh tersebut... BOOM!! Terjadi ledakkan hebat yang dengan sukses membuat musuh-musuh tersebut hancur lulu lanta. Sayangnya, karena permainan hampa tanpa peperangan, musuh-musuh itu secara otomatis kembali hidup beberapa waktu kemudian. Tapi... TADA! skor yang didapat adikku bertambah beberapa angka. Waw, fantastis! *gaya lebay* Jika kuingat-ingat lagi, permainan itu di setting dalam bahasa inggris. Sehingga semua intruksi dan deskripsi yang diberikan sudah pasti akan tercantum dalam bahasa inggris. Padahal sejatinya adikku hampir tidak bisa berbahasa inggris sama sekali. Sehingga dapat dipastikan dia tidak akan dapat membaca semua intruksi dan deskripsi dari setiap bantuan yang diberikan. Lantas, darimana dia tahu bahwa ZAP itu berfungsi menghancurkan musu

Perjuangan Iggle Pop part I

Pembelajaran terkadang tidak harus datang dari suatu kejadian besar. Adakalanya suatu pembelajaran itu datang dari hal kecil yang tak disangka, bahkan terkadang terlupakan karena dianggap tidak berarti sama sekali. Seperti kali ini, saat kudapati diriku merenung setelah menonton adikku bermain satu permainan di layar laptop. Adalah satu permainan, namanya Iggle Pop. Iggle Pop ini mempunyai sistem kerja yang hampir sama dengan permainan Snake (namanya ini bukan ya? Hehe). Dalam permainan tersebut disediakan beberapa icon yang dapat dipilih sebagai pemain. Icon tersebut digambarkan sebagai pahlawan yang harus menyelamatkan beberapa anak kecil yang ditangkap musuh hingga mereka bisa pulang ke rumahnya masing-masing. Musuh yang digambarkan dalam permainan tersebut beragam jenisnya; dimulai dari penguntit berbentuk amoeba, pengawal patroli bertanduk, robot perangkap pembentuk gelembung, tangki bom hingga monster api yang tidak mempan untuk dibekukan. Sedangkan anak kecil dalam permain

Pas Foto Tua

Kubawa kenangan lama, Menghimpitnya pada sebingkai pas foto tua Warnanya memudar ditelan usia Dan sesosok wajah pada foto itupun tak lagi muda Kuperhatikan lagi... Senyumnya lebar indah merekah Kepalanya anggun dibalut kerudung merah Kedua matanya berbinar bagai hendak bicara padaku Meski demikian, Sosok pada foto itu masih saja terus membisu Dialah Umi, Yang namanya terucap saat pertama kali kuangkat bicara Yang isak tangisnya tak pernah kulupa Yang tawanya mengisi udara Saat bahagianya hati merayu canda

Seribu Cinta Alif

-tertanggal 03 Agustus 2013- "Teteh mah anak pungut!" celetuk Alif, adikku yang paling kecil. "Siapa yang mungut?" sahut Umi sambil tertawa terbahak-bahak. "Alif yang mungut!" wajahnya tersenyum puas melihat ekspresi kesalku. Aih, anak ini >,< Kemarin siang, aku, Umi dan Alif sedang memasak di dapur untuk membuat hidangan berbuka nanti sore. Meski Alif lebih banyak mengganggu dibanding membantu, dia cukup membuat kami terhibur dengan gurauannya yang sebenarnya agak menjengkelkan. Kadang aku heran mengapa Umi dan Bapak sangat memanjakannya, sebab selain wajah imutnya yang innocent itu, Alif sepertinya lebih handal untuk membuat orang kesal dibanding senang hohoho (jahat :p) Sudah lebih dari seminggu sejak kepulanganku ke Bogor. Jika biasanya di kampus aku kerepotan me manage waktu untuk meng handle amanah-amanah, di rumah justru aku kerepotan meng handle emosi untuk tetap sabar menghadapi adik kecilku itu. Dalam sehari, semakin s