Skip to main content

Sepekan di Tanah Gersang #1

Tulisan pertama di hari yang fitri. Bismillaah, semoga tidak berakhir di folder draft (lagi).


Saat saya menulis kata demi kata yang mengganggu di kepala, matahari di desa Babakan sudah beringsut menuju puncak. Cicit demi cicit beragam spesies aves bersahutan layaknya pertunjukkan orkestra pagi. Babakan riuh-rendah bergemuruh oleh keramaian. Rupanya sebagian besar tetangga masih sibuk dengan euforia lebaran, apalagi anak-anak yang antusias memakai setelan baju baru keduanya di hari ini. Sepagi tadi saja, saat saya mengantar Alif ke sawah, sepupu-sepupu perempuan saya yang masih muda nampak saling bercanda, entah kenapa berdandan menggunakan kerudung menjadi permainan asik tersendiri bagi mereka. Agar lebih seru, saya hanya mencandai “Duh perawan cantik mau ke mana hari ini?”, lalu mereka terbahak dan saling lirik menuduh satu sama lain.

Nuansa berbeda nampak dari rumah Uwak yang berada persis di sebelah rumah saya. Rumah tersebut masih ramai dikunjungi warga kampung sejak kemarin lusa, tangkapku mungkin sebagai ungkapan turut berduka atas kondisi sakit Uwak Nani yang semakin hari tak kunjung menemukan kepastiannya. Beberapa anak muda silih berganti mengaji di sekitar Uwak, membuat suara-suara bergema syahdu kala malam mulai menampakkan heningnya. Sebenarnya kemarin sore saya masih setia duduk-duduk di sana, di sela-sela keramaian ikut melantunkan beberapa baris ayat suci Al Qur’an. Tapi rasa malu tiba-tiba menyergap hingga akhirnya saya memilih pulang dan mengaji di rumah saja. Ya, bagi saya, anak perempuan mengaji di sekitar kaum lelaki masih menjadi hal tabu untuk dilakukan. Malu sekali.

Pagi-pagi begini, udara dingin Babakan menambah kegundahan hati saya. Selain di permukaan kulit, ternyata ia juga bisa mengganggu sampai ke kepala. Ah, kenapa pula bisa begitu? Saya pun tak tahu.

Sejak kepulangan saya ke Babakan Selasa kemarin, saya telah menemui banyak orang tua yang ramah menyapa dan bermurah hati mendoakan saya. Bahkan Rabu subuh saat saya dan Ummi berjalan santai di jalan raya, saya tak sengaja bertemu dengan Ummi Eni, guru mengaji saya di TPA dahulu. Ummi Eni tak segan memeluk dan memberikan wejangan panjang lebar. Beliau menitipkan pesan agar saya tak segan meraih sukses,  memberikan harapan baru bagi pemuda-pemuda kampung Babakan. Tanggapan saya? Saya hanya tersenyum ciut dan menguatkan hati diam-diam. Aduh, berat, berat ><

Sejujurnya terkadang saya merasa malu pada diri sendiri. Kerap kali sebuah mimpi besar enggan tercapai hanya karena keengganan pada diri untuk memulai. Kadang karena merasa belum siap, minder, merasa kurang terfasilitasi, dan segudang alasan lain yang membuat diri menunda dan terus menunda. Memang benar kata pepatah “Pendakian gunung selalu dimulai oleh satu langkah, tapi langkah pertama itu tak akan mudah bagi mereka yang enggan memulai”.

Hei, Sih, kamu (masih) manusia kan? Ayo bangun!

Comments

Popular posts from this blog

Tahapan Kaderisasi

Kader berasal dari bahasa Yunani cadre yang berarti bingkai. Bila dimaknai secara lebih luas, berarti : Orang yang mampu menjalankan amanat. Orang yang memiliki kapasitas pengetahuan dan keahlian. Pemegang tongkat estafet sekaligus membingkai keberadaan dan kelangsungan suatu organisasi Kader adalah ujung tombak sekaligus tulang punggung kontinyuitas sebuah organisasi. Secara utuh kader adalah mereka yang telah tuntas dalam mengikuti seluruh pengkaderan formal, teruji dalam pengkaderan informal dan memiliki bekal melalui pengkaderan non formal. Dari mereka bukan saja diharapkan eksistensi organisasi tetap terjaga, melainkan juga diharapkan kader tetap akan membawa misi gerakan organisasi hingga paripurna. Pengakaderan berarti proses bertahap dan terus-menerus sesuai tingkatan, capaian, situasi dan kebutuhan tertentu yang memungkinkan seorang kader dapat mengembangkan potensi akal, kemampuan fisik, dan moral sosialnya. Sehingga, kader dapat membantu orang lain dan diri...

Tazkiyatun Nafs

“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap jiwa (orang) memperhatikan apa yang diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al Hasyr: 18) Ayat di atas dimulai dengan perintah bertaqwa kepada Allah dan diakhiri pula dengan perintah yang sama. Ini mengisyaratkan bahwa landasan berpikir, serta tempat bertolak untuk mempersiapkan hari esok haruslah diisi dengan taqwa. Kemudian ayat di atas juga menjelaskan kepada orang yang mengaku beriman kepada Allah agar mempunyai langkah antisipatif terhadap kemungkinan apa yang terjadi esok. Syeikh Abdullah Nasih ‘Ulwan dalam bukunya ‘Ruhniyatut Da’iyah’ mengajarkan kepada kita bagaimana meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT dengan cara melaksanakan lima ‘M’ yaitu: Mu’ahadah, muraqabah, muhasabah,  mu’aqabah dan mujahadah. Mu'ahadah Mu'ahadah yakni mengingat dan mengokohkan kembali ...

Pangan Fungsional

I.          Latar Belakang Salah satu penyebab meningkatnya penderita penyakit degeneratif di masyarakat adalah kerusakan sel tubuh sebagai akibat aktivitas unsur radikal bebas yang terdapat dalam bahan makanan. Keadaan ini bisa terjadi karena kurangnya asupan bahan-bahan aktif yang dapat mencegah reaksi autooksidasi dari radikal bebas tersebut. Untuk meningkatkan daya tahan tubuh dibutuhkan asupan makanan, baik berupa sayuran, buah-buahan yang merupakan sumber antioksidan. Aktivitas antioksidan dapat menangkap radikal bebas, sehingga sel-sel yang rusak dapat dicegah ataupun diperbaiki. Selain dari sayuran dan buah sumber antioksidan juga dapat berasal dari tanaman  obat, jahe, mengkudu, lidah buaya, pegagan, temulawak, asitaba dan lain-lain. Senyawa-senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman tersebut dapat bermanfaat sebagai sumber antioksidan misalnya flavonoid, tanin, polifenol dan lain-lain. Tanaman biofarmaka yang berfung...