Skip to main content

Malu

Betapapun fisik dan akal ini lelah, jika itu untuk suatu kemaslahatan, saya yakin Allah akan selalu menyelipkan beribu nikmat dan ketenangan tiada hingga di setiap kelelahan-kelelahan itu.

Hari ini misalnya, ketika fisik saya rasanya sudah tidak mampu menopang ambisi akal saya untuk mobile dan mengerjakan banyak hal, kedua mata saya sayu dan suntuk, nafas saya bahkan sudah memburu hingga ketenangan ini sudah tidak lagi pada tempatnya. Fisik saya menuntut istirahat. Ia memberontak. Menjelang malam, entah bagaimana ceritanya, suatu kelompok tetiba membuat saya gemas dan ingin menangis, sebab untuk satu amalan baik saja susah sekali mencari sukarelawan. Saya ingin meluapkan kekesalan saya sejadi-jadinya.

Lalu tetiba saya teringat Ummu Abdullah, seorang ibu dengan 6 orang putra dan bersuamikan seorang anggota legislatif Daerah Tingkat I dari Partai Keadilan. Membaca kisah-kisah beliau, saya merasa malu. Beliau hanya tidur 4-5 jam dalam sehari dan memulai semua aktivitasnya sejak pukul 2 dinihari. Jam 2 beliau sudah membangunkan putra sulungnya untuk membangunkan adik-adiknya tahajjud, tak lama kemudian beliau mulai berbenah-benah rumah dari menyapu, mengepel, mencuci piring, mencuci baju, menyetrika, menyiapkan keperluan sekolah putra-putranya, hingga memasak. Sehingga ketika putra-putranya tahajjud, lauk pauk dan nasi hangat sudah tersuguhkan di atas meja. Setelah shubuh pun aktivitas beliau masih begitu banyaknya. Ada 9 majlis taklim di bawah pengawasan beliau, dan dalam sehari beliau bisa mengisi 2 kali kajian. Begitu setiap harinya.

“Sesungguhnya pekerjaan-pekerjaan rumah tangga kita adalah upaya untuk mencari eksistensi diri kita di hadapan Allah, bukan di hadapan siapa-siapa, bukan suami, bukan anak-anak, bukan orang lain. Maka ia akan setara dengan jihad fisabilillah” adalah jawaban yang beliau utarakan ketika seseorang bertanya padanya tentang apakah beliau lelah dengan rutinitasnya setiap hari. Ah, beliau yang sesibuk itupun tidak pernah mengeluh, sedangkan saya yang hanya pengangguran ini manjanya sudah minta ampun :’(


Saya merasa ditampar begitu kerasnya. Saya teringat nasihat seorang guru ketika SMA dahulu yang kurang lebih begini “Suatu perilaku itu lahir karena terbiasa, sedang kebiasaan itu sendiri seringnya lahir karena dipaksa”. Yah, mungkin pada awalnya saya akan lebih banyak dan lebih sering tertatih-tatih, bahkan lelah dengan pemaksaan saya terhadap diri sendiri yang melampaui batas normal saya. Tapi saya yakin, Allah selalu malu untuk tidak mengabulkan harapan hamba-hamba-Nya yang tulus. Jika ada tekad, in syaa Allaah ada jalan. Mulai detik ini, saya ingin membiasakan diri saya berlelah-lelah.

Aduh, Sih, ikhlash yuk, ikhlash. Itu labilnya ditahan dulu >,<

Comments

Popular posts from this blog

Tahapan Kaderisasi

Kader berasal dari bahasa Yunani cadre yang berarti bingkai. Bila dimaknai secara lebih luas, berarti : Orang yang mampu menjalankan amanat. Orang yang memiliki kapasitas pengetahuan dan keahlian. Pemegang tongkat estafet sekaligus membingkai keberadaan dan kelangsungan suatu organisasi Kader adalah ujung tombak sekaligus tulang punggung kontinyuitas sebuah organisasi. Secara utuh kader adalah mereka yang telah tuntas dalam mengikuti seluruh pengkaderan formal, teruji dalam pengkaderan informal dan memiliki bekal melalui pengkaderan non formal. Dari mereka bukan saja diharapkan eksistensi organisasi tetap terjaga, melainkan juga diharapkan kader tetap akan membawa misi gerakan organisasi hingga paripurna. Pengakaderan berarti proses bertahap dan terus-menerus sesuai tingkatan, capaian, situasi dan kebutuhan tertentu yang memungkinkan seorang kader dapat mengembangkan potensi akal, kemampuan fisik, dan moral sosialnya. Sehingga, kader dapat membantu orang lain dan diri...

Tazkiyatun Nafs

“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap jiwa (orang) memperhatikan apa yang diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al Hasyr: 18) Ayat di atas dimulai dengan perintah bertaqwa kepada Allah dan diakhiri pula dengan perintah yang sama. Ini mengisyaratkan bahwa landasan berpikir, serta tempat bertolak untuk mempersiapkan hari esok haruslah diisi dengan taqwa. Kemudian ayat di atas juga menjelaskan kepada orang yang mengaku beriman kepada Allah agar mempunyai langkah antisipatif terhadap kemungkinan apa yang terjadi esok. Syeikh Abdullah Nasih ‘Ulwan dalam bukunya ‘Ruhniyatut Da’iyah’ mengajarkan kepada kita bagaimana meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT dengan cara melaksanakan lima ‘M’ yaitu: Mu’ahadah, muraqabah, muhasabah,  mu’aqabah dan mujahadah. Mu'ahadah Mu'ahadah yakni mengingat dan mengokohkan kembali ...

Pangan Fungsional

I.          Latar Belakang Salah satu penyebab meningkatnya penderita penyakit degeneratif di masyarakat adalah kerusakan sel tubuh sebagai akibat aktivitas unsur radikal bebas yang terdapat dalam bahan makanan. Keadaan ini bisa terjadi karena kurangnya asupan bahan-bahan aktif yang dapat mencegah reaksi autooksidasi dari radikal bebas tersebut. Untuk meningkatkan daya tahan tubuh dibutuhkan asupan makanan, baik berupa sayuran, buah-buahan yang merupakan sumber antioksidan. Aktivitas antioksidan dapat menangkap radikal bebas, sehingga sel-sel yang rusak dapat dicegah ataupun diperbaiki. Selain dari sayuran dan buah sumber antioksidan juga dapat berasal dari tanaman  obat, jahe, mengkudu, lidah buaya, pegagan, temulawak, asitaba dan lain-lain. Senyawa-senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman tersebut dapat bermanfaat sebagai sumber antioksidan misalnya flavonoid, tanin, polifenol dan lain-lain. Tanaman biofarmaka yang berfung...