Skip to main content

Tentang Pertentangan

Di persinggahan bara, saya menitipkan seonggok tanda tanya. Di dalam batin ini, ada sekelumit bingung yang menghimpit, sangat mengganggu.

Hari itu, Allaah menempatkan saya pada satu diskusi panjang. Isya sudah menjelang, dan diskusi masih saja jauh bergulir. Saya terduduk canggung, mendapati diri saya telah banyak meminta waktu. "Maafkan saya, saya hanya kalut. In syaa Allaah ini demi hari baik kemudian" batin saya mengunci.

Saya terduduk dan termangu di sebuah sofa yang cukup nyaman untuk berpikir. Di sebelah saya, seseorang lainnya, juga diam menunggu. Di depan kami ada meja kaca, lengkap dengan taplak putih berenda yang membuatnya tampak indah. Di bawahnya tertumpuk beberapa kertas HVS bergambar yang sedikit berdebu karena mungkin sudah terlalu lama terjebak di sana. Di seberang meja itu, kakak tingkat saya, seseorang yang selalu menuntun saya dalam berbagai putusan besar yang saya pikir tidak mampu saya pecahkan sendiri. Saya tidak yakin dengan segala hal yang melintas di dalam kepala, namun pastinya, percakapan ini sudah mendekati limit waktu. Saya sadar, saya dan sahabat saya harus segera beranjak pergi.

“Teteh gak akan follow up, Sih, sampe mas’ulnya sendiri yang minta.” Beliau berkata tegas, nyaris tanpa keraguan sama sekali dalam suaranya, “Kamu tahu sistem kita, gak bisa sembarang tarik”.

Saya menunduk, wajah saya rasanya memanas. Saya ingin menangis, sungguh, saat itu juga kalau bisa. Namun, entah bagaimana, ego saya selalu berhasil memimpin. Harga diri saya yang tinggi memaksa saya untuk berhenti, “Hanya orang lemah yang patut menangis” katanya. Saya putuskan untuk tetap diam.

Sahabat saya masih menunggu, namun jelas ia mulai resah karena tidak sabar dengan percakapan ini yang berjalan sangat lamban. “Sih, yuk pulang, bentar lagi isya” ia mulai setengah memaksa.

Kedua tangan saya secara naluriah mencengkeram bagian bawah baju, melipat-lipatnya hingga terlihat kucal dan kumal oleh keringat dingin yang menjalar di sekujur telapak tangan saya itu. Saya menggigit bagian bawah bibir, berharap itu bisa membuat saya lebih tegar. Jauh di lubuk hati, di suatu sudutnya, ada kesedihan yang tengah bersembunyi. Tanpa sadar saya berdiri, “Yuk pulang”.

Kakak tingkat saya tidak berhenti menatap saya. Saya yakin, beliau melihat raut kekecewaan saya yang sangat dalam. Tapi apalah daya, ini adalah sistem yang sudah disepakati. Tidak baik merusaknya, apalagi jika sekedar untuk menuruti ego seorang remaja yang semangatnya masih tidak dapat diprediksi seperti saya ini.

Mungkin memang belum waktunya, Sih” :’)

Comments

Popular posts from this blog

Tahapan Kaderisasi

Kader berasal dari bahasa Yunani cadre yang berarti bingkai. Bila dimaknai secara lebih luas, berarti : Orang yang mampu menjalankan amanat. Orang yang memiliki kapasitas pengetahuan dan keahlian. Pemegang tongkat estafet sekaligus membingkai keberadaan dan kelangsungan suatu organisasi Kader adalah ujung tombak sekaligus tulang punggung kontinyuitas sebuah organisasi. Secara utuh kader adalah mereka yang telah tuntas dalam mengikuti seluruh pengkaderan formal, teruji dalam pengkaderan informal dan memiliki bekal melalui pengkaderan non formal. Dari mereka bukan saja diharapkan eksistensi organisasi tetap terjaga, melainkan juga diharapkan kader tetap akan membawa misi gerakan organisasi hingga paripurna. Pengakaderan berarti proses bertahap dan terus-menerus sesuai tingkatan, capaian, situasi dan kebutuhan tertentu yang memungkinkan seorang kader dapat mengembangkan potensi akal, kemampuan fisik, dan moral sosialnya. Sehingga, kader dapat membantu orang lain dan diri...

Tazkiyatun Nafs

“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap jiwa (orang) memperhatikan apa yang diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al Hasyr: 18) Ayat di atas dimulai dengan perintah bertaqwa kepada Allah dan diakhiri pula dengan perintah yang sama. Ini mengisyaratkan bahwa landasan berpikir, serta tempat bertolak untuk mempersiapkan hari esok haruslah diisi dengan taqwa. Kemudian ayat di atas juga menjelaskan kepada orang yang mengaku beriman kepada Allah agar mempunyai langkah antisipatif terhadap kemungkinan apa yang terjadi esok. Syeikh Abdullah Nasih ‘Ulwan dalam bukunya ‘Ruhniyatut Da’iyah’ mengajarkan kepada kita bagaimana meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT dengan cara melaksanakan lima ‘M’ yaitu: Mu’ahadah, muraqabah, muhasabah,  mu’aqabah dan mujahadah. Mu'ahadah Mu'ahadah yakni mengingat dan mengokohkan kembali ...

Pangan Fungsional

I.          Latar Belakang Salah satu penyebab meningkatnya penderita penyakit degeneratif di masyarakat adalah kerusakan sel tubuh sebagai akibat aktivitas unsur radikal bebas yang terdapat dalam bahan makanan. Keadaan ini bisa terjadi karena kurangnya asupan bahan-bahan aktif yang dapat mencegah reaksi autooksidasi dari radikal bebas tersebut. Untuk meningkatkan daya tahan tubuh dibutuhkan asupan makanan, baik berupa sayuran, buah-buahan yang merupakan sumber antioksidan. Aktivitas antioksidan dapat menangkap radikal bebas, sehingga sel-sel yang rusak dapat dicegah ataupun diperbaiki. Selain dari sayuran dan buah sumber antioksidan juga dapat berasal dari tanaman  obat, jahe, mengkudu, lidah buaya, pegagan, temulawak, asitaba dan lain-lain. Senyawa-senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman tersebut dapat bermanfaat sebagai sumber antioksidan misalnya flavonoid, tanin, polifenol dan lain-lain. Tanaman biofarmaka yang berfung...