Skip to main content

Masa Lalu

Sumber

MASA LALU, yang kerap menjadi tolak ukur frame seseorang. Saya tegaskan, saya membenci pandangan tersebut.

Seseorang pernah bertanya pada saya, “Asih, apa pendapatmu tentang masa lalu?”. Saya katakan, masa lalu adalah sejarah dan guru, masa depan adalah tuntutan absolut perencanaan.

Ya, mengapa harus sibuk membanding-bandingkan? Mengapa harus menuntut kesempurnaan? Mengapa harus selalu melibatkan masa lalu dalam setiap urusan?

Dahulu, saya sering bertanya pada Ummi. Saya tanyakan, di saat hidup terasa sempurna, kebahagiaan keluarga begitu terasa, semua orang menghormati kita, mengapa tiba-tiba Allah mengambilnya? Saya tanyakan juga, mengapa harus saya yang mengorbankan mimpi saya untuk menjelajah dunia?

Ummi kerap menyibak helai kerudung saya, lalu menempelkan lembut telapak tangan kasarnya di kening saya. Tidak ada kata-kata yang keluar, melainkan senyum dan pandangan berbinar. Hanya senyum!

Keheningan itu menyadarkan saya. Ya, benar, mengapa harus sibuk meratapi masa lalu? Sementara masa depan menjanjikan kewibawaan yang jauh lebih sempurna.

Saya dipaksa paham, bahwa adakalanya, seseorang harus terus belajar dengan tidak menuntut banyak. Saya terpaksa menanggalkan mimpi saya untuk menempuh pendidikan di Jepang. Saya tidak menyesal. Pun saya terpaksa menanggalkan mimpi saya menekuni pendidikan di bidang sosial. Saya juga tidak menyesal. Jika pada akhirnya Allah kenalkan saya pada-Nya, apa yang harus disesalkan?

Saya pernah begitu putus asa dengan keluarga saya, bahkan sampai akhirnya saya putuskan untuk mengakhiri hidup. Bukankah dahulu saya begitu picik?

Jika masa lalu menjadi tolak ukur frame seseorang, bisakah engkau bayangkan akan seperti apa saya saat ini? Mungkin, bisa jadi, setiap orang akan enggan mengenal bahkan sekadar untuk bertegur sapa dengan saya.

Tidak, sahabat, jangan sekali-kali kita isi kepala dan hati kita dengan anggapan bahwa masa depan seseorang ditentukan oleh masa lalunya. Saya menghargai masa lalu, sebagaimana saya menghargai masa depan. Keduanya memberikan banyak pelajaran, bagi mereka yang mau berpikir.

Pun ketika kita tidak berkehendak menerima seseorang dalam kehidupan kita, hanya karena masa lalu yang pernah membuat hati sakit, semoga semata-mata dikarenakan kita mengutamakan kebersihan hati dan kepentingan Allah.

Wallahu a’lam.

Comments

Popular posts from this blog

Tahapan Kaderisasi

Kader berasal dari bahasa Yunani cadre yang berarti bingkai. Bila dimaknai secara lebih luas, berarti : Orang yang mampu menjalankan amanat. Orang yang memiliki kapasitas pengetahuan dan keahlian. Pemegang tongkat estafet sekaligus membingkai keberadaan dan kelangsungan suatu organisasi Kader adalah ujung tombak sekaligus tulang punggung kontinyuitas sebuah organisasi. Secara utuh kader adalah mereka yang telah tuntas dalam mengikuti seluruh pengkaderan formal, teruji dalam pengkaderan informal dan memiliki bekal melalui pengkaderan non formal. Dari mereka bukan saja diharapkan eksistensi organisasi tetap terjaga, melainkan juga diharapkan kader tetap akan membawa misi gerakan organisasi hingga paripurna. Pengakaderan berarti proses bertahap dan terus-menerus sesuai tingkatan, capaian, situasi dan kebutuhan tertentu yang memungkinkan seorang kader dapat mengembangkan potensi akal, kemampuan fisik, dan moral sosialnya. Sehingga, kader dapat membantu orang lain dan diri...

Tazkiyatun Nafs

“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap jiwa (orang) memperhatikan apa yang diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al Hasyr: 18) Ayat di atas dimulai dengan perintah bertaqwa kepada Allah dan diakhiri pula dengan perintah yang sama. Ini mengisyaratkan bahwa landasan berpikir, serta tempat bertolak untuk mempersiapkan hari esok haruslah diisi dengan taqwa. Kemudian ayat di atas juga menjelaskan kepada orang yang mengaku beriman kepada Allah agar mempunyai langkah antisipatif terhadap kemungkinan apa yang terjadi esok. Syeikh Abdullah Nasih ‘Ulwan dalam bukunya ‘Ruhniyatut Da’iyah’ mengajarkan kepada kita bagaimana meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT dengan cara melaksanakan lima ‘M’ yaitu: Mu’ahadah, muraqabah, muhasabah,  mu’aqabah dan mujahadah. Mu'ahadah Mu'ahadah yakni mengingat dan mengokohkan kembali ...

Pangan Fungsional

I.          Latar Belakang Salah satu penyebab meningkatnya penderita penyakit degeneratif di masyarakat adalah kerusakan sel tubuh sebagai akibat aktivitas unsur radikal bebas yang terdapat dalam bahan makanan. Keadaan ini bisa terjadi karena kurangnya asupan bahan-bahan aktif yang dapat mencegah reaksi autooksidasi dari radikal bebas tersebut. Untuk meningkatkan daya tahan tubuh dibutuhkan asupan makanan, baik berupa sayuran, buah-buahan yang merupakan sumber antioksidan. Aktivitas antioksidan dapat menangkap radikal bebas, sehingga sel-sel yang rusak dapat dicegah ataupun diperbaiki. Selain dari sayuran dan buah sumber antioksidan juga dapat berasal dari tanaman  obat, jahe, mengkudu, lidah buaya, pegagan, temulawak, asitaba dan lain-lain. Senyawa-senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman tersebut dapat bermanfaat sebagai sumber antioksidan misalnya flavonoid, tanin, polifenol dan lain-lain. Tanaman biofarmaka yang berfung...