Kau tahu kapan seorang
perempuan maupun lelaki terlihat lebih gagah dan berwibawa? Menurutku itu
ketika mereka mulai melakukan kegiatan lapangan, tentu saja. Ketika mereka wara
wiri melakukan tugasnya, menatap objek dengan tajam, sedikit berbicara namun
masih mememiliki rasa humor sesekali, betapa hal tersebut membuatku
terkagum-kagum tak terkendali. Ah, beruntunglah aku masih mampu mengendalikan
perasaanku #naon
Selama dua hari lalu,
tepatnya tanggal 19 dan 20 Agustus 2015, untuk pertama kalinya aku menjadi
seorang penanggung jawab suatu acara camp. Aku tak pernah bersedia
menjadi panitia lapangan sebelumnya, sebab aku cukup tahu diri dengan
keterbatasanku saat melakukan kerja di lapangan, literally L-A-P-A-N-G-A-N.
Kesehatanku yang mudah drop, aku yang tak pernah mampu berjalan pada
jarak jauh serta menanjak, apalagi dengan diriku yang selalu kikuk ketika
dihadapkan pada situasi forum yang acapkali membuatku buntu mencari topik
bahasan, cukup menyadari bahwa eksistensiku mungkin memang bukan di dunia
lapangan. Maka memang begitu, aku cukup senang menjadi konseptor acara-acara di
dalam ruangan yang membutuhkan sedikit effort dengan resiko kesalahan
yang relatif lebih kecil.
Aku mengagumi mereka yang
mampu menaklukan alam. Sejak dahulu ketika melihat seorang perempuan dengan
kerudung lebarnya berbicara tegas terhadap panitia dan peserta yang ada, aku
enggan memalingkan wajah dan tatapanku darinya. Entah mengapa ada simpati
sekaligus rasa iri yang muncul “Mengapa aku tak pernah mampu menjadi seperti
dia?” lalu diam-diam mengaguminya sepanjang waktu. Apapun kekurangannya,
kemudian menjadi bukan apa-apa di mataku, sebab sekali kagum selamanya akan nampak
terus begitu. Sama halnya dengan kekagumanku terhadap perempuan, seorang lelaki
ketika melapang terlihat jauh lebih tampan. Ada semacam daya tarik tersendiri
bagi mereka yang bisa memimpin tim di tengah kondisi alam yang tidak terduga. Yah,
mungkin aku bisa menjadikan ini sebagai salah satu kriteria calon suamiku kelak
#eaaa
Aku sangat bersyukur karena
berhasil meyakinkan diriku sendiri untuk menerima amanah tersebut. Selama dua
hari, tentu saja, alhamdulillaah ada banyak sekali pembelajaran yang
bisa kukantungi. Bukan hanya itu, aku merasa kini ada pribadi-pribadi serta
keluarga baru yang mampu kupercaya dan kuajak diskusi dengan karakter masing-masing
yang sedikit-banyak kuketahui selama pelaksanaan camp kemarin. Ah iya, pada
dasarnya aku memang seorang pribadi yang arogan dan senang memimpin orang lain,
sehingga kegiatan camp ini entah bagaimana nampak dengan terbuka
memfasilitasi tabiat minusku tersebut. Di beberapa sisi aku cukup puas bahwa
tabiat tersebut ternyata dimaklumi oleh rekan-rekanku yang lain, sehingga
segala komunikasi kami menjadi lebih terbuka bahkan acapkali nampak ringan
didengar. Dan, hei, mengapa sampai kini aku masih suka senyum-senyum sendiri
ketika mengenang dua hari itu?
Meski demikian, mungkin
memang sudah menjadi siklus alam, bahwa di balik syukur akan selalu ada ujian
sabar yang menyertai. Usai memuaskan diri dengan euforia keberhasilan, sebuah
pesan singkat membalik waktu bahagiaku menjadi kesedihan yang melonjak hingga
puncak. Uwaku meninggal. Dan tepat di hari kepergiannya, tak ada satupun
anggota keluargaku yang mengabari. Mungkin lagi-lagi dengan dalih ingin
membuatku fokus di sini, sehingga kabar tersebut seolah menjadi pesan terlarang
untuk disampaikan. Adikku mungkin tidak sempat mendapatkan intruksi tersebut,
sehingga tidak sengaja ia menyampaikan kabar tersebut padaku, yang kini hanya
mampu terpaku dengan diriku sendiri dan entah bagaimana merasa menjadi seorang
anggota keluarga tak beretika. Satu hal yang kusesali sampai saat ini adalah bahwa
aku tidak sempat memenuhi permintaan terakhir Uwak. Maafkan Asih, Wak, semoga
Uwak ridha.
Innalillahi wa inna ilaihi
raji'un wa inna ila rabbina lamunqalibun.
Allahumma uktubha 'indaka
fil muhsinin waj'al kitabaha fi 'illiyyin wakhlufha fi ahlihi fil ghabirin wala
tahrimna ajraha wala taftinna ba'daha.
Sesungguhnya kami milik
Allah dan kepada-Nya kami kembali dan kepada Tuhan kami semua akan kembali.
Ya Allah! Tulislah dia termasuk
golongan orang-orang yang berbuat kebaikan di sisi Engkau dan jadikanlah
tulisannya itu dalam tingkatan yang tinggi serta gantilah ahlinya dengan
golongan orang-orang yang pergi dengan ketaatan PadaMu.
***
Selamat jalan, Uwak.
Semoga aku mampu membayar janjiku terhadapmu di jannah-Nya.

Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun... Yang sabar ya u_u
ReplyDelete