25 Juli 2015, adalah sebuah
awal baru, ketika kita disatukan dalam satu visi yang sama. Aku tak pernah
menyangka bahwa bincang ringan kita pagi itu akan menghasilkan sebuah jalan,
yang entah mengapa, hingga detik ini masih tidak mampu kupercaya.
Sejak peristiwa yang menimpa
keluargaku beberapa tahun silam, aku tak pernah percaya pada ide berwirausaha
bersama segelintir pengusaha yang lain. Adalah sebuah keniscayaan bagiku,
dahulu, bahwa tindak korupsi akan selalu ada. Tak peduli bahwa rekan itu adalah
sahabat bahkan keluarga. Hingga pada akhirnya itu membuatku tak pernah mampu menaruh
kepercayaan pada siapapun, selain diriku sendiri.
Namun tiba-tiba, kau
meyakinkanku. Kau bilang, bahwa tak selamanya rekan akan seperti itu. Memang ada
kalanya demikian, sebab mereka tak pernah kenal akan nikmatnya iman. Hingga sebuah
gelisah kian mampu mematahkan rasa persaudaraan, lalu menikam hati banyak orang.
Oh, Kawan, terima kasih. Semoga iman selalu betah di rongga dada ini, hingga
dengannya akan ada kemuliaan bagiku untuk tetap meyakinimu sebagai saudari
sekaligus rekan bisnisku yang baik.
Mari senantiasa membangun pondasi
yang kuat. Sebab visi kita tak sekedar dunia, sungguh, ia tak sebanding dengan
kenikmatan surga setelah kelak raga-raga ini ditidurkan. Kau dan aku adalah
saudara. Mari kita berrangkul dalam keshalihan akhlak dan iman, Bismillaah...


Comments
Post a Comment