Di balik bebatuan tanah basah oleh hujan tadi siang
Semilir angin berhembus tidak terlalu kencang
Cabang demi cabang pohon beradu menggelitik dedaunan
Di ufuk selatan, mentari tengah singgah ke peraduan
Berpasang induk burung kepakan sayapnya kuat
Kalahkan kincir angin yang kini tergolek lunglai di antara bukit Rabak
Di balik pohon karet, terdengar cicit demi cicit
Memanggil induk burung tadi agar lekas mendekat
Lembayung, warna dominan senja itu
Sembunyikan beragam kehidupan juga napas kematian
Ada kalanya ia terisi zikir dan lantunan doa
Di waktu lain mungkin sekadar tangis anak-anak tak mengapa
Lembayung, mengisi pertunjukkan wadah-wadah nafs yang kalah cepat oleh waktu
Ia memutus langkah juga bahasa
Lalu menundukkan layu wajah-wajah yang sempat menatap langit
Terakhir menutupnya dengan sayup azan maghrib
Semilir angin berhembus tidak terlalu kencang
Cabang demi cabang pohon beradu menggelitik dedaunan
Di ufuk selatan, mentari tengah singgah ke peraduan
Berpasang induk burung kepakan sayapnya kuat
Kalahkan kincir angin yang kini tergolek lunglai di antara bukit Rabak
Di balik pohon karet, terdengar cicit demi cicit
Memanggil induk burung tadi agar lekas mendekat
Lembayung, warna dominan senja itu
Sembunyikan beragam kehidupan juga napas kematian
Ada kalanya ia terisi zikir dan lantunan doa
Di waktu lain mungkin sekadar tangis anak-anak tak mengapa
Lembayung, mengisi pertunjukkan wadah-wadah nafs yang kalah cepat oleh waktu
Ia memutus langkah juga bahasa
Lalu menundukkan layu wajah-wajah yang sempat menatap langit
Terakhir menutupnya dengan sayup azan maghrib
Comments
Post a Comment