Assalam mu'alaikum...
Sedikit coretan untuk malan ini,
sebuah malam yang penuh makna.
Baru saja selesai, sebuah pembinaan
rutin yang diselenggarakan untuk para penghuni asrama putra dan putri Salman
ITB. Pembinaan Akrimvis namanya. Kalau boleh jujur, aku juga bingung kenapa namanya
bisa demikian 'nyentrik'. Mungkin benar, bahwa pencetusnya adalah Kak Akrim,
salah satu pembina di asrama putra yang tergolong aktivis. Wajar saja jika
mungkin beliau lah yang mengajukan pembinaan ini. Sesuai sekali dengan
pembawaan beliau yang merupakan aktivis di ranah siyasi. Namun biarpun begitu,
kanapa pula nama pembinaannya harus berubah menjadi Akrimvis? Hoalaaah...tak
habis pikir. Tapi ya sudah lah, toh bukan itu yang ingin aku ceritakan kali ini
hehe...
Pembinaan kali ini sungguh
bermakna. Kenapa demikian? Tentu saja bukan hanya karena pematerinya adalah Kak
Dito, mentor pertama yang membuatku terkesima sejak menginjak GAMAIS. Bukan
pula karena insiden bodoh itu, saat beliau bertanya padaku tentang jurusan yang
paling kusuka dan aku dengan polosnya menjawab 'Tambang'. Bukan pula karena
seringnya Kak Dito sebagai pemateri berhasil menimbulkan gelak tawa para
peserta pembinaan. Bukan pula karena senangnya hatiku bertemu lagi dengan orang
berhati lembut, bertutur halus, humoris, serta inspiratif ini setelah setahun
lebih tak bertemu. Tidak, tidak. Sungguh bukan karena itu.
Aku menilai malam ini bermakna karena satu hal. Beliau ini,
Kak Dito, yang lagi-lagi membuatku terkesima dengan pemikiran sederhana nan cemerlangnya,
telah membuatku terperangah tentang imanku. Aku berpikir sangat keras, sungguh.
Aku hanya terdiam lesu setiap kali beliau bertanya mengenai kondisi Islam
sekarang ini. sebuah analogi sederhana tentang cara meyakinkan orang lain
kepada apa yang kita imani, yaitu Allah SWT.
Aku ingin menangis. Jangankan untuk mengajak orang lain
mendekat kepada Islam dan meneruskan dakwah ini, bahkan untuk membuat imanku
tumbuh sepenuhnya pun aku tak mampu.
Aku merasakan usahaku. Setiap desah nafas lelahku mungkin
dapat menjadi saksi jika Allah bertanya nanti (semoga saja, amin). Aku mencoba
dan terus mencoba jalan dakwah, bahkan disibukkan dengan hal yang tak kusuka. Kupikir
aku sudah mantap, ternyata salah sekali, kawan. Hatiku pun masih rapuh.
Jalan ini panjang, begitu pun dengan iman kita. Banyak hal
yang kadang membuatku ragu. Banyak hal yang membuatku lalai. Banyak hal yang
membuatku penuh dosa.
Ya Rabb, ampunilah hamba-Mu yang penuh nista ini...
Aku mencoba berpikir lagi, tentang solusi terbaik untuk
jiwaku yang kering ini. bagaimana metodenya, kawan? Apa lagi jalan yang belum
aku coba?
Oh, Kak Dito, andaikan saja engkau adalah seorang akhwat,
mungkin tak susah bagiku untuk terus bertanya dan bertanya kepadamu demi
memperbaiki iman yang rapuh ini.
Ya Rahman, pujangga segala rasa dan cinta.
Bagaimana kah Engkau melihatku?
Terlalu buruk kah?
Jika iya, bagaimana cara aku memperbaikinya?
Bagaimana caraku meyakinkan jiwa yang rapuh ini bahwa aku
telah yakin untuk menjadi kekasihmu?
Ya Rabb, aku rindu pada-Mu....
Aku rindu berada di sisi-Mu, tempat terbaik di pelabuhan
masa....
Comments
Post a Comment