Kembali terenyuh, kembali
bergetar...
Ya Rabb, apa gerangan yang membuat
hati ini merintih?
Al Qur'an sudah di tangan, tak
dibaca, hanya basah karena tetes air mata yang jatuh.
Ya Rabb, bahkan ayatmu kuabaikan
karena gelisahku ini.
Apa dayaku?
satu tahun lebih merantau di negeri
orang. rindu sudah biasa, mengeluh pun tak apa. mandiri karena keinginan orang
tua, itulah yang aku lakoni sekarang. bukan maksud untuk menyalahkan orang tua,
tapi justru aku ingin berterima kasih pada mereka. sebab jika bukan karena
kekeras kepalaan Bapak untuk membuatku mengenyam pendidikan di perguruan
tinggi, mungkin kini nasibku sudah jauh berbeda, entah bekerja atau malah
menikah dan pergi mengikuti suamiku.
aku masih ingat bagaimana seringnya
dulu aku cekcok dengan kedua orang tua. masalahnya sederhana, kehendak Bapak
agar aku bisa kuliah itu sangat menggangguku. padahal keinginanku sejak dulu
hanya satu, pergi mondok di pesantrenan dekat rumah. aku sudah menuruti
keinginan Bapak untuk meneruskan SMA, meskipun keinginan mesantren itu sudah
tertanam sejak lulus dari bangku SD dulu. aku kesal. aku sudah mengikuti
keinginan Bapak, SMP sampai SMA kulewati dengan sungguh-sungguh meskipun dalam
hati selalu tak hilang keluhan itu. kini aku lebih kesal lagi, semakin keras
kepala saja Bapak ku itu. aku sudah memperhitungkan semuanya, tentang biaya
kuliah, biaya hidup, belum lagi biaya transportasi yang harus dikeluarkan
seandainya aku bersikukuh untuk kuliah. tak cukup, Bapak, tak cukup. aku tak
bisa kuliah, itu adalah kenyataan. sampai kapan Bapak ingin memaksakan kehendak
terus? aku harus bagaimana lagi agar Bapak mengalah sedikit saja, cukup dengan
mengizinkanku mesantren selama beberapa tahun?
saat itu aku depresi. waktu berjalan
menyempit dan terus menyempit, menyertai egoku yang ternyata mulai menyurut.
bagaimana tidak? pagi sampai malam, Bapak terus berusaha dan berusaha mencari
jalan keluar. kerutan di wajahnya semakin bertambah, telapak tangannya semakin
kasar, namun pancaran bola matanya tetap bersinar seperti dulu. Ah, Bapak ku
yang malang, apa yang bisa kulakukan untuk meringankan bebanmu?
hari berganti, SNMPTN semakin dekat.
melalui dukungan kedua orang tua, akhirnya kupaksakan kaki melangkah menuju
tempat pendaftaran SNMPTN yang letaknya paling dekat dari rumah. berat sekali
bagiku untuk kembali melepaskan keinginan mesantren itu, tapi apa daya? siapa
yang tak akan luluh jika melihat kesungguhan dari orang tua? siapa yang tega
melawan ketulusan orang tua?
itulah sekilas cerita yang
mengantarkanku menuju kampus ITB ini. berkat doa kedua orang tuaku, aku lolos
SNMPTN dan berhasil pula mendapatkan beasiswa kuliah selama 8 semester ini.
ya Rabb, jika kuingat lagi peristiwa
itu, betapa aku membenci diriku sendiri.
hina kah aku?
ya Rabb, kini aku lemah tanpa daya.
baru kusadari, betapa rindunya aku
pada kedua orang tuaku, keluargaku...
betapa rindunya aku pada rumah-Mu.
boleh kah aku pulang saja dan
tinggal di sana? pantas kah aku?
boleh kah aku mengajak serta
keluargaku?
ya Rabb, apakah kini Engkau sedang
memandangku?
jika iya, tolong jangan palingkan
pandangan-Mu itu dariku...
tuntun lah aku, bimbing lah aku...
:)
ReplyDeleteDo'akan merekaa...
Jadi pingin nulis sesuatu tentang orang tua..
Mangga, ditunggu hasil tulisannya :)
Delete