Skip to main content

Refleksi Pagi

    

    Hi :)
    Sepagian tadi, hari dimulai dengan aktivitas lamban. Saya masih kukuh merebahkan diri di atas kasur sambil mendekap guling yang nyaman, meski kesadaran sudah sepenuhnya pulih. Bukan tidak ada kegiatan, hanya malas saja. Ngerti kan? Malas saja lah, pokoknya.
    Tidak lama, Tisya, anak sulung saya datang ke kamar. Ah iya, sudah beberapa hari ini kami tidur terpisah. Saya ingin kembali membiasakan dia tidur mandiri. Juga dengan alasan kesehatan, karena saya berpikir tidur kami yang selalu berlima membuat kamar sumpek dan lembab. Saya pikir itulah yang menyebabkan anak-anak sering sakit. Mungkin virus dan bakteri terlalu betah di kamar kami yang lembab itu. Lalu saya mulai berpikir, mungkin keputusan ini benar, sebab alhamdulillah sudah dua bulanan ini anak-anak tidak harus saya periksakan ke dokter karena keluhan sakit.
    Oke, kembali ke kondisi pagi. Tisya datang lalu ikut rebahan juga. Di tangannya tersampir sepasang mukena berwarna ungu. Oh, dia belum shalat Shubuh rupanya. Saya yakin Ayahnya yang baru selesai shalat subuh di masjid membangunkan lalu menyuruhnya shalat berjamaah dengan saya, si Bunda.
    "Kak, wudhu gih! Atau mau mandi dulu?" tawar saya.
    "Shalat dulu, Bunda." jawabnya.
    Di usia Tisya yang menginjak enam tahun ini, banyak hal yang membuat saya amat sangat bersyukur sekaligus refleksi diri. Terutama tentang betapa kacaunya saya dan suami dulu membesarkan tiga balita dengan jarak kelahiran yang terlalu dekat. Saya selalu mengeluh dan merasa bahwa menjadi orang tua tiga balita adalah ujian, ngerti kan? Ujian loh, bukan berkah. Kondisi yang ingin ditinggal tapi tidak bisa. Akhirnya terpaksa dijalani dan berharap agar ini segera terlewati.
    Lalu, lihat hari ini! Voila! Si anak sulung yang sering saya keluhkan itu di waktu Subuh dengan wajah tersenyum menghampiri ibunya mengajak shalat berjamaah. Hei! kemana anak 3 tahun yang suka banting dan rusak barang itu? kemana anak 2 tahun yang suka menumpahkan air dispenser hingga berliter-liter itu? Kemana si Sulung yang langganan ditegur dan dimarahi orang tua itu?
    Teman, ternyata fase 'kacau' anak itu berlalu juga kok. Fase anak yang hobi menjelajah isi rumah, cenderung menuntut pengertian hingga bermain-main dengan emosional orang tua itu ternyata tidak lama. Mereka hanya butuh sedikit waktu untuk banyak belajar dan beradaptasi. Sungguh, yang berat itu ternyata bukan membersamai mereka, tapi kurangnya rasa sabar dan syukur saya sebagai orang tua :)

Comments

Popular posts from this blog

Tahapan Kaderisasi

Kader berasal dari bahasa Yunani cadre yang berarti bingkai. Bila dimaknai secara lebih luas, berarti : Orang yang mampu menjalankan amanat. Orang yang memiliki kapasitas pengetahuan dan keahlian. Pemegang tongkat estafet sekaligus membingkai keberadaan dan kelangsungan suatu organisasi Kader adalah ujung tombak sekaligus tulang punggung kontinyuitas sebuah organisasi. Secara utuh kader adalah mereka yang telah tuntas dalam mengikuti seluruh pengkaderan formal, teruji dalam pengkaderan informal dan memiliki bekal melalui pengkaderan non formal. Dari mereka bukan saja diharapkan eksistensi organisasi tetap terjaga, melainkan juga diharapkan kader tetap akan membawa misi gerakan organisasi hingga paripurna. Pengakaderan berarti proses bertahap dan terus-menerus sesuai tingkatan, capaian, situasi dan kebutuhan tertentu yang memungkinkan seorang kader dapat mengembangkan potensi akal, kemampuan fisik, dan moral sosialnya. Sehingga, kader dapat membantu orang lain dan diri...

Tazkiyatun Nafs

“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap jiwa (orang) memperhatikan apa yang diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al Hasyr: 18) Ayat di atas dimulai dengan perintah bertaqwa kepada Allah dan diakhiri pula dengan perintah yang sama. Ini mengisyaratkan bahwa landasan berpikir, serta tempat bertolak untuk mempersiapkan hari esok haruslah diisi dengan taqwa. Kemudian ayat di atas juga menjelaskan kepada orang yang mengaku beriman kepada Allah agar mempunyai langkah antisipatif terhadap kemungkinan apa yang terjadi esok. Syeikh Abdullah Nasih ‘Ulwan dalam bukunya ‘Ruhniyatut Da’iyah’ mengajarkan kepada kita bagaimana meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT dengan cara melaksanakan lima ‘M’ yaitu: Mu’ahadah, muraqabah, muhasabah,  mu’aqabah dan mujahadah. Mu'ahadah Mu'ahadah yakni mengingat dan mengokohkan kembali ...

Pangan Fungsional

I.          Latar Belakang Salah satu penyebab meningkatnya penderita penyakit degeneratif di masyarakat adalah kerusakan sel tubuh sebagai akibat aktivitas unsur radikal bebas yang terdapat dalam bahan makanan. Keadaan ini bisa terjadi karena kurangnya asupan bahan-bahan aktif yang dapat mencegah reaksi autooksidasi dari radikal bebas tersebut. Untuk meningkatkan daya tahan tubuh dibutuhkan asupan makanan, baik berupa sayuran, buah-buahan yang merupakan sumber antioksidan. Aktivitas antioksidan dapat menangkap radikal bebas, sehingga sel-sel yang rusak dapat dicegah ataupun diperbaiki. Selain dari sayuran dan buah sumber antioksidan juga dapat berasal dari tanaman  obat, jahe, mengkudu, lidah buaya, pegagan, temulawak, asitaba dan lain-lain. Senyawa-senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman tersebut dapat bermanfaat sebagai sumber antioksidan misalnya flavonoid, tanin, polifenol dan lain-lain. Tanaman biofarmaka yang berfung...