Hi :)
Agenda akhir pekan nampaknya makin seru saja. Saya ada satu cerita lucu nih, tapi tetep, semoga ada pelajaran yang bisa dipetik ya.
Jadi gini gais... Sabtu lalu, seperti biasa suami mengajak saya wisata kuliner di sekitaran Jakarta. Berdasarkan informasi yang didapatkan suami, mampirlah kami ke Ketoprak Ciragil Senopati yang katanya selalu masuk top list tempat makan recommended ala ala yang enak tapi murah. Walaupun terletak di Senopati, ini bukan restoran cantik gitu ya, gais. Tempatnya mirip kantin, space-nya pun sepertinya hanya muat empat meja dengan empat kursi masing-masing.
Pertama sampai, kami langsung membuat pesanan. Menu yang disediakan ternyata tidak banyak, hanya ketoprak dengan variasi sampingan, lalu sederet minuman yang lumrah di warung makan. Saya memesan ketoprak dengan telur rebus dan minuman es teh manis less sugar, suami pun sama. Selagi menunggu pesanan datang, kamu ngobrol lah sambil bercanda ngalor-ngidul. Hingga, tetiba mata saya tertuju ke booklet menu, Wow... satu porsi ketoprak harga 45 ribu? Yang lucu, suami juga ikut kaget. Loh, padahal beliau loh yang ngajak makan di sini hahaha.
"Eh aku tadi pesen aja, gak liat harga." Mungkin dikira harga ketoprak mah mirip-mirip lah ya, eh ternyata...
Begitu datang pesanan, kami amati dulu dong. Tampilannya mirip lah seperti ketoprak abang gerobakan yang biasa dijual di pinggir jalan. Tapi pas diicip, ini lebih enak. Beneran. Mungkin, karena ketopraknya lebih berkuah dibanding biasanya, dan poin plus-nya minim bau bawang putih. Ini sih pasti suami suka. Bumbunya tuh gak terlalu kuat tapi nyaman gitu loh di lidah. Cocoklah ya, walau masih kurang puas dengan harganya. Maklum, kami ini masih termasuk kaum mendang-mending juga hahaha.
Selesai makan, seperti biasa kami cari-cari kedai kopi. Walau lebih sering suami yang cari sih hehe. Dari penelusuran suami, melaju lah kami naik motor dari Senopati ke Glodok. Katanya, di Glodok ada Es Kopi legend, yang sejak zaman VOC sudah berdiri dan jadi markas kumpul-kumpul warga. Oke, saya sih ikut saja. Begitulah, kami melaju di jalanan kurang lebih 30 menit.
Kedai kopi yang dimaksud ternyata terletak di pasar Chinatown. Lumayan waswas di sepanjang jalan menuju kedai, karena tumben kami jadi minoritas terutama dengan saya yang berhijab. Pas sampai depan kedai, saya lebih kaget lagi. Kedainya bernama 'ES KOPI TAK KIE' lengkap dengan aksara China. Waduh, ini bener gak sih?
Kami kikuk, apalagi setelah saya sadar bahwa pelayan di kedai melihat dan menertawakan kami. Saya perhatikan sekitar, benar, ternyata cuma saya yang berhijab. "By, ini halal gak sih tempatnya? Kok itu pelayannya kayak merhatiin dan ngertawain kita?"
Ajaibnya, tidak lama salah satu pelayan menyodorkan booklet menu sambil bilang, "Mas pesan minum saja ya? Jangan pesan makan." Dari wajahnya, nampaknya pelayan tersebut bukan Chinese.
"Tuh, Mih, gak apa-apa pesan kopi di sini," kata suami.
Saya masih belum yakin, terus tanya lagi, "By, gak tahu itu nyuci gelas sama mangkoknya barengan atau gak. Coba tanya dulu."
Suami tanya dong ke pelayan tadi. Nampaknya pelayannya mengerti kegundahan kami, lalu buru-buru bilang, "Nanti bisa pakai cup plastik, Mas."
Meski masih bingung dengan status halal es kopi di kedai itu, kami memutuskan tetap membuat pesanan. Mostly karena gak enak dengan pelayan tadi :') Akhirnya es kopi yang dibungkus itu kami bawa pulang. Di sepanjang jalan pulang, kami terus menertawakan kebodohan kami. Kok bisa mampir ke kedai kopi tersebut? Lucunya, setelah itu kami mampir lagi ke kedai kopi lain yang sudah terjamin halalnya. Jadi double lah ya... hahaha.
Saya sih jadi belajar, untuk lain kali lebih berhati-hati dan teliti dalam memilih tempat makan atau minum. Walau sedikit sedih karena sudah menempuh jarak jauh, tapi demi sebuah pengalaman pembelajaran ya tidak apa lah hehe.
Oh iya, satu hal lagi, ternyata hijab itu adalah atribut atau identitas yang penting bagi muslimah. Bayangkan jika saya tidak mengenakan hijab, tentu pelayan tadi tidak akan aware terhadap makanan dan minuman yang kami pesan. Alhamdulillah karena mengenakan hijab, orang lain lebih mengerti apa yang diperbolehkan dan ditentang dalam agama kita.
Begitulah yang kami pelajari. Sekian cerita hari ini. Saya mau makan dulu. Bye...
Comments
Post a Comment