Saya baru saja memikirkan berbagai
hal, terutama gagasan-gagasan saya tentang hijrah tahun depan, atau tahun ini
jika memungkinkan. Terkadang, sejujurnya, saya merasa sangat frustasi. Saya bingung
menghadapi diri saya sendiri, bahkan saya tidak mengenal diri saya sama sekali.
Saya tidak tahu apa yang benar-benar saya inginkan, pun saya tidak melihat
adanya kepuasan terhadap apa-apa yang kini saya miliki. Saya hanya melihat kekosongan
yang semakin hari justru semakin nyata.
Kadang dalam kekosongan itu
ada sesuatu yang mengisi, yang tak jarang membuat ambisi saya bangkit dan
bangkit lagi. Saya ingin menjelajah dunia, sungguh, tanpa berhenti sepanjang
waktu. Saya sudah berhenti memikirkan tentang rencana menikah sejak lama,
bahkan kini saya mulai berpikir bahwa saya tidak ingin itu terjadi dalam
beberapa dekade ke depan (istighfar). Entahlah, saya hanya ingin menemukan
mimpi saya, menelusuri jalan-jalan setapak yang tersembunyi, meraba
rongga-rongga dunia yang belum pernah dijamah. Namun apalah daya, dalam ambisi
itu, selalu dihadirkan wajah Ummi yang teduh, yang akhirnya membuat saya
lunglai dan bersiap untuk menemukan pelabuhan.
Sekali waktu, saya pikir
ada sesuatu yang salah dengan diri saya. Saya mulai mengorek-ngorek file lama
di dalam kepala, namun dengan pongahnya, gambaran tentang Eropa justru
memperkuat kecacatan pikiran saya. “Saya yakin ada yang salah, pasti ada
yang salah!” gerutu batin tanpa peduli bahwa sang empunya akhirnya tertekan
juga. Kini lintasan tentang salju, kayu-kayu ek yang berderak, mozaik-mozaik
gunung dan gurun yang bertaburan membuat kepala saya terasa ingin pecah. Ah,
tumit saya sudah terlalu lama membeku T.T
Kau tahu? Harusnya saya
berhenti membaca buku. Terlalu banyak serapan imajinasi yang kini tergambar
jelas di kepala.
Comments
Post a Comment