Skip to main content

Mari Berkalkulasi!

Seringnya manusia itu sangat lucu. Di satu sisi kita sibuk mengeluh, di sisi lain kita sibuk berambisi mendapatkan keuntungan yang jauh lebih besar dari apa yang telah dan tidak kita kerjakan. Lah, bagaimana cerita?

Saya beberapa kali diingatkan oleh seorang sahabat yang bijak, kurang lebih isinya begini:
“Asih, kalau kamu pikir kamu bisa mendapatkan kenikmatan yang sangat besar, atau bilanglah saja kenikmatan itu hampir sempurna, maka ketahuilan pemikiranmu itu sia-sia. Sebab berapapun kenikmatan yang kamu banggakan di dunia, secuilpun itu tidak akan sebanding dengan kenikmatan surga.”

Sumber Gambar

Kalau direnungkan lagi, memang kalimat tersebut ada benarnya. Kerap kali setelah mengerjakan satu hal, hati ini enggan mendapatkan kepuasan.

Dahulu saya begitu terkagum-kagum ketika bisa melaksanakan tahajjud bersama kawan-kawan saya di SMA. Itupun sebetulnya berawal dari tuntutan aturan sekolah, sebab di SMA saya yang merupakan boarding school secara rutin diadakan shalat tahajjud bersama setiap sebulan sekali. Jujur saja saya baru mengenal istilah shalat tahajjud ketika masa SMA itu. Dan setelah ‘mencoba’ melaksanakannya, rasanya ternyata memang nikmat sekali. Khusyuk yang saya rasakan bahkan beberapa kali membuat saya menitikkan air mata. Ditambah lagi ketika itu saya mempunyai suatu pengharapan yang besar terhadap-Nya. Maka di setiap tahajjud setelahnya, diam-diam saya menuntut Allah memberikan kenikmatan khusyuk itu terhadap diri saya. Namun seiring waktu, entah mengapa setiap kali tahajjud, kenikmatan-kenikmatan itu terasa berkurang. Saya lantas berpikir, hmmm, nampaknya ada yang salah.

Hal itu tidak terjadi hanya sekali. Di lain waktu dan kondisi, kenyataan bahwa hati ini tidak pernah puas kembali terulang. Entah karena memang kenikmatan-kenikmatan itu yang berkurang atau tuntutan saya terhadap besaran kenikmatan itu yang terus saja mengalami peningkatan.

Asih, mari berkalkulasi!

Allah menganugerahi kita begitu banyak nikmat. Tak terkira besaran dan jumlahnya. Sayang, kesadaran kita akan keberadaan nikmat-nikmat tersebut yang seringnya harus dipertanyakan. Adalah nikmat ketika kita bisa bangun di pagi hari dan merasakan tubuh ini berfungsi. Adalah nikmat ketika kedua telinga masih bisa mendengar sayup merdu adzan shubuh. Adalah nikmat ketika melafadz dan mendengarkan firman teriring nama-Nya membuat hati bergetar lalu merindu. Adalah nikmat ketika hati masih terbuka dan peka terhadap kondisi lingkungan lalu tangan ini mengepal tekad hingga jiwapun bergerak mendahulukan ummat. Ah, masih mampukah kita berkalkulasi? Masihkah kita merasa kurang?

Ya, manusia itu memang lucu. Kita ini sangat lucu, Kawan. Sedikit sekali kita bersyukur tapi tak terhitung banyaknya tuntutan yang kita berikan terhadap-Nya. Beberapa orang memaklumi, sebab memang tidak akan pernah cukup nikmat dunia untuk mendapatkan kenikmatan surga, yang kenikmatannya hakiki, pula diharapkan setiap orang. Tapi yang harusnya menjadi poin renungan untuk kita semua, sudah seberapa besar amal shalih yang kita kerjakan, agak meski tidak sebanding, kita bisa dihitung layak mendapatkan nikmat-nikmat-yang-tidak-pernah-kita-syukuri tersebut. Nah, mari kembali berkalkulasi! :)

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Tahapan Kaderisasi

Kader berasal dari bahasa Yunani cadre yang berarti bingkai. Bila dimaknai secara lebih luas, berarti : Orang yang mampu menjalankan amanat. Orang yang memiliki kapasitas pengetahuan dan keahlian. Pemegang tongkat estafet sekaligus membingkai keberadaan dan kelangsungan suatu organisasi Kader adalah ujung tombak sekaligus tulang punggung kontinyuitas sebuah organisasi. Secara utuh kader adalah mereka yang telah tuntas dalam mengikuti seluruh pengkaderan formal, teruji dalam pengkaderan informal dan memiliki bekal melalui pengkaderan non formal. Dari mereka bukan saja diharapkan eksistensi organisasi tetap terjaga, melainkan juga diharapkan kader tetap akan membawa misi gerakan organisasi hingga paripurna. Pengakaderan berarti proses bertahap dan terus-menerus sesuai tingkatan, capaian, situasi dan kebutuhan tertentu yang memungkinkan seorang kader dapat mengembangkan potensi akal, kemampuan fisik, dan moral sosialnya. Sehingga, kader dapat membantu orang lain dan diri...

Pangan Fungsional

I.          Latar Belakang Salah satu penyebab meningkatnya penderita penyakit degeneratif di masyarakat adalah kerusakan sel tubuh sebagai akibat aktivitas unsur radikal bebas yang terdapat dalam bahan makanan. Keadaan ini bisa terjadi karena kurangnya asupan bahan-bahan aktif yang dapat mencegah reaksi autooksidasi dari radikal bebas tersebut. Untuk meningkatkan daya tahan tubuh dibutuhkan asupan makanan, baik berupa sayuran, buah-buahan yang merupakan sumber antioksidan. Aktivitas antioksidan dapat menangkap radikal bebas, sehingga sel-sel yang rusak dapat dicegah ataupun diperbaiki. Selain dari sayuran dan buah sumber antioksidan juga dapat berasal dari tanaman  obat, jahe, mengkudu, lidah buaya, pegagan, temulawak, asitaba dan lain-lain. Senyawa-senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman tersebut dapat bermanfaat sebagai sumber antioksidan misalnya flavonoid, tanin, polifenol dan lain-lain. Tanaman biofarmaka yang berfung...

Tazkiyatun Nafs

“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap jiwa (orang) memperhatikan apa yang diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al Hasyr: 18) Ayat di atas dimulai dengan perintah bertaqwa kepada Allah dan diakhiri pula dengan perintah yang sama. Ini mengisyaratkan bahwa landasan berpikir, serta tempat bertolak untuk mempersiapkan hari esok haruslah diisi dengan taqwa. Kemudian ayat di atas juga menjelaskan kepada orang yang mengaku beriman kepada Allah agar mempunyai langkah antisipatif terhadap kemungkinan apa yang terjadi esok. Syeikh Abdullah Nasih ‘Ulwan dalam bukunya ‘Ruhniyatut Da’iyah’ mengajarkan kepada kita bagaimana meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT dengan cara melaksanakan lima ‘M’ yaitu: Mu’ahadah, muraqabah, muhasabah,  mu’aqabah dan mujahadah. Mu'ahadah Mu'ahadah yakni mengingat dan mengokohkan kembali ...