Skip to main content

Cinta dan Benci: "Separated but Harmony"

Sejak saya masih begitu kecil, Bapak telah mencekoki saya dengan berbagai hal berbau sosial. Bapak yang mengajari saya makna dari menghargai, mencintai dan memuliakan orang-orang yang saya temui. Bapak yang membentuk kapasitas sabar dalam diri saya, yang ternyata hingga kini masih gagal saya isi.

Saya ingat benar nasihat beliau tentang cinta dan kebencian. Keduanya memiliki sifat berbeda tapi kerap beriringan, “separated but harmony”. Layaknya air dan minyak, keduanya terpisah tapi mengalir pada arus yang sama, dibedakan oleh hanya segaris tipis lapisan permukaan, yang kadangkala kemiripan membuat mereka benar-benar nampak serupa.

Ilustrasi

Keduanya tak urung dalam perilaku sosial. Adakalanya dalam membenci, justru di sana timbul rasa cinta. Atau justru sebaliknya. Adakalanya seseorang nampak peduli, sedang nyata di dalam hatinya berkata berbeda. Adakalanya seseorang terlalu arogan menyampaikan opini, menyakiti dalam menasihati, tapi di sanalah justru terletak sebuah cinta. Benar sekali sebuah syair indah dari seorang Junud Al Misri yang mengatakan:

Cinta berbicara
Rasa malu membungkam
Rasa takut menggetarkan

Maka sadarlah saya, betapa kompleksitas dari dua kata kerja itu tak mampu membuat saya terdiam dan merasakan itmi’nan. Hingga kehatian-hatian kemudian mencitrakan diri sebagai solusi, tidak peduli masalah dzan yang tersembunyi rapi di dada masing-masing orang yang saya temui.

Menempa diri di jantung kota pendidikan, ditempatkan bersama orang-orang yang berbeda etnis, suku, budaya, agama hingga pendidikan, belajar berorganisasi hingga berpolitik bersama, menggulung pemikiran saya pada satu poros yang utuh. Saya semakin tergelitik oleh iringan arus sosial ini. Sebuah besaran arus yang menuntut tapi meniadakan toleransi itu sendiri, memberikan eksistensi tapi juga meniadakan individu itu sendiri, memberikan pembelajaran tapi membatasi pengetahuan itu sendiri. Arus ini benar-benar besar, kompleks dengan segala problematikanya. Sedang saya, yang masih saja terkungkung dalam kondisi stagnan, lambat mempelajari perubahan gerak gerik lingkungan sekitar, yang kerap kali membuat saya kalut hingga harus mereka ulang setiap kejadian atau perkataan yang mungkin tidak sempat saya perhatikan.

Saya mempunyai kepekaan yang sangat terbatas. Bahkan sekali dua kali saya mendapatkan teguran karena tidak menyadari perubahan sikap atau sekedar mimik seseorang yang tidak sengaja hatinya saya sakiti. Di sisi lain, sering pula saya mendapat teguran karena tidak menyadari ketertarikan bahkan kecenderungan seseorang, hanya karena yang saya rasakan padanya justru kekesalan atau kebencian terhadap saya. Ya Tuhan, betapa Mahabesar Engkau menciptakan rasa dalam diri setiap manusia.

Maka pada akhirnya, biarlah yang tersembunyi menjadi misteri. Biarlah keterbukaan mengalir menuju cinta persaudaraan.


"Ya Allah Tunjukkanlah kepada kami yang benar itu benar dan berikan kami kekuatan untuk mengikutinya, dan tunjukkanlah kami yang batil itu batil dan berikan kami kekuatan untuk menjauhinya.”

Comments

Popular posts from this blog

Tahapan Kaderisasi

Kader berasal dari bahasa Yunani cadre yang berarti bingkai. Bila dimaknai secara lebih luas, berarti : Orang yang mampu menjalankan amanat. Orang yang memiliki kapasitas pengetahuan dan keahlian. Pemegang tongkat estafet sekaligus membingkai keberadaan dan kelangsungan suatu organisasi Kader adalah ujung tombak sekaligus tulang punggung kontinyuitas sebuah organisasi. Secara utuh kader adalah mereka yang telah tuntas dalam mengikuti seluruh pengkaderan formal, teruji dalam pengkaderan informal dan memiliki bekal melalui pengkaderan non formal. Dari mereka bukan saja diharapkan eksistensi organisasi tetap terjaga, melainkan juga diharapkan kader tetap akan membawa misi gerakan organisasi hingga paripurna. Pengakaderan berarti proses bertahap dan terus-menerus sesuai tingkatan, capaian, situasi dan kebutuhan tertentu yang memungkinkan seorang kader dapat mengembangkan potensi akal, kemampuan fisik, dan moral sosialnya. Sehingga, kader dapat membantu orang lain dan diri...

Tazkiyatun Nafs

“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap jiwa (orang) memperhatikan apa yang diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al Hasyr: 18) Ayat di atas dimulai dengan perintah bertaqwa kepada Allah dan diakhiri pula dengan perintah yang sama. Ini mengisyaratkan bahwa landasan berpikir, serta tempat bertolak untuk mempersiapkan hari esok haruslah diisi dengan taqwa. Kemudian ayat di atas juga menjelaskan kepada orang yang mengaku beriman kepada Allah agar mempunyai langkah antisipatif terhadap kemungkinan apa yang terjadi esok. Syeikh Abdullah Nasih ‘Ulwan dalam bukunya ‘Ruhniyatut Da’iyah’ mengajarkan kepada kita bagaimana meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT dengan cara melaksanakan lima ‘M’ yaitu: Mu’ahadah, muraqabah, muhasabah,  mu’aqabah dan mujahadah. Mu'ahadah Mu'ahadah yakni mengingat dan mengokohkan kembali ...

Pangan Fungsional

I.          Latar Belakang Salah satu penyebab meningkatnya penderita penyakit degeneratif di masyarakat adalah kerusakan sel tubuh sebagai akibat aktivitas unsur radikal bebas yang terdapat dalam bahan makanan. Keadaan ini bisa terjadi karena kurangnya asupan bahan-bahan aktif yang dapat mencegah reaksi autooksidasi dari radikal bebas tersebut. Untuk meningkatkan daya tahan tubuh dibutuhkan asupan makanan, baik berupa sayuran, buah-buahan yang merupakan sumber antioksidan. Aktivitas antioksidan dapat menangkap radikal bebas, sehingga sel-sel yang rusak dapat dicegah ataupun diperbaiki. Selain dari sayuran dan buah sumber antioksidan juga dapat berasal dari tanaman  obat, jahe, mengkudu, lidah buaya, pegagan, temulawak, asitaba dan lain-lain. Senyawa-senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman tersebut dapat bermanfaat sebagai sumber antioksidan misalnya flavonoid, tanin, polifenol dan lain-lain. Tanaman biofarmaka yang berfung...