Skip to main content

?

Terkadang ketika diam, saya sering bertanya-tanya, bagaimanakah gerangan muara hidup saya akan berakhir? Saya tergelitik dengan sebuah kalimat yang dituliskan seorang sahabat saya, “Ingatlah siapa dirimu. Sehingga ketika tersesat, maka tidak akan sulit bagimu untuk kembali”.
Sumber Gambar
Hei, jika direnungkan lagi, bukankah selama ini saya telah banyak mewanti-wanti adik-adik mentee saya untuk menemukan visi hidupnya? Bahkan layaknya kurikulum terstandar, bahwa di setiap pertemuan perdana, saya selalu memberikan tugas kepada adik-adik mentee untuk menemukan visi hidup tersebut. Tak peduli bahwa mereka protes atau menunda-nunda membuatnya. Sebab di pertemuan yang lain akan kembali saya tagih. Terus saja begitu. Hingga mereka benar-benar menyelesaikannya di atas selembar kertas dan kemudian saya akan tersenyum puas begitu membaca catatan-catatan kecil yang mereka buat, meski beberapa nampak masih berbayang dalam keragu-raguan, meski beberapa masih belum nampak seperti yang saya inginkan. Nah, bagaimana dengan visi hidup saya sendiri?

Hampir di setiap pagi, sebelum badan saya bangkit dari tempat tidur, saya menyempatkan sekian menit menyusun rencana di dalam kepala saya. Saya mencoba mengingat dan mengorek kembali perihal pekerjaan-pekerjaan kemarin yang mungkin terlewat, serta pekerjaan-pekerjaan hari ini yang seharusnya bisa rampung lebih cepat. Dan hampir di setiap pagi pula, saya merasa hati saya kering karena kecewa. Entah makhluk apa gerangan di dalam diri saya, yang kerap memaki dan membentak “Jadi hanya sebatas itu kemampuanmu, Sih?”. Ah, kalau saja ia nampak dan bisa saya sentuh, rasanya saya ingin mencekiknya keras-keras. Mengapa ia cerewet sekali?

Saya sadar sepenuhnya bahwa visi hidup itu begitu penting. Apalagi menjaganya baik-baik. Sebab mau tak mau, iman dan pemikiran manusia itu seperti rolly coaster, naik turun, kadang di atas meski seringnya berada di bawah. Tanpa visi, hidup tak lagi punya kecapan apalagi rabaan. Saya tidak suka istilah ‘let it flow’, yang menurut saya lebih pas menggambarkan seseorang yang tidak punya prinsip hidup. Nah, bagaimana dengan saya?

Comments

Popular posts from this blog

Tahapan Kaderisasi

Kader berasal dari bahasa Yunani cadre yang berarti bingkai. Bila dimaknai secara lebih luas, berarti : Orang yang mampu menjalankan amanat. Orang yang memiliki kapasitas pengetahuan dan keahlian. Pemegang tongkat estafet sekaligus membingkai keberadaan dan kelangsungan suatu organisasi Kader adalah ujung tombak sekaligus tulang punggung kontinyuitas sebuah organisasi. Secara utuh kader adalah mereka yang telah tuntas dalam mengikuti seluruh pengkaderan formal, teruji dalam pengkaderan informal dan memiliki bekal melalui pengkaderan non formal. Dari mereka bukan saja diharapkan eksistensi organisasi tetap terjaga, melainkan juga diharapkan kader tetap akan membawa misi gerakan organisasi hingga paripurna. Pengakaderan berarti proses bertahap dan terus-menerus sesuai tingkatan, capaian, situasi dan kebutuhan tertentu yang memungkinkan seorang kader dapat mengembangkan potensi akal, kemampuan fisik, dan moral sosialnya. Sehingga, kader dapat membantu orang lain dan diri...

Tazkiyatun Nafs

“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap jiwa (orang) memperhatikan apa yang diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al Hasyr: 18) Ayat di atas dimulai dengan perintah bertaqwa kepada Allah dan diakhiri pula dengan perintah yang sama. Ini mengisyaratkan bahwa landasan berpikir, serta tempat bertolak untuk mempersiapkan hari esok haruslah diisi dengan taqwa. Kemudian ayat di atas juga menjelaskan kepada orang yang mengaku beriman kepada Allah agar mempunyai langkah antisipatif terhadap kemungkinan apa yang terjadi esok. Syeikh Abdullah Nasih ‘Ulwan dalam bukunya ‘Ruhniyatut Da’iyah’ mengajarkan kepada kita bagaimana meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT dengan cara melaksanakan lima ‘M’ yaitu: Mu’ahadah, muraqabah, muhasabah,  mu’aqabah dan mujahadah. Mu'ahadah Mu'ahadah yakni mengingat dan mengokohkan kembali ...

Pangan Fungsional

I.          Latar Belakang Salah satu penyebab meningkatnya penderita penyakit degeneratif di masyarakat adalah kerusakan sel tubuh sebagai akibat aktivitas unsur radikal bebas yang terdapat dalam bahan makanan. Keadaan ini bisa terjadi karena kurangnya asupan bahan-bahan aktif yang dapat mencegah reaksi autooksidasi dari radikal bebas tersebut. Untuk meningkatkan daya tahan tubuh dibutuhkan asupan makanan, baik berupa sayuran, buah-buahan yang merupakan sumber antioksidan. Aktivitas antioksidan dapat menangkap radikal bebas, sehingga sel-sel yang rusak dapat dicegah ataupun diperbaiki. Selain dari sayuran dan buah sumber antioksidan juga dapat berasal dari tanaman  obat, jahe, mengkudu, lidah buaya, pegagan, temulawak, asitaba dan lain-lain. Senyawa-senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman tersebut dapat bermanfaat sebagai sumber antioksidan misalnya flavonoid, tanin, polifenol dan lain-lain. Tanaman biofarmaka yang berfung...