Iseng browsing (padahal emang sengaja :p), saya mencari artikel2 yang sekiranya bisa menginspirasi saya lebih giat dalam menghafal Al-Qur'an. Bukannya fokus ke niatan, eh, artikel yang saya temukan ternyata lebih sesuai diterapkan untuk hafalan jangka panjang (baca: membiasakan hafalan pada anak). Penasaran, saya buka saja. Sekalian memperdalam referensi untuk diskusi yang kemarin sempet terputus.
Here we goes...
***
Ibu para hafidz. Itulah julukan yang layak disematkan kepada Hj Wirianingsih. Betapa tidak, ia berhasil mencetak ke-10 buah hatinya menjadi penghapal Al Quran.
Al Quran, bagi Wirianingsih dan keluarganya, adalah kunci meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. Itulah prinsip dasar yang dipegang teguh pasangan Mutammimul ‘Ula – Wirianingsih dalam mendidik buah hatinya. Muslimah kelahiran Jakarta, 11 September 1962 itu, mengaku sedari kecil sudah sangat akrab dengan ayat-ayat Al Quran. Ia lalu mengajarkan hal serupa kepada buah hatinya.
Wirianingsih mengenalkan Al Quran, sebagai pegangan hidup, kepada buah hatinya sejak dini. Menurutnya, pengenalan nilai Al Quran memang harus diberikan kepada anak-anak, sejak masih kecil. Sebab dengan membiasakan anak-anak berinteraksi dengan Kitab Suci, akan menumbuhkan kecintaan terhadap Al Quran hingga mereka menginjak dewasa.
Beberapa metode pengajaran Al Quran mereka terapkan. Antara lain, pengajian rutin Al Quran seusai Maghrib, membiasakan shalat Subuh di masjid yang dilanjutkan dengan aktivitas hafalan Al Quran, membiasakan membaca buku, serta berbagai kegiatan lainnya. Selain mendapatkan pendidikan langsung dari kedua orangtua, anak-anak juga menimba pendidikan di pesantren tahfidz. Sehingga tidaklah mengherankan, jika dalam waktu tidak terlalu lama, mereka sudah mampu menghafal Al Quran.
Inilah Prestasi Buah Hati Mereka:
- Afzalurrahman, 21 thn, smst 6 Teknik Geofisika ITB, hafal Al Qur’an sejak usia 13 thn. Sekarang masuk dalam program PPSDMS, ketua Pembina Majelis Taklim Salman ITB, terpilih peserta Pertamina Youth Programme 2007 dari ITB.
- Faris Jihady Hanifa, 20 thn, smst 4 Fak Syariah LIPIA, hafal Al Qur’an sejak usia 10 thn. Juara 1 lomba tahfidz Al Qur’an 30 Juz yang diselenggarakan Kerajaan Saudi di Jakarta 2003, juara 1 lomba olimpiade IPS tingkat SMA yang diselenggarakan UNJ 2004.
- Maryam Qonitat, 18 thn, smst 2 Fak Ushuludin Universitas AL Azhar Cairo, hafal Al Qur’an usia 16 thn. Pelajar teladan/lulusan terbaik Husnul Khotimah 2006.
- Scientia Afifah, 17thn, kelas 3 SMU 28, hafal 10 Juz Al Qur’an, juara mengarang tkt SD se-Kab Bogor 2000, Pelajar Teladan, lulusan terbaik MTS Al Hikmah 2004.
- Ahmad Rosikh Ilmi, 15 thn, kelas 1 MA Khusnul Khotimah, baru hafal 6 juz, Pelajar Teladan SDIT Al Hikmah thn 2002, lulusan terbaik MTs Al Kahfi 2006.
- Ismail Ghulam Halim, 13 thn, kelas 2 MTs Al Kahfi, baru hafal 8 juz, Juara Olimpiade IPA tkt SD Jaksel 2003, meraih 4 penghargaan Al Kahfi 2006 (tahfiz terbaik, santri favorit, santri teladan, juara umum) ketua OSIS Pesantren Al Kahfi.
- Yusuf Zain Hakim ,12 thn, kls 1 Mts Al Kahfi, hafal 5 juz. rangking 1 dikelasnya.
- Muh Saihul Basyir, 11 thn, kelas 5 SDIT Al Hikmah, hafal 25 juz.
- Hadi Sabila Rosyad, 9 thn, kelas 4 SDIT Al HIkmah, hafal 2 Juz.
- Himmaty Musyassarah, 7 thn, hafal 1 juz.
- Hasna, wafat usia 3thn 7 bln.
Inilah Rahasia Mereka Dalam Mendidik Keluarga:
- Mengajarkan Al Quran sejak usia 4 tahun. Doktrin yang ditanamkan dalam keluarga bahwa Al Quran adalah kunci kebahagiaan dunia dan akhirat.
- Jangan terlalu mengandalkan sekolah. 2/3 keberhasilan pendidikan itu ada di rumah.
- Keberhasilan pendidikan anak adalah hasil integrasi kedua orang tuanya, bukan dari ibu saja. Malah sebenarnya lebih besar tanggung jawab seorang ayah dibanding ibu. Contoh ayah idaman dalam Al Quran = Luqman.
- Suami yang membangun visi keluarga dan istri yang mengisi kerangka visi itu. Sejarah mencatat, orang-orang shalih dibentuk oleh ayah yang mengerti akan perannya dalam mendidik anak.
- Keluarga ini memiliki perhatian yang tinggi terhadap anak dan pendidikan, diantaranya: perhatian dari A-Z, potong kuku, bersihkan telinga, dll. File-file khusus yang menyimpan catatan tentang anak, hasil ulangan dll. Kekayaan keluarga adalah anak dan buku. Setiap liburan, selalu mengajak anak ke toko buku, dan ada perpustakaan dengan 4000 buku di rumah.
- Visi yang ada di kepala adalah anak-anak kami semuanya harus menjadi hafidz quran. Sehingga hal-hal yang dilakukan antara lain:
- Kelliling jawa dan madura untuk melihat pesantren tahfidz terbaik. Pilihan jatuh di kudus. Walau orang mencibir untuk apa menjadi hafidz quran dan menitipkan anak di pesantren.
- Tujuh tahun pernikahan tanpa televisi.
- Setiap hari diperdengarkan murottal.
- Sang ibu mengajar sendiri dengan metode Qiroati.
***
Nah, berikut ini sepenggal catatan dari Bunda Faizatul Rosyidah (Ummu Ahmad)
***
Antara Laptop, HP Dan Menghafal Qur’an
Menghafal qur’an ini juga saya siasati dengan menggunakan sarana apapun dan metode apapun yang bisa saya lakukan untuk membantu Ahmad menghafal dengan mudah. Diantaranya adalah dengan memperdengarkan bacaan al qur’an. Ini sudah kami lakukan sejak dia bayi. Tidurnya pasti diiringi dengan lantunan ayat suci Al Qur’an. Sewaktu bermain, juga kami iringi dengan suara CD/kaset bacaan Al qur’an yang kami seling dengan nyanyian anak muslim. Di jalan, di atas kendaraan, secara bergiliran saya dan abinya memperdengarkan hafalan Al Quran di jalan, seringkali hingga dia tertidur. Itu ketika programnya masih sebatas membiasakan Ahmad dengan bacaan Al Qur’an.
Ketika program hafalan ini sudah mulai bertarget memastikan surat-surat tertentu untuk dihafal Ahmad, maka sekedar memutar CD tanpa diprogram surat apa yang dibaca tentu kurang membantu, karena tidak terjadi pengulangan yang intensif. Sehingga kemudian saya buatkan program Winamp di laptop saya dengan playlist surat-surat yang sudah dihafalnya –untuk penguatan memori- dengan saya tambah satu hingga 3 surat baru –yang saya targetkan untuk dihafalkan Ahmad berikutnya-. Play list itulah yang kemudian selalu saya putar. Ketika menjelang tidur ataupun ketika menemani Ahmad bermain. Surat-surat di play list itu juga yang kami bertiga hafalkan bergantian ketika di perjalanan. Ketika abinya atau saya menjadi imam sholat di rumah, pilihan surat yang dibaca keras juga disesuaikan dengan surat yang sedang dihafalkan Ahmad.
Selain itu, setiap kali Ahmad meminta main games di laptop/komputer selalu saya persyaratkan harus sambil mendengarkan ngaji (play list winamp) yang saya sudah siapkan tadi. Saya ajari bagaimana menyalakan winamp dan memilih play list yang saya kehendaki. Dan ketika dia bermain apa saja di laptop, saya minta dilakukan sambil mulutnya menghafal surat yang diputar winamp tadi. Maka jadilah Ahmad tanganya asyik bermain roket-roketan, kartu, bola ataupun permainan yang lainnya, sementara mulutnya bersuara mengahafalkan surat seperti yang dia dengar. Ya memang, sesekali hafalannnya terputus karena dia terbawa oleh keasyikan permainannya, namun cukup dengan mengingatkannnya dari jauh…”Ahmad, mana umi kok ga dengar ngajinya?” maka Ahmad pun menghafalkan lagi.
Di lain kesempatan, suara Ahmad menghafal qur’an kami rekam. Sebagian kami rekam di HP, sebagian kami rekam di MP3. Kami rekam di HP untuk kemudian kami jadikan ring tone. Jadi setiap kali ada telepon masuk, maka suara Ahmad mengajilah yang keluar. Dan itu seringkali mengundang perhatian orang yang membuat Ahmad senang. Di MP3 saya masukkan ke komputer untuk kemudian saya buatkan play list tersendiri untuk diputar Ahmad kalau dia ingin mendengar hafalan (suara) nya sendiri.
Pendek kata, tanpa dia sadari, pengulangan secara alami yang terus menerus tersebut memang membantu Ahmad untuk mengahafal Al Quran lebih mudah dan lebih menyenangkan. Alhamdulillah, sekarang hafalan Ahmad sudah kurang lebih 25 surat pendek di juz 30. Semoga kami bisa merealisir target Ahmad bisa hafal juz 30 sebelum masuk SD. Untuk itu kami harus memastikan Ahmad sudah bisa membaca Al Qur’an dan mengetahui dasar-dasar tajwidnya dengan lancar. Dan secara mental, dia sudah siap untuk kami bawa ke Ustadz dan forum hafalan Qur’an yang membutuhkan kesiapannya untuk bisa duduk lebih ’manis’. Semoga Allah memberi kemudahan, kemampuan dan keberhasilan kepada kami merealisir niat kami mencetak Ahmad menjadi seorang Haafidz al Qur’an. Amiin.
***
Asli, setelah baca artikel2 tersebut saya terdiam seribu bahasa. In syaa Allah misi besar saya juga menuju sana, menjadikan anak2 saya hafidz-hafidzah. Hanya saja, hal utama yang seringkali membuat saya kebingunan luar biasa, bagaimana cara menjaga komitmen untuk menjalankan misi ini? Ok, think hard ya, Sih...
Eh iya, berikut saya tambahkan video2 inspiratif dari adik2 kita yang luar biasa :)
Comments
Post a Comment