Siang itu, aku dan seorang sahabatku, tengah duduk manis di teras aula. di hadapan kami ada seonggok stik es krim dan satu botol lem fox yang isinya tinggal setengah bagian. Dia asik membongkar pasang stik2 es krim tersebut menjadi suatu jembatan, sedang aku malah terbenam dalam lamunan ketidakjelasan.
"Wah, susunannya rapi dan mulai keras" kataku sambil mengayunkan susunan es krim yang membentuk alas jembatan. Dia tidak menoleh, hanya terus asik merangkai dan melapiskan lem. Tapi kentara sekali, pancaran wajahnya menunjukkan bahwa dia cukup puas dengan hasil karyanya.
Tiba2 saja dengan penuh kesengajaan, aku menengadahkan wajahku ke atas. Di depan kami ada tembok tinggi membentuk tangga. Di sepanjang lengan tangga di atasnya banyak ditanam pohon pinus, pohon kelapa serta beberapa spesies pohon pepaya. Saat itu angin bergerak hilir mudik, menari-nari di atas kami. Angin sepoi itu menerbangkan helaian daun hingga menyebabkan sebagian daun pinus rontok dan menubruk di atas kepala kami. "Wussss" mereka membentuk simfoni indah dan menarik perhatian sahabatku. Dia tersenyum.
Sambil menengadah, kami perhatikan tarian nyiur daun kelapa, gemerisik daun pinus dan sesekali terdengar strobilus jatuh membentur genteng aula. Di sebelah utara, ada bayangan tebal bukit dan pohon jati, sedang di sebelah selatan ada bayangan hijau kebiruan membentuk gunung liar.
Aku tak tahu apa namanya, tapi seperti ada ketentraman yang menyelusup ke dalam hati.
"Sih, ini keren lah suasananya" ungkapnya. Kini ganti aku yang tersenyum.
Untuk beberapa saat saja, kami menghentikan pekerjaan kami saat itu. Asiknya menikmati suasana melankolis meski hanya sekian menit. Karena terbawa suasana, tanganku bergerak menyalakan mp3 player di handphone, dan keluar lah alunan "One Thousand Years" versi cover.
"Aih, Sih, sedih banget ini!" Dia terpekik, mungkin menurutnya lagu ini cukup melahirkan sensasi tersendiri. Aku yang kebingungan, akhirnya mematikan mp3 player. Tidak lama setelah itu, kulihat gerombolan peserta lain menuruni tangga menuju kami. Terpaksa, kami tinggalkan momen melankolis itu lalu kembali bergabung bersama mereka menuju aula.
Comments
Post a Comment