Skip to main content

Sudah Baik?

Pagi ini, di tengah padatnya tugas kuliah dan tumpukan notes 'To Do List', tetiba sebuah grup media sosial berkicau nyaring sekali. Aku bukan tipikal orang yang aktif menelusuri bahasan di grup  satu per satu, bahkan pernah dalam beberapa jam pesan bertumpuk hingga 2000an tanpa terbaca, tak kusentuh pula untuk sekedar menghilangkan warna hijau penanda Unread Messages di sana. Tapi entah kenapa, tanganku bergerak membuka pesan grup itu dan satu per satu kubaca perlahan.

"Ah, kejadian lagi" kataku dalam hati.

Selidik punya selidik, ternyata tengah terjadi 'perdebatan' yang cukup alot. Lagi2, akarnya karena kesalahan dalam menyampaikan. Aduh, Akhi wa Ukhti, yuk taubat! :)

Dalam sebuah forum diskusi, tak jarang, bahkan sering sekali terjadi salah paham. Jika bukan karena penerima pesan yang salah tangkap, biasanya karena penyampainya tidak mengerti apa yang tengah ia bicarakan.
Padahal dalam sebuah pesan moral selalu jelas dikumandangkan "Ketika kamu tidak mampu menyampaikan sebuah pesan dalam bentuk tertulis, maka sampaikanlah dalam bentuk lisan".
Itulah mengapa aku tak pernah berani melakukan rapat ataupun diskusi melalui tulisan, karena lebih rentan terjadi kesalahpahaman itu. Dan lagi, menyakiti orang lain itu lebih besar salahnya dibanding menekan diri agar senantiasa menerima pesan dan arahan dari orang lain.

Di sebuah organisasi, kenapa Communication Skill itu begitu penting? Karena hal ini yang akan mempengaruhi keberjalanan organisasi tersebut. Saat seorang pemimpin kehilangan kemampuan ini, jelas arahan dan nasihat yang ingin disampaikannya kepada staf acap kali terhambat. Bahkan bisa jadi wibawanya hilang hanya karena caranya berkomunikasi yang dianggap mengganggu bagi orang lain.

Akhi wa Ukhti, seyogyanya, kurangi menuntut orang lain atas kegagalan ini dan itu. Karena bisa jadi akar permasalahannya bukan pada kinerja, loyalitas, kapabilitas maupun komitmen mereka. Bisa jadi cara kita menyampaikan arahan dan koordinasi yang terhitung salah atau tidak lengkap, sehingga semua detail pekerjaan yang seharusnya tersadur malah hilang entah kemana.

Hemat saya:
"Mengoreksi diri itu lebih mudah dan memiliki dampak besar dibanding menuntut orang lain agar sesuai dengan apa yang kita inginkan"

:)
Allaahu a'lam

Comments

Popular posts from this blog

Tahapan Kaderisasi

Kader berasal dari bahasa Yunani cadre yang berarti bingkai. Bila dimaknai secara lebih luas, berarti : Orang yang mampu menjalankan amanat. Orang yang memiliki kapasitas pengetahuan dan keahlian. Pemegang tongkat estafet sekaligus membingkai keberadaan dan kelangsungan suatu organisasi Kader adalah ujung tombak sekaligus tulang punggung kontinyuitas sebuah organisasi. Secara utuh kader adalah mereka yang telah tuntas dalam mengikuti seluruh pengkaderan formal, teruji dalam pengkaderan informal dan memiliki bekal melalui pengkaderan non formal. Dari mereka bukan saja diharapkan eksistensi organisasi tetap terjaga, melainkan juga diharapkan kader tetap akan membawa misi gerakan organisasi hingga paripurna. Pengakaderan berarti proses bertahap dan terus-menerus sesuai tingkatan, capaian, situasi dan kebutuhan tertentu yang memungkinkan seorang kader dapat mengembangkan potensi akal, kemampuan fisik, dan moral sosialnya. Sehingga, kader dapat membantu orang lain dan diri...

Tazkiyatun Nafs

“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap jiwa (orang) memperhatikan apa yang diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al Hasyr: 18) Ayat di atas dimulai dengan perintah bertaqwa kepada Allah dan diakhiri pula dengan perintah yang sama. Ini mengisyaratkan bahwa landasan berpikir, serta tempat bertolak untuk mempersiapkan hari esok haruslah diisi dengan taqwa. Kemudian ayat di atas juga menjelaskan kepada orang yang mengaku beriman kepada Allah agar mempunyai langkah antisipatif terhadap kemungkinan apa yang terjadi esok. Syeikh Abdullah Nasih ‘Ulwan dalam bukunya ‘Ruhniyatut Da’iyah’ mengajarkan kepada kita bagaimana meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT dengan cara melaksanakan lima ‘M’ yaitu: Mu’ahadah, muraqabah, muhasabah,  mu’aqabah dan mujahadah. Mu'ahadah Mu'ahadah yakni mengingat dan mengokohkan kembali ...

Pangan Fungsional

I.          Latar Belakang Salah satu penyebab meningkatnya penderita penyakit degeneratif di masyarakat adalah kerusakan sel tubuh sebagai akibat aktivitas unsur radikal bebas yang terdapat dalam bahan makanan. Keadaan ini bisa terjadi karena kurangnya asupan bahan-bahan aktif yang dapat mencegah reaksi autooksidasi dari radikal bebas tersebut. Untuk meningkatkan daya tahan tubuh dibutuhkan asupan makanan, baik berupa sayuran, buah-buahan yang merupakan sumber antioksidan. Aktivitas antioksidan dapat menangkap radikal bebas, sehingga sel-sel yang rusak dapat dicegah ataupun diperbaiki. Selain dari sayuran dan buah sumber antioksidan juga dapat berasal dari tanaman  obat, jahe, mengkudu, lidah buaya, pegagan, temulawak, asitaba dan lain-lain. Senyawa-senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman tersebut dapat bermanfaat sebagai sumber antioksidan misalnya flavonoid, tanin, polifenol dan lain-lain. Tanaman biofarmaka yang berfung...