Skip to main content

Tentang Hati

وَقُلْلِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ
"Katakanlah kepada wanita yang beriman : Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya"
(An-Nuur : 3)

Assalamu 'alaikum ^^
Kawan, apa kabar imanmu hari ini? Let's keep istiqomah!

Sudah pernah membaca penggalan ayat di atas? Atau bahkan sudah dapat menghafalnya?
Apa pendapatmu begitu membaca penggalan ayat tersebut?
Merasa tertohok kah? Atau malah cuek bebek, merasa ayat tersebut biasa-biasa saja?
Lemme to share what i am feeling about those words :)

Malam tadi, selesai bercakap-cakap dengan senior yang super inspiring, tiba-tiba saja aku terkesiap.
Apa yang telah kami bicarakan di sana?
Tentu saja, tak lain dan tak bukan adalah mengenai interaksi lawan jenis.
Merasa tidak asing dengan topik ini?
Yup, tentu saja, kawan, topik ini adalah masalah klasik yang sering dialami oleh para remaja maupun dewasa, wanita maupun laki-laki, masyarakat awam dan bahkan aktivis dakwah.

Berbicara mengenai interaksi lawan jenis ini, ada semacam perasaan menggelikan pada diri sendiri begitu teringat akan momen yang kualami beberapa waktu lalu. Kronologinya lumayan kompleks. Ah, salah, lebih tepatnya sangat kompleks. Berawal dari kebodohan dua insan yang akhirnya melibatkan dua orang lainnya dan berhasil mematahkan hati banyak pihak. Waktu itu perasaanku begitu pilu, perih, teriris. Ini salahku, aku lah penyebab kekacauan tersebut. Aku lah orang yang patut disalahkan (Aih! Sudahlah... Sampai kapan mau menyalahkan diri sendiri?? T.T)



Well, kembali ke topik bahasan.
Awalnya aku merasa biasa saja dengan yang namanya interaksi lawan jenis. Toh aku tidak macam-macam di sana; sharing motivasi, ilmu, cerita, tak pernah neko-neko lah intinya. Hanya saja, interaksi yang berawal dari percakapan biasa namun tak berujung itu lah yang seharusnya menjadikanku lebih waspada. Bagaimana tidak? Siapa sih yang bisa menjaga dan menjamin bahwa hati manusia akan tetap putih bersih bak bunga kapas yang mekar di pagi hari? Siapa sih yang dapat menjamin bahwa syaitan tidak akan pernah menggoda dan berhasil pada akhirnya? Siapa sih manusia luar biasa yang dapat menjaga hatinya untuk tetap berfokus hanya mengingat-Nya dan tidak memedulikan cinta selain dari-Nya? #sigh

Kawan, percayalah, hati manusia akan selalu rapuh layaknya daun pinus di hutan tandus. Janganlah engkau sok kuat. Meski engkau merasa tangguh, akan selalu ada syaitan yang siap mengganggu. Mereka memiliki jumlah lebih banyak, menggoda dari segala arah, membisikkan cinta dari semilir angin yang lewat di sekitar, menerbangkan nikmat dusta hingga sirnalah semua kekuatan yang telah kau bina sepanjang masa.

Berawal dari --uhuk--uhuk komen di facebook, twitter, beralih ke message, nyangkut di sms, lalu bersenandung kala berjumpa, hingga cintamu berubah menjadi cinta buta. Na'udzubillaah...
Kawan, cukupkan sekali ketika tragedi itu merasuk dan menusuk tajam di relung hati.
Yuk sama-sama belajar 'tangguh' dari diri sendiri.
Tata hati, jangan sampai pondasinya rapuh dan kembali terjerumus dalam kubangan lumpur dosa yang namanya cinta buta.

Wahai diri, akhwat shalehah (aamiin)...
Jadikan masa lalu sebagai pijakan, masa depan sebagai pacuan.
Mantapkan hatimu, luruskan niatmu.
Allah sudah menuntut hijabmu, jangan lah engkau berpaling dengan angkuh.
Yuk tengok lagi, sirami hati dengan cinta nan kasih-Nya yang suci,
Bersyukurlah bahwa Dia masih memberikanmu kesempatan untuk memperbaiki diri.
Innallaaha ma'ana...

Oh iya, hampir lupa.
Sekedar menambah kemantapan, seniorku dengan berbaik hati mengarahkanku pada tautan ini.

selamat membaca, semoga berguna ^^

Comments

Popular posts from this blog

Tahapan Kaderisasi

Kader berasal dari bahasa Yunani cadre yang berarti bingkai. Bila dimaknai secara lebih luas, berarti : Orang yang mampu menjalankan amanat. Orang yang memiliki kapasitas pengetahuan dan keahlian. Pemegang tongkat estafet sekaligus membingkai keberadaan dan kelangsungan suatu organisasi Kader adalah ujung tombak sekaligus tulang punggung kontinyuitas sebuah organisasi. Secara utuh kader adalah mereka yang telah tuntas dalam mengikuti seluruh pengkaderan formal, teruji dalam pengkaderan informal dan memiliki bekal melalui pengkaderan non formal. Dari mereka bukan saja diharapkan eksistensi organisasi tetap terjaga, melainkan juga diharapkan kader tetap akan membawa misi gerakan organisasi hingga paripurna. Pengakaderan berarti proses bertahap dan terus-menerus sesuai tingkatan, capaian, situasi dan kebutuhan tertentu yang memungkinkan seorang kader dapat mengembangkan potensi akal, kemampuan fisik, dan moral sosialnya. Sehingga, kader dapat membantu orang lain dan diri...

Pangan Fungsional

I.          Latar Belakang Salah satu penyebab meningkatnya penderita penyakit degeneratif di masyarakat adalah kerusakan sel tubuh sebagai akibat aktivitas unsur radikal bebas yang terdapat dalam bahan makanan. Keadaan ini bisa terjadi karena kurangnya asupan bahan-bahan aktif yang dapat mencegah reaksi autooksidasi dari radikal bebas tersebut. Untuk meningkatkan daya tahan tubuh dibutuhkan asupan makanan, baik berupa sayuran, buah-buahan yang merupakan sumber antioksidan. Aktivitas antioksidan dapat menangkap radikal bebas, sehingga sel-sel yang rusak dapat dicegah ataupun diperbaiki. Selain dari sayuran dan buah sumber antioksidan juga dapat berasal dari tanaman  obat, jahe, mengkudu, lidah buaya, pegagan, temulawak, asitaba dan lain-lain. Senyawa-senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman tersebut dapat bermanfaat sebagai sumber antioksidan misalnya flavonoid, tanin, polifenol dan lain-lain. Tanaman biofarmaka yang berfung...

Tazkiyatun Nafs

“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap jiwa (orang) memperhatikan apa yang diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al Hasyr: 18) Ayat di atas dimulai dengan perintah bertaqwa kepada Allah dan diakhiri pula dengan perintah yang sama. Ini mengisyaratkan bahwa landasan berpikir, serta tempat bertolak untuk mempersiapkan hari esok haruslah diisi dengan taqwa. Kemudian ayat di atas juga menjelaskan kepada orang yang mengaku beriman kepada Allah agar mempunyai langkah antisipatif terhadap kemungkinan apa yang terjadi esok. Syeikh Abdullah Nasih ‘Ulwan dalam bukunya ‘Ruhniyatut Da’iyah’ mengajarkan kepada kita bagaimana meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT dengan cara melaksanakan lima ‘M’ yaitu: Mu’ahadah, muraqabah, muhasabah,  mu’aqabah dan mujahadah. Mu'ahadah Mu'ahadah yakni mengingat dan mengokohkan kembali ...