Tak bosan rasanya
berbicara tentang Ramadhan yang tak lama lagi akan segera datang. Sudah lama
sejak terakhir kali berbonceng motor dengan Bapak, menjelang adzan maghrib
keliling Parung meski hanya untuk sekedar mencari jajanan kolak dan es buah.
Tak lama lagi, suara tabuhan bedug akan terdengar hampir di sepanjang malam,
kembang api yang menghentak2 di langit pun tak luput hadir untuk menghibur
anak2 muda di kampung gersang.
Ramadhan, bulan
sejuta umat. Hadirkan ceria dan cita2, menyanjung tinggi bagi mereka yang
hendak meniti masa, mempertemukan banyak keluarga yang lama tak bersua.
Teringat kembali
masa Ramadhan ketika aku masih duduk di bangku SMP. Jika kini Ramadhan terisi
dengan ragamnya kegiatan kampus, dulu ramadhanku semarak dengan ajang mencari
tempat tongkrongan baru. Eits, jangan dulu berprasangka. Berbeda dengan para
remaja 'alay' di kota, remaja desa lebih suka main di ladang dan berburu bunga.
Yah, setidaknya itu yang dulu pernah aku rasakan.
Bunga2 yang dulu
banyak tumbuh di sawah dan ladang belakang rumah sangat beragam, dari bunga
anggrek sampai bunga matahari tumbuh berserak membentuk pelangi di permukan
bumi. Merah, kuning, hijau, biru, ungu, semua warna terpadu membentuk harmoni
warna yang indah dipandang. Bukan hanya itu, Ramadhan juga biasanya disertai
dengan periode padi2 yang menghijau. Aih! Ramadhanku penuh kilau dan warna :D
Bulan Ramadhan itu
adalah bulannya bermain. Setiap sore menyusuri jalan2 setapak dengan mengayuh
sepeda dan sesekali berteriak pada teman2 cowok yang asik main layang2 di
sawah. Memang terkesan brutal, tapi itu lah masa2 paling membahagiakan yang
dapat kukenang hingga kini. Bahagia karena kebebesanku adalah mutlak, bangga
karena aku adalah anak Indonesia yang tinggal di tanah surga.
Ramadhan akan tetap
berkesan di sepanjang tahun. Dia akan dikenang di setiap puzzle kehidupan.
Ramadhan, melaluinyalah Dia mengenalkanku pada indahnya ukhuwah, Dia
mengajarkanku akan pentingnya berbagi, Dia menuntunku untuk terus belajar menahan diri. Dia yang
memisahkanku pada rasa yang pernah membalut luka, Dia yang terus mengingatkan
dan membuatku bangga karena aku hanyalah manusia biasa yang sewaktu2 bisa lupa.
Dia bawakan Ramadhan yang indah, membalutnya pada setahun kehidupan penuh
hikmah, menyimpulkannya pada hari kemenangan yang kian terjaga untuk sejuta ummah.
Ramadhan, kutunggu
kau di tanah surga :)
Comments
Post a Comment