Makhluk
hidup beragam adanya, banyak pula spesiesnya. Entah apa dan bagaimana siklus hidup
berlangsung, setiap makhluk yang disebut beragam itu ternyata saling
berhubungan dan saling menggantungkan diri terhadap satu sama lain. Makhluk
hidup itu beragam, sifat maupun kemampuannya untuk bertahan hidup tak ada yang
benar-benar sama. Terkadang ada satu jenis makhluk hidup yang punya kemampuan
berkelahi, tapi ada pula jenis makhluk hidup lain yang punya kemampuan
beradaptasi. Ada jenis makhluk hidup yang memiliki rupa indah, tapi ada pula
jenis makhluk hidup yang pengaruhnya sangat besar dalam keberlangsungan hidup
manusia. Ada jenis makhluk hidup yang sangat kecil dan menimbulkan banyak
penyakit, tapi ada pula jenis makhluk hidup lain yang bisa menjadi pasokan
nutrisi dan bahan pengamatan. Sekali lagi, makhluk hidup itu beragam.
Bumi
kita ini memiliki luas kira-kira 12.500 km, sangat jauh berbeda dengan tata
surya Bima Sakti yang diperkirakan luasnya mencapai 100.000 tahun cahaya. Bumi
yang batasan wilayahnya sangat kecil pun ternyata mampu menampung banyak sekali
kehidupan dengan pemeliharaan eksistensinya yang sangat teratur. Makhluknya
yang beragam, benda-benda tersusun dan memiliki nilai guna melimpah, ilmu
pengetahuan yang tak padam sampai akhir zaman, semuanya benar-benar tersedia.
Kita
tahu bahwa kehidupan ini sudah ada yang mengatur dengan sistemnya sendiri.
Semua berjalan semestinya tanpa ada yang terlewatkan, bahkan setiap partikel
atom menjalankan fungsinya masing-masing tanpa ada kesalahan. Bayangkan
seandainya dendrit tidak mampu menghantarkan impuls ke badan sel, PH darah
tidak lagi 7.4, otot skelet tidak lagi bekerja atau sistem kardiovaskular tidak
bersedia menghantarkan nutrisi ke pembuluh darah. Lantas, bagaimana kehidupan
ini akan berlangsung?
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami
di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka
bahwa Al-Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu
menjadi saksi atas segala sesuatu?” [QS. Al- Fushshilat : 53]
Begitulah
bunyi salah satu ayat dalam Al-Qur’an. Allah menunjukkan tanda-tanda
kekuasaan-Nya tidak hanya dari lingkungan di sekitar kita, tapi juga dari diri
kita sendiri. Sistem tubuh manusia begitu kompleks, mulai dari sistem
pencernaan, sistem pernafasan sampai sistem reproduksi. Namun, dengan sistem
yang kompleks itulah makhluk hidup berhasil mempertahankan eksistensinya dan
mengabdi kepada Allah SWT.
Dewasa
ini banyak teori-teori muncul yang dikemukakan oleh para cendekiawan. Teori
satu dengan lainnya saling berhubungan dan membutuhkan pembuktian. Misalnya
saja, seiring perkembangan pengetahuan mengenai sistem rotasi planet dan
matahari munculah teori Geosentris dari Ptolemi yang menyebutkan bahwa pusat
dari sistem peredaran rotasi tata surya adalah bumi. Namun teori ini dapat
disanggah Copernicus menggunakan teori Heliosentris yang menyebutkan bahwa
pusat rotasi tata surya adalah matahari, meskipun pembuktiannya dilakukan dan
diterima beberapa abad setelah Copernicus meninggal. Selain dua cendekiawan
ini, masih ada banyak cendekiawan lain yang berusaha mengembangkan teori-teori
baru dan menjadi referensi umum peradaban ilmu pengetahuan masa kini.
Terlepas
dari apakah sebuah teori diterima atau tidak, kenyataan bahwa pengetahuan
manusia itu terbatas tidak dapat disanggah lagi. Segala pengetahuan hanya
meingkupi pada apa yang dilihat, didengar, dicium dan diraba. Bahkan nilai
validitas dari suatu alat penelitian yang dilakukan dalam proses penciptaan
teori pun sering kali menjadi penentu suatu teori gagal atau dapat digunakan
sepenuhnya oleh masyarakat khalayak.
Kita
yakin bahwa dunia ini sudah punya sistemnya sendiri. Allah mengatur segalanya,
membuatnya sesuai dengan kondisi morfologi maupun fungsional seluruh organisme
makhluk hidup. Bagaimana air selalu mengalir dari tempat tinggi ke tempat
rendah, pohon-pohon selalu tumbuh ke atas, hewan punya insting sendiri, manusia
berpikir dan berkembang akalnya, semua benar-benar terkondisikan.
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi ulil albab. Yaitu mereka
yang berzikir (mengingat) Allah sambil berdiri, atau duduk atau berbaring, dan
mereka yang berpikir tentang kejadian langit dan bumi. Maka Maha Benar, maha
esa Allah-ku yang maha tinggi”
[Q.S. Ali ‘Imran : 190-191]
Comments
Post a Comment