Bersyukur. Rasanya hanya satu kata itu yang dapat mewakili rasa di hati saat ini. Di usia yang menginjak 25 tahun, aku dikaruniai seorang suami yang alhamdulillaah Shalih serta anak yang mampu menyejukkan pandang. Aku merasa genap, baik dengan segala suka maupun duka di dalamnya. Setiap hari selalu ada cerita, ada tawa yang mengisi, meski kadang tangis pun mengiringi. Tapi tak apa, aku tetap bersyukur. Apapun bentuknya, semua itu karunia dari-Nya.
Aku disibukkan dengan segala aktivitas rumah tangga, setiap hari, dalam 24 jam. Jika dulu aku sempat bingung memikirkan akan digunakan untuk apa waktuku, kini malah rasanya 24 jam sangat kurang haha. Memikirkan Tisya yang akhir-akhir ini sedang sulit makan, melayani dan memenuhi kebutuhan suami, hmmm aku merasa seperti dikejar-kejar waktu.
Oh iya, aku belum cerita ya? Aku alhamdulillah sudah dikaruniai seorang anak yang cantik dan lucu. Dia tumbuh di rahimku persis di usia pernikahanku menginjak satu tahun. Awalnya aku mengira akan sedikit lebih lama untuk dipercaya menjadi seorang Ibu, sebab saat itu aku sedang dalam tahap pemulihan karena suatu sakit yang lumayan parah. Tetapi Allah Maha Menghendaki, dalam tahap pemulihan itu aku dan suami justru mendapatkan hadiah yang sangat indah ini. Kami memberinya nama Aisyah Dayana Batrisya, yang artinya Kehidupan Tangguh dan Cerdas. Kini usianya 15 bulan, dan seperti yang kubilang tadi, dia sedang sulit makan. :')
Memerankan diri sebagai seorang istri sekaligus Ibu, membuatku lebih banyak menekan ego. Aku sadar bahwa keutuhan keluarga lebih penting dibanding memenangkan kepentingan diri sendiri. Aku mampu menyimpan masalah, merenungkannya, kemudian mempertimbangkan langkah mana yang sebaiknya diambil. Ya, kini aku lebih banyak berpikir dan berdialog dengan diri sendiri haha. Kau tahu? Rasanya sangat menyenangkan. Sebab jika dulu aku sangat meledak-ledak meluapkan emosi, kata suamiku, kini aku lebih bijaksana. Dan efeknya, bagiku, aku merasa lebih bahagia karena mampu menyelamatkan perasaan banyak orang.
Kehidupan rumah tanggaku sejujurnya tidak jauh berbeda dengan kebanyakan orang. Terkadang aku merasa iri dengan para wanita di luar sana yang mampu memaksimalkan potensinya, menciptakan peran-peran kecil maupun besar yang bermanfaat bagi lingkungannya. Tetapi setelah kurenungkan lagi, bentuk kehidupanku saat ini adalah murni atas dasar pilihanku sendiri. Aku yang sejak awal menginginkannya, memfokuskan diri untuk keluarga kecilku, mengambil peran besar dari rumah. Meski demikian, aku tidak ingin menutup diri. Aku tetap menyimpan keinginan itu di sisi hatiku yang lain, dan aku berdoa suatu saat Allah memberiku kesempatan untuk mengambil peran itu.
Perjalanan hidupku tidak selalu mulus. Meski demikian, aku sangat bersyukur karena memiliki partner hidup yang suportif. Ada kalanya aku ingin menangis jika mengingat kebaikan-kebaikannya; dia yang selalu sabar mendengar keluh kesahku, kerap menghibur kala hati ini gundah, bahkan menawarkan banyak opsi agar aku bisa terus berkarya. Salah satunya laptop ini -- yang kini kugunakan untuk menulis. Pada awalnya aku tidak begitu mempedulikannya, sebab aktivitasku saja sudah terasa sangat padat. Tetapi dia bilang aku bisa mencoba 'bekerja' dari rumah, kapanpun ketika bisa, bahkan dia sangat antusias dengan ide menjadikanku seorang pebisnis.
Ya, dengan segala pernak pernik kehidupan ini, baik kurang dan lebihnya, sudah sepatutnya kita sebagai manusia untuk selalu bersyukur. Tinggal peer untuk kita, adalah bagaimana mengembangkan rasa syukur itu menjadi bentuk ibadah yang paling sempurna terhadap Allah SWT.
cheers,
Asih
Barakallahu fiik ^^
ReplyDeleteBeeel apa kabar? Laman blogmu apasi? Kok aku ganemu...
DeleteAlhamdulillah sehat. betterwordforlife.blogspot.com
Delete