Skip to main content

Mesir Kuno

Mesir Kuno adalah suatu peradaban kuno di bagian timur laut Afrika. Peradaban ini terpusat di sepanjang hilir sungai Nil. Peradaban ini dimulai dengan unifikasi Mesir Hulu dan Hilir sekitar 3150 SM, dan selanjutnya berkembang selama kurang lebih tiga milenium. Sejarahnya mengalir melalui periode kerajaan-kerajaan yang stabil, masing-masing diantarai oleh periode ketidakstabilan yang dikenal sebagai Periode Menengah. Mesir Kuno mencapai puncak kejayaannya pada masa Kerajaan Baru. Selanjutnya, peradaban ini mulai mengalami kemunduran. Mesir ditaklukan oleh kekuatan-kekuatan asing pada periode akhir. Kekuasaan Fir’aun secara resmi dianggap berakhir pada sekitar 31 SM, ketika Kekaisaran Romawi menaklukkan dan menjadikan wilayah Mesir Ptolemeus sebagai bagian dari provinsi Romawi. Meskipun ini bukanlah pendudukan asing pertama terhadap Mesir, periode kekuasaan Romawi menimbulkan suatu perubahan politik dan agama secara bertahap di lembah sungai Nil, yang secara efektif menandai berakhirnya perkembangan peradaban merdeka Mesir.


Peradaban Mesir Kuno didasari atas pengendalian keseimbangan yang baik antara sumber daya alam dan manusia, ditandai terutama oleh:
  • Irigasi teratur terhadap Lembah Nil;
  • Pendayagunaan mineral dari lembah dan wilayah gurun di sekitarnya;
  • Perkembangan sistem tulisan dan sastra;
  • Organisasi proyek kolektif;
  • Perdagangan dengan wilayah Afrika Timur dan Tengah serta Mediterania Timur; serta
  • Kegiatan militer yang menunjukkan kekuasaan terhadap kebudayaan negara/suku bangsa tetangga pada beberapa periode berbeda.
Pengelolaan kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan oleh penguasa sosial, politik, dan ekonomi, yang berada di bawah pengawasan sosok Fir’aun.

Pencapaian-pencapaian peradaban Mesir Kuno antara lain: teknik pembangunan monumen seperti piramida, kuil, dan obelisk; pengetahuan matematika; teknik pengobatan; sistem irigasi dan agrikultur; kapal pertama yang pernah diketahui; teknologi tembikar glasir bening dan kaca; seni dan arsitektur yang baru; sastra Mesir Kuno; dan traktat perdamaian pertama yang pernah diketahui. Mesir telah meninggalkan warisan yang abadi. Seni dan arsitekturnya banyak ditiru, dan barang-barang antik buatan peradaban ini dibawa hingga ke ujung dunia. Reruntuhan-reruntuhan monumentalnya menjadi inspirasi bagi pengelana dan penulis selama berabad-abad.

“Maka ia (Fir’aun) mengumpulkan beberapa tukang sihir seraya berkata, ‘Aku adalah Tuhan kamu yang Mahatinggi’. (QS. An-Nazi’aat: 23-24)

Ada dua fakta yang Al Qur'an suguhkan kepada kita tentang agama kaum Mesir kuno:

  • Kaum Mesir memiliki banyak dewa.
  • Fir’aun pada masa eksodus tidak hanya menganggap dirinya dewa tetapi juga dewa utama.

Kitab Perjanjian Lama tidak mengatakan apa pun tentang agama kaum Mesir kuno. Demikian juga Kitab Perjanjian Baru. Al Qur'an merupakan satu-satunya kitab suci yang membahas masalah ini, ketika buku-buku Yunani kuno dan para sejarawan Romawi tidak diketahui. Jika kita menguji keakuratan Al Qur'an, bukan saja akan terbukti kebenarannya, tetapi juga menunjukkan keakuratan itu tidak perlu diragukkan lagi. Selain itu, kata-kata Tuhan ketika dibandingkan dengan kata ilmu pengetahuan bagaikan permata yang dibandingkan dengan batu bara. Meskipun keduanya merupakan bahan yang sama, tetapi ada perbedaan besar antara keduanya.

Sejarah memberitahukan kita bahwa kaum Mesir memiliki banyak dewa:
  • Horus atau Heru, Matahari pagi, dewa tertua Mesir. Simbolnya adalah rajawali.

  • Ra (dibaca Rei), dewa Matahari. Lambangnya adalah lempengan Matahari.

  • Amun-Ra. Julukan utamanya adalah “Penguasa Singgasana Dua Dunia,” dan “Raja Para Dewa.”

  • Ptah. “Sang Pandai Besi”. Dilambangkan dalam bentuk mumi dan memegang suatu tulisan yang terdiri dari kata “kekuatan,” “kehidupan,” dan “ketenangan.”

  • Temu atau Atum, suatu jenis dewa Matahari. Ia “lebih dekat” dengan siang atau malam.
  • Mut, sang “ibu” yang dianggap melambangkan alam.

  • Khepera, “sang pencipta.” Dia dilambangkan dengan seekor kumbang di atas kepalanya.

  • Sekhet yang berkepala singa. Dia melambangkan panas matahari yang membakar.

  • Nut, dewi pemburu.

  • Isis, ibu Horus dan istri Osiris.

  • Osiris, dewa Kematian dan Kebangkitan.

  • Seth, dewa kejahatan.

  • Anubis, Anpu, dewa kematian. Dia dilambangkan dengan kepala seekor serigala.

  • Sebek, dewa berkepala buaya. Dia dipuja di Kom-Ombos dan di Fayyum.

  • Maak, dewi ‘hukum.’
  • Hathor, simpanan para dewa. Dia dilambangkan sebagai seorang wanita yang memakai suatu tudung kepala yang berbentuk burung bangkai.

  • Haju, dewa sungai Nil yang memiliki tanduk dan sebuah cula.


Referensi:
M. Sulaiman, Ahmad. Scientific Trends in The Qur’an. Wahono, Satrio (penerjemah). Tuhan Dan Sains: Mengungkap Berita-Berita Ilmiah Alquran. 2001. PT Serambi Ilmu Semesta. hal: 57-59.
http://id.wikipedia.org/wiki/Mesir_Kuno (diakses pada 31 Desember 2013 pukul 10.41 WIB)

Comments

Popular posts from this blog

Tahapan Kaderisasi

Kader berasal dari bahasa Yunani cadre yang berarti bingkai. Bila dimaknai secara lebih luas, berarti : Orang yang mampu menjalankan amanat. Orang yang memiliki kapasitas pengetahuan dan keahlian. Pemegang tongkat estafet sekaligus membingkai keberadaan dan kelangsungan suatu organisasi Kader adalah ujung tombak sekaligus tulang punggung kontinyuitas sebuah organisasi. Secara utuh kader adalah mereka yang telah tuntas dalam mengikuti seluruh pengkaderan formal, teruji dalam pengkaderan informal dan memiliki bekal melalui pengkaderan non formal. Dari mereka bukan saja diharapkan eksistensi organisasi tetap terjaga, melainkan juga diharapkan kader tetap akan membawa misi gerakan organisasi hingga paripurna. Pengakaderan berarti proses bertahap dan terus-menerus sesuai tingkatan, capaian, situasi dan kebutuhan tertentu yang memungkinkan seorang kader dapat mengembangkan potensi akal, kemampuan fisik, dan moral sosialnya. Sehingga, kader dapat membantu orang lain dan diri...

Tazkiyatun Nafs

“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap jiwa (orang) memperhatikan apa yang diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al Hasyr: 18) Ayat di atas dimulai dengan perintah bertaqwa kepada Allah dan diakhiri pula dengan perintah yang sama. Ini mengisyaratkan bahwa landasan berpikir, serta tempat bertolak untuk mempersiapkan hari esok haruslah diisi dengan taqwa. Kemudian ayat di atas juga menjelaskan kepada orang yang mengaku beriman kepada Allah agar mempunyai langkah antisipatif terhadap kemungkinan apa yang terjadi esok. Syeikh Abdullah Nasih ‘Ulwan dalam bukunya ‘Ruhniyatut Da’iyah’ mengajarkan kepada kita bagaimana meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT dengan cara melaksanakan lima ‘M’ yaitu: Mu’ahadah, muraqabah, muhasabah,  mu’aqabah dan mujahadah. Mu'ahadah Mu'ahadah yakni mengingat dan mengokohkan kembali ...

Pangan Fungsional

I.          Latar Belakang Salah satu penyebab meningkatnya penderita penyakit degeneratif di masyarakat adalah kerusakan sel tubuh sebagai akibat aktivitas unsur radikal bebas yang terdapat dalam bahan makanan. Keadaan ini bisa terjadi karena kurangnya asupan bahan-bahan aktif yang dapat mencegah reaksi autooksidasi dari radikal bebas tersebut. Untuk meningkatkan daya tahan tubuh dibutuhkan asupan makanan, baik berupa sayuran, buah-buahan yang merupakan sumber antioksidan. Aktivitas antioksidan dapat menangkap radikal bebas, sehingga sel-sel yang rusak dapat dicegah ataupun diperbaiki. Selain dari sayuran dan buah sumber antioksidan juga dapat berasal dari tanaman  obat, jahe, mengkudu, lidah buaya, pegagan, temulawak, asitaba dan lain-lain. Senyawa-senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman tersebut dapat bermanfaat sebagai sumber antioksidan misalnya flavonoid, tanin, polifenol dan lain-lain. Tanaman biofarmaka yang berfung...