Alquran
merupakan sebuah kitab suci yang berisi firman-firman Allah SWT. Muncul dari
zat-Nya dalam bentuk perkataan yang tidak dapat digambarkan. Diturunkan kepada
Rasul-Nya dalam bentuk wahyu. Allah SWT. memberikan sifat kepadanya,
sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:
"Dan sesungguhnya Alquran itu adalah kitab yang mulia. Yang tidak datang kepadanya (Alquran) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji" (QS. Al-Fushshilat: 41-42)
Di
dalam ayat yang lain Allah juga mensifatinya dengan firman-Nya:
"(Inilah)
suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci
yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu"
(QS.
Huud: 1)
Alquran
telah banyak menceritakan peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lalu hingga
di masa yang akan datang (kiamat). Alquran juga menggambarkan sesuatu dengan
bahasanya yang halus. Banyak hal yang bisa didapatkan saat alquran mulai
dianalisa secara mendalam, baik dari segi moral maupun akal. Hanya saja, proses
analisa itu seringkali tidak dapat mencapai tingkat optimum karena pemahaman
alquran yang sering kali memiliki tingkatan lebih tinggi dibandingkan dengan
pemahaman yang dimiliki oleh manusia, bahkan peneliti atau ilmuwan sekalipun.
Menurut riset yang telah dilakukan, 15% dari isi kandungan alquran
menerangkangkan tentang fiqih Islami dan 85% sisanya berisi tentang ilmu
pengetahuan yang notabennya baru dapat dikembangkan pada masa kini, meskipun alquran
telah diturunkan sejak beberapa abad yang lalu. Sebagai contoh, salah satu
penggalan ayat dari alquran yang berisi pengetahuan di bidang anatomi dan
fisiologi manusia, adalah sebagai berikut:
“Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti
(berbuat demikian) niscaya Kami tarik ubun-ubunnya, (yaitu) ubun-ubun orang
yang mendustakan lagi durhaka.”
(QS.
Al-‘Alaq: 15-16)
Jika
diperhatikan, ungkapan yang berbunyi “(yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan
lagi durhaka” adalah sebuah penggalan ayat yang sangat menarik. Selain
menyatakan ketegasan Allah terhadap perbuatan dusta dan durhaka, ayat tersebut
juga telah mencerminkan pengetahuan di mana pengetahuan tersebut baru dapat
dikembangkan di era masa kini, yaitu tentang sistem akal manusia khususnya di
bagian otak. Riset yang dilakukan pada tahun-tahun belakangan ini mengungkapkan
bahwa bagian prefrontal, yang bertanggung jawab atas manajemen fungsi-fungsi
tertentu terletak pada bagian depan tengkorak. Ilmuwan baru menemukan fungsi
bagian ini, yang ditunjukkan Al-Qur’an 1.400 tahun yang lalu, dalam waktu 60
tahun terakhir. Jika dilihat pada bagian dalam tengkorak di bagian depan, maka
akan ditemukan satu lobus otak yang bernama sereberum. Sebuah buku yang
berjudul Essentials of Anatomy and Physicology, yang mencakup hasil-hasil riset
paling akhir mengenai fungsi-fungsi bagian ini, mengatakan:
“Motivasi
dan pemikiran untuk merencanakan dan melakukan gerakan terdapat pada bagian
interior dari frontal lobes, bagian prefrontal. Ini merupakan bagian dari
cortex asosiasi...”
Buku
tersebut juga mengatakan:
“Dalam
hubungan dengan keterlibatannya dalam gerakan, bagian prefrontal juga dianggap
merupakan pusat fungsional bagi penyerangan...”
Jadi,
bagian cerebrum ini bertanggung jawab
atas perencanaan, motivasi, dan menimbulkan perilaku baik dan berdosa, dan
bertanggung jawab atas keputusan dan perkataan berbohong atau perkataan yang
benar.
Selain
penggalan ayat di atas, ayat lain yang membahas tentang perkembangan manusia
juga dinyatakan sebagai berikut:
“Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu lah
Yang Maha Pemurah.” (QS. Al-‘Alaq: 1-3)
Arti
kata “alaq” di dalam bahasa Arab adalah “sesuatu yang menempel ke suatu
tempat”. Kata ini secara harfiah digunakan untuk menggambarkan lintah yang
menempel pada tubuh untuk menghisap darah, namun bisa juga diartikan sebagai
sesuatu yang tumbuh di dalam tubuh manusia dengan menggunakan darah induk
sebagai pemasok nutrisi untuk proses pertumbuhan tersebut. Gambaran ini sesuai
dengan ilmu pengetahuan yang kini berkembang di masyarakat luas tentang proses
perkembangan embrio di dalam rahim ibu yang dalam pertumbuhan dan
perkembangannya tersebut memerlukan pasokan nutrisi dari sang ibu melalui plasenta
yang melibatkan aliran darah.
Kedua
penggalan ayat tersebut dikeluarkan oleh alquran beberapa abad yang lalu, namun
penafsiran berdasarkan pengembangan ilmu pengetahuan baru bisa didapatkan
beberapa abad setelahnya. Hal ini membuktikan bahwa betapa dahsyatnya alquran.
Alquran mampu membuktikan kebenaran dan pemaknaan kandungannya dari masa ke
masa tanpa keteringgalan.
Sebagai
salah satu mahasiswi yang berkecimpung di bidang farmasi, ada satu ayat lain
yang menurut saya begitu menarik. Tafsirannya adalah sebagai berikut:
“Dari
perut lebah ini keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya
terdapat obat yang menyembuhkan manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berfikir”
(QS. An-Nahl : 69)
Madu
memiliki kandungan gizi utama berupa aneka senyawa karbohidrat seperti fruktosa
(41%), glukosa (35%), sukrosa (1,9%), dan dekstrin (1,5%). Kadar protein dalam
madu relatif kecil, yaitu sekitar 2,6%, akan tetapi kandungan asam aminonya
beragam, baik asam amino essensial maupun non essensial. Kandungan vitamin yang
terdapat dalam madu antara lain vitamin B1, vitamin B2, B3, B6, dan vitamin C.
Sementara mineral yang terkandung dalam madu antara lain kalium, natrium,
kalsium, magnesium, besi, tembaga, fosfor. Meskipun jumlahnya sedikit,
komposisi mineral madu merupakan sumber ideal bagi tubuh karena perbandingan
dan jumlah mineral madu mendekati komposisi yang terdapat dalam darah manusia.
Maka dari itu madu ini sering dikonsumsi oleh masyarakat guna menjaga sistem
imun atau kekebalan tubuh.
Lagi-lagi
alquran mampu membuktikan kebenarannya. Meski hanya berasal dari satu penggalan
ayat, makna dan manfaat yang terkandung sangatlah luas. Manusia dapat tumbuh
dan berkembangan dengan akal dan pemahaman yang ikut berkembang pula, tapi
perkembangan akal dan pemahaman itu tidak pernah bisa mendahului pemahaman yang
tertera pada alquran. Meski satu persatu makna alquran dapat tersingkap,
alquran tetap menjadi pedoman dan kebenarannya tetap memimpin dari masa ke
masa.
Comments
Post a Comment